![]() |
H. Ruksamin dan cara ia menghormati para Alim |
BUTONMAGZ---Bila menelisik jajaran Kepala daerah di region daratan Sulawesi Tenggara yang terbilang membumi dengan banyak kalangan, maka tak salah bila disematkan pada sosok Haji Ruksamin, Bupati Konawe Utara saat ini.
Ia sosok yang selalu bisa menjadi kawan banyak kalangan; dari bermain ban pedati dengan kanak-kanak, ngopi di emperan bersama para aktivis, hingga merengsek masuk ke bilik-bilik Istana Kepresidenan. Semua dilakukannya dengan cara ringan namun imperatif dan mengesankan banyak orang.
Bahkan di kampus-kampus akademik-pun, H. Ruksamin bisa menjelma sebagai sosok intelektual mumpuni dan energik. Kalau yang satu ini boleh disebut kewajaran sebab ia pemilik nama lengkap Dr. Ir. H. Ruksamin, S.T., M.Si., I.P.U., ASEAN Eng. Standarisasi keilmuannya tak perlu diragukan.
Bila menemukan sosok-sosok seperti ini, maka ingatan publik selalu menggadangnya dengan posisi kepemimpinan, dipersepsi sebagai pencitraan, dan ditarik-tarik ke ranah perhelatan politik masa depan. Apalagi pria kelahiran 14 Maret 1973 terbilang selalu totalitas pada apa yang dilakoni, namun selalu bersikap sederhana dalam tampilan keseharian.
“Manusia tak pernah mengetahui rencana Sang Pencipta, namun Allah SWT akan berprasangka baik sesuai prasangka hambanya. Berikhtiar saja, kita tak pernah tahu ke mana langkah kaki ini menjejak selanjutnya. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan diwajibkan untuk sukses.,” katanya dalam diskusi dengan Butonmagz.
Bicara religiutas, bupati dua periode ini terbilang sebagai pemakna yang baik. Di masa mudanya ia menempa diri dalam banyak ‘khuruj’, menikmati denting waktu keilahian hingga di masa kini ia banyak belajar dengan para alim, kendati sosoknya telah matang sebagai kepala daerah.
Boleh jadi ini yang menjadi modalitas, mengapa ia begitu dicintai publik Konawe Utara dengan keterpilihan di atas 70 persen. Belum lagi, ia komunikator yang selalu pandai memilah diksi ketika diperhelatan-perhelatan politik. Ia sangat jarang memojokkan kompetitornya dengan diksi-diksi mengintervensi apalagi mematikan karakter.
“Itu tidak boleh dilakukan Bang, kompetitor adalah putra-putri terbaik yang punya niat baik, usaha kita adalah mencari jalan bagaimana publik yakin dengan upaya kita. Selanjutnya hasil mutlak urusan Sang Pencipta,” tandasnya.
Apakah di tahun 2024 nanti akan ikut berkompetisi untuk kepemimpinan Sulawesi Tenggara? Pak Ruksamin belum menjawab gamblang. Ia masih fokus menyelesaikan masa jabatannya untuk mengangkat posisi Konawe Utara ke level persaingan dengan daerah-daerah lainnya yang sudah maju.
“Konawe Utara diarahkan sebagai daerah dengan inovasi-inovasi kebaruan. Derajat kehidupan masyarakatnya harus di antar ke level yang lebih tinggi, sehingga daya saingnya juga lebih baik. alat ukurnya sederhana, kesejahteraan masyarakat lebih baik. itu dulu,” katanya.
Memang, bila hanya mengukur modalitas sosial, kemapanan berpikir, dan pengalaman kepemimpinan, sosok H. Ruksamin telah berdiri sejajar dengan figur-figur yang selama ini lebih dulu bekerja sebagai calon gubernur-wakil gubernur. Namun sepertinya bidak-bidak politiknya belum dijalankan. Pak Ruksamin masih berjalan di area-area memahamkan pikirannya pada geopolitik; berjalan menyusur sungai-sungai keilmuan; bertemu dengan petani dan nelayan-nelayan kecil dan bercengkrama dengan para bijak.
Saat ini belum satupun peraga politik yang berdiri di perkotaan, apalagi menyusur sudut-sudut kampung Bumi Anoa. Pikirannya masih dibaluti penyelesaian tugas dan tanggungjawab di Konawe Utara. Namun ia selalu ‘mengaminkan’ pada niat baik akan masa depan Sulawesi Tenggara, tanpa harus menjelma sebagai malaikat politik yang berjalan sebagai Robinhood dan Sinterklas.
“Ada cara dan mekanismenya, berniat baik saja, bekerja saja secara total, dan lakukan saja apa yang baik bagi masyarakat. Bismillah! Saya di area itu dulu. Ada saatnya,” begitu kalimatnya.
Memahami sosok ini, tak selalu tentang kesederhanaan, totalitas dan kemapanan berpikir. Pak Ruksamin figur biasa yang selalu ingin membangun pikiran dengan pikiran banyak orang. Pasti ada kekeliruan dalam tindakannya, namun diredamnya dengan caranya sendiri.
Berdiskusi dengannya, seolah ada ajakkan untuk melihat negeri yang kini dipimpinnya. Bercerita tentang kebun dan panorama di ketinggian, tentang tepi laut dan pulau yang cantik, tentang tambang dan hiruk pikuknya, tentang kuliner yang nikmat, dan tentang batas-batas provinsi yang menjadi hilir mudik manusia pejuang kehidupan. Bumi Konasara – Konawe Utara yang lebih sajahtera dan berdaya saing. (zah)