SELAMA mengemban tugas sebagai Sekretaris Gugus Tugas Pengendalian Penyebaran Covid-19 Kota Baubau, Dr. Roni Muhtar, M.Pd – Sekda Kota Baubau, banyak mendapat krtitik tajam yang cenderung mengarah pada fitnah dirinya. Apa pandangannya dengan dinamika yang dihadapinya itu? Berikut wawancara singkat media ini dengan Roni Muhtar, Senin sore kemarin, 18 Mei 2020 di Sekretariat Gugus Covid-19 Baubau;
Cukup banyak kritik tajam mengarah kepada pribadi Anda di situasi Covid ini, seperti apa respon Anda terhadap itu semua?
Kritik itu pada dasarnya baik untuk perbaikan kinerja di segmen apapun itu. Bila kritik dipandang sebagai sebuah nutrisi, maka itu sangat baik. Sama pula dengan penanganan Covid-19 di Kota Baubau, tentu banyak hal yang masih butuh perbaikan, perlu dirapikan dan sebagainya. Itu sebab kritik publik di media-media sosial perlu pula disahuti dengan baik. Sebab itu cara publik menyampaikan gagasan-gagasannya. Secara pribadi saya tidak alergi dengan hal-hal yang bersifat kritis dan konstrutif, sebab tujuannya untuk kemaslahatan bersama.
Mendalami apa-apa yang termediasi di media sosial, saya mengelompokkan kritik dan saran itu menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama; ada saran dan kritik yang memang bertujuan untuk perbaikan dan tanggung jawab bersama karena berkaitan dengan keselamatan banyak orang, khususnya penanganan Covid-19, itu yang harus direspon dengan baik.
Beda halnya, bila kritik namun mengarah kepada hal-hal privacy, niatnya sekadar pada menjatuhkan karakter pribadi. Saya lebih memilih diam, tak perlu menanggapi. Tugas kami lebih penting dari pada memikirkan itu semua.
Tetapi, Anda dianggap memanfaatkan situasi Covid-19 ini, sebagai panggung politik Anda. Seolah-olah, semua ruang Anda begitu dominan, bukankah itu melahirkan persepsi publik, bila itu panggung politik Anda?
Saya secara tegas mengatakan bahwa berdosalah saya, bila situasi kemanusiaan ini saya jadikan sebagai panggung politik pribadi saya. Itu tidak benar. Harusnya kita bersama-sama, berpikir bersama, bertindak bersama atas nama kemanusiaan, menangani penyebaran Covid-19 ini. Bukan hal lain.
Namun bila ada persepsi lain seperti itu, tentu saya tidak bisa meyakinkan semua orang, bila saya secara pribadi tidak seperti itu. Bila saya saya dianggap dominan, ada di semua ruang – itu juga karena posisi dan tanggung jawab pekerjaan.
Semisal begini, saya adalah Sekretaris Daerah ex officio sebagai Kepala BPBD Kota Baubau. secara nomenklaturnya, Sekda adalah Sekretaris Gugus Tugas yang berkedudukan di BPBD. Tugas-tugas Gugus Covid dibantu oleh tenaga sekretariat, di sana posisi saya sebagai pengarah.
Dalam hal kebijakan Pemerintah Kota Baubau berkait Covid-19, saya diamanahkan Bapak Wali Kota untuk berbicara ke publik, itu pun dikoordinasikan sebelumnya dengan Pak Wali Kota. Sementara untuk teknis medis dipercayaan ke dokter Lukman. Dengan posisi seperti itu, tentu saya tak boleh bersikap pasif. Harus aktif, agar kawan-kawan di gugus tugas dan sekretariatnya tetap bersemangat bekerja. Tidak lebih dari itu.
Tetapi belakangan, ada stiker Anda di karung-karung beras yang diedarkan Pramuka Kwarcab Baubau. Lagi-lagi Anda dianggap memanfaatkan momentum.
Itu juga, kebetulan saya adalah Ketua Kwarcab Pramuka Kota Baubau. sebagai pimpinan di organisasi itu, saya mendorong pengurus dan adik-adik Pramuka untuk mengambil peran untuk berbagai empati dengan warga yang terdampak Covid-19. Alhamdulillah mereka berdonasi sendiri sehingga ada yang bisa dibagikan ke warga, berupa beras dan sebagainya.
Berkait stiker itu, tak ada imbauan apalagi penegasan memasang stiker dari saya. Semua berjalan normatif. Teman-teman pengurus dan adik adik dewan kerja sendiri yang berinisiasi sebagai bentuk kecintaan pada organisasi dan kepengurusannya.
Jadi soal panggung politik, Anda menolak itu?
Pasti. Tidak etis dan elok membahas politik di situasi seperti ini. Kita hilangkan dulu hal itu, dan satukan niat kita dulu untuk kesehatan dan kemaslahatan masyarakat. Kalau ada yang menyebut saya itu secara terbuka dan mengarah ke pribadi saya, bahwa saya memanfaakan ruang kemanusiaan itu, maka itu berarti mengarah ke fitnah pribadi.
Anda berniat mengkasuskankannya secara hukum, bagi pengguna media sosial seperti itu?
Duh, saya belum punya energi tambahan untuk berproses hukum. Saya hanya mengajak, mari sama-sama mencegah Covid-19 ini. ini tugas mulia bila sama-sama mendermakan diri di situasi ini. ambil peran, apalagi ini bulan suci Ramadhan, baiknya bekerja ikhlas, tulus agar semuanya bernilai ibadah.
Masih banyak pekerjaan, masih banyak yang harus dibenahi. Bila ada yang ingin diskusi, memberi saran, membangun auto kritik. Ada sekretariat Gugus Tugas di eks kantor Wali Kota lama. Di sana ruang besarnya. Saya yakin tujuan kita sama, demi kemaslahatan bersama. Terima kasih. (**)
Cukup banyak kritik tajam mengarah kepada pribadi Anda di situasi Covid ini, seperti apa respon Anda terhadap itu semua?
Kritik itu pada dasarnya baik untuk perbaikan kinerja di segmen apapun itu. Bila kritik dipandang sebagai sebuah nutrisi, maka itu sangat baik. Sama pula dengan penanganan Covid-19 di Kota Baubau, tentu banyak hal yang masih butuh perbaikan, perlu dirapikan dan sebagainya. Itu sebab kritik publik di media-media sosial perlu pula disahuti dengan baik. Sebab itu cara publik menyampaikan gagasan-gagasannya. Secara pribadi saya tidak alergi dengan hal-hal yang bersifat kritis dan konstrutif, sebab tujuannya untuk kemaslahatan bersama.
Mendalami apa-apa yang termediasi di media sosial, saya mengelompokkan kritik dan saran itu menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama; ada saran dan kritik yang memang bertujuan untuk perbaikan dan tanggung jawab bersama karena berkaitan dengan keselamatan banyak orang, khususnya penanganan Covid-19, itu yang harus direspon dengan baik.
Beda halnya, bila kritik namun mengarah kepada hal-hal privacy, niatnya sekadar pada menjatuhkan karakter pribadi. Saya lebih memilih diam, tak perlu menanggapi. Tugas kami lebih penting dari pada memikirkan itu semua.
Tetapi, Anda dianggap memanfaatkan situasi Covid-19 ini, sebagai panggung politik Anda. Seolah-olah, semua ruang Anda begitu dominan, bukankah itu melahirkan persepsi publik, bila itu panggung politik Anda?
Saya secara tegas mengatakan bahwa berdosalah saya, bila situasi kemanusiaan ini saya jadikan sebagai panggung politik pribadi saya. Itu tidak benar. Harusnya kita bersama-sama, berpikir bersama, bertindak bersama atas nama kemanusiaan, menangani penyebaran Covid-19 ini. Bukan hal lain.
Namun bila ada persepsi lain seperti itu, tentu saya tidak bisa meyakinkan semua orang, bila saya secara pribadi tidak seperti itu. Bila saya saya dianggap dominan, ada di semua ruang – itu juga karena posisi dan tanggung jawab pekerjaan.
Semisal begini, saya adalah Sekretaris Daerah ex officio sebagai Kepala BPBD Kota Baubau. secara nomenklaturnya, Sekda adalah Sekretaris Gugus Tugas yang berkedudukan di BPBD. Tugas-tugas Gugus Covid dibantu oleh tenaga sekretariat, di sana posisi saya sebagai pengarah.
Dalam hal kebijakan Pemerintah Kota Baubau berkait Covid-19, saya diamanahkan Bapak Wali Kota untuk berbicara ke publik, itu pun dikoordinasikan sebelumnya dengan Pak Wali Kota. Sementara untuk teknis medis dipercayaan ke dokter Lukman. Dengan posisi seperti itu, tentu saya tak boleh bersikap pasif. Harus aktif, agar kawan-kawan di gugus tugas dan sekretariatnya tetap bersemangat bekerja. Tidak lebih dari itu.
Tetapi belakangan, ada stiker Anda di karung-karung beras yang diedarkan Pramuka Kwarcab Baubau. Lagi-lagi Anda dianggap memanfaatkan momentum.
Itu juga, kebetulan saya adalah Ketua Kwarcab Pramuka Kota Baubau. sebagai pimpinan di organisasi itu, saya mendorong pengurus dan adik-adik Pramuka untuk mengambil peran untuk berbagai empati dengan warga yang terdampak Covid-19. Alhamdulillah mereka berdonasi sendiri sehingga ada yang bisa dibagikan ke warga, berupa beras dan sebagainya.
Berkait stiker itu, tak ada imbauan apalagi penegasan memasang stiker dari saya. Semua berjalan normatif. Teman-teman pengurus dan adik adik dewan kerja sendiri yang berinisiasi sebagai bentuk kecintaan pada organisasi dan kepengurusannya.
Jadi soal panggung politik, Anda menolak itu?
Pasti. Tidak etis dan elok membahas politik di situasi seperti ini. Kita hilangkan dulu hal itu, dan satukan niat kita dulu untuk kesehatan dan kemaslahatan masyarakat. Kalau ada yang menyebut saya itu secara terbuka dan mengarah ke pribadi saya, bahwa saya memanfaakan ruang kemanusiaan itu, maka itu berarti mengarah ke fitnah pribadi.
Anda berniat mengkasuskankannya secara hukum, bagi pengguna media sosial seperti itu?
Duh, saya belum punya energi tambahan untuk berproses hukum. Saya hanya mengajak, mari sama-sama mencegah Covid-19 ini. ini tugas mulia bila sama-sama mendermakan diri di situasi ini. ambil peran, apalagi ini bulan suci Ramadhan, baiknya bekerja ikhlas, tulus agar semuanya bernilai ibadah.
Masih banyak pekerjaan, masih banyak yang harus dibenahi. Bila ada yang ingin diskusi, memberi saran, membangun auto kritik. Ada sekretariat Gugus Tugas di eks kantor Wali Kota lama. Di sana ruang besarnya. Saya yakin tujuan kita sama, demi kemaslahatan bersama. Terima kasih. (**)
0 Komentar