BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah. Di adalah La Ola.
Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” yang diterbitkan Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015, pada halaman 467. Seperti cuplik berikut ini:
Di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara, berita proklamasi dibawa oleh para pelayar yang baru datang dari Jawa dan Sumatra, seperti yang dilakukan oleh La Ola pada bulan September 1945. Di bawah Komando BKR Laut pimpinan Mayor S. Daeng Mangatta, La Ola berlayar ke Singapura dan bertemu dengan Soemitro Djojohadikusumo.
Mereka sepakat memuat senjata dari Singapura ke Jawa. Dalam perjalanan pulang dari Singapura, pada bulan September 1945, mereka singgah di Tanjung Pinang, dan kemudian mendapat tugas tambahan menyelamatkan Soepardjo Rustam dari Rumah Tahanan di Tanjung Pinang.
Dari situ mereka berlayar menuju ke Cirebon dan selanjutnya ke Ambarawa, Jawa Tengah. La Ola juga terlibat dalam perjuangan melawan Sekutu/NICA pada bulan November 1945 di Surabaya.
Nama Soemitro Djojohadikusumo, adalah ayah dari H. Prabowo Subianto, sementara Soepardjo Rustam adalah mantan Menteri Dalam Negeri RI di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dengan demikian La Ola bersama rekan-rekannya tak berlebihan sebagai sosok berjasa dalam pergerakan kemerdekaan RI.
Namun begitu, generasi muda saat ini agak asing mendegar nama tokoh ini, namun putra-puterinya cukup dikenal di Sulawesi Tenggara, seperti Drs. H. Woon La Ola, mantan Anggota DPRD Sultra periode 2009-2014, dan dikenal pula sebagai eks birokrat senior di daerah ini, juga akademisi UHO Kendari Prof. Dr. Ir. La Onu La Ola.
Namun begitu, beberapa catatan yang ditemukan Butonmagz.id, menyebutan bila La Ola adalah sosok pejuang asal Sultra yang mengelana di Jawa dan Sumatera (bagian selatan). Ia alah sosok anti Belanda karena selalu menuntut pembayaran pajak dari rakyat pribumi.
La Ola pernah menjalani kemiliteran di Angkatan Laut dan mulai menjalani masa purna baktinya mulai tanggal 27 Desember 1949 dan selanjutnya menekuni aktivitas pelayaran niaga.
Pada tanggal 8 September 1964 beliau mendapat pengakuan sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan RI masa bakti 4 tahun 4 bulan yaitu veteran golongan A hal ini berdasarkan SK Menteri Urusan Veteran dan Mobilisasi RI No.90 KPTS/V/1964. (zah)