ADA begitu banyak kisah glorifikasi mengenainya, bagi komune adat Wasuamba, Labuandiri, Lawele, Wakaokili ia adalah sang Maharsi, dikultuskan dengan tiada sela celanya. Tetapi mula dari semuanya ketika ia dilahirkan, begitu dramatis dikisahkan, alam datang membawa pertanda.
Alam bergolak hebat di subuh itu, hujan lebat menderas turun, gemuruh guntur, dan pijar kilat bersilangan menggaris langit, pertanda seorang lagi orang besar telah lahir ke bumi fana, di tanah Buton.
Dia La Karambau, bersamaan tangisnya pecah, Bulusi--kayu utama penyangga yang menopang Kamali sultan patah dan langit seketika cerah, hujan reda, matahari pagi bersinar.
Bhisa kesultanan membaca pertanda itu; anak ini membawa dua hal sekaligus: Kemuliaan yang mengikut Kemalangan.
Benarlah akhirnya, nasibnya kemudian ditentukan nasabnya, ia menjadi Mulia sebagai sultan, penguasa Buton pertama yang memulakan penentangan terang-terangan kepada Belanda.
Tiada sultan yang kembali diangkat menjadi sultan, kecuali hanya dia saja sendiri, satu-satunya.
Dia yang berani memutus rantai belenggu yang telah berpuluh tahun mengekang Buton. Ia memantik perang, terus maju tiada mundurnya dari sikap keras menentangnya.
Di Lakasuba, hutan antara Sorawolio dengan Kaisabu, ia menunggu Belanda yang mengejarnya, mengajak perang terbuka di sana. Serdadu Belanda yang ketakutan kehilangan nyali berhadapan langsung dengannya, meriut mereka serupa keong masuk cangkangnya, mundur kembali sebagai pengecut.
Beruntungnya, Kemalangan mendahului didapatkannya sebelum kemuliaan. Sebab ia beribu selir, tersisih kemudian dari istana, Ina Wa Komba--perempuan tiada beranak, mengambilnya, dirawatnya sebagai anak sendiri.
Begitulah La Karambau, tumbuh besar dalam asuh Ina Wa Komba bukan di istana, tetapi di belantara, tempat yang menjadi kelak nama gelarnya sendiri: Oputa Yi Koo, dia yang Mulia bertahta di hutan.
Saya akan mengisahkan kisah-kisah mengenainya itu, kisah di masa kecilnya La Karambau, waktu dimana karakter kepahlawanannya sedang dibentuk oleh seorang perempuan tiada beranak yang memakai nama samar Ina Wa Komba. (La Yusrie)