KOTAMARA adalah nama kawasan di Kota Baubau yang telah menjelma sebagai salah satu perwajahan kota dengan ruang publik yang mengagumkan. Deru ombak berpadu dengan desir angin yang memilir dedaunan pinus dan sesekali kicaun burung – adalah harmoni irama alam yang selalu hadir di sana, kawasan yang mulai terbangun sejak tahun 2011 silam di masa pemerintahan Wali Kota Amirul Tamim.
Entah kapan penamaan ‘kotamara’ di Baubau mulai mengiang di telinga – tak banyak yang tahu. Namun yang pasti penamaannya tertutur sebagai warisan kesejarahan masa silam – masa kejayaan Hindia Belanda di Nusantara, termasuk di Buton. Apalagi dihubungkan dengan kawasan terdekatnya – kampung Loji. Ini juga banyak versi; ada yang menyebut Loji dengan tulisan ‘lodge’, pun ada yang menyebutnya sebagai singkatan diksi ‘logistik’- diucap ‘Loji’ – lojistik.
Seperti ungkapan seorang pemerhati budaya, La Ode Muh. Arsal. “Loji, konon adalah pusat penampungan segala kebutuhan pemerintahan Hindia Belanda. Jadi tentu sangat populer di zamannya, apalagi istiliha ini juga ditemukan di berbagai tempat di Indonesia,” ujar Arsal menalar nama kampung tua itu kepada BuonMagz – Minggu sore ini. (4/11)
Lalu bagaimana dengan Kotamara, apakah mungkin pernah ada kemarahan atau huru-hara di sana? entah. Namun La Ode Arsal menyebutnya sebagai ‘kota muara’ yang kemudian dalam pelafalan menjadi -kotamara-.. “Kota dalam beberapa sebutan kesejarahan berarti benteng. Sementara ‘mara’, asal katanya ‘muara’. Tentu agak mendekati, sebab kawasan di depan kampung Loji itu, memang terbilang sebagai muara laut dan pertemuan sungai,” ujarnya
Penelusuran kepustakaan pada sebutan ‘Kotamara’ ternyata tak hanya ada di Kota Baubau. Di beberapa kota yang memiliki kesejarahan kuat seperti Banjarmasin, Minahasa dan kota-kota berbasis pantai juga ditemukan penamaan kawasan sekitar muara dinamai Kotamara, dalam kesejarahan tertulis ‘Kotta Mara’.
Entah kapan penamaan ‘kotamara’ di Baubau mulai mengiang di telinga – tak banyak yang tahu. Namun yang pasti penamaannya tertutur sebagai warisan kesejarahan masa silam – masa kejayaan Hindia Belanda di Nusantara, termasuk di Buton. Apalagi dihubungkan dengan kawasan terdekatnya – kampung Loji. Ini juga banyak versi; ada yang menyebut Loji dengan tulisan ‘lodge’, pun ada yang menyebutnya sebagai singkatan diksi ‘logistik’- diucap ‘Loji’ – lojistik.
Seperti ungkapan seorang pemerhati budaya, La Ode Muh. Arsal. “Loji, konon adalah pusat penampungan segala kebutuhan pemerintahan Hindia Belanda. Jadi tentu sangat populer di zamannya, apalagi istiliha ini juga ditemukan di berbagai tempat di Indonesia,” ujar Arsal menalar nama kampung tua itu kepada BuonMagz – Minggu sore ini. (4/11)
Lalu bagaimana dengan Kotamara, apakah mungkin pernah ada kemarahan atau huru-hara di sana? entah. Namun La Ode Arsal menyebutnya sebagai ‘kota muara’ yang kemudian dalam pelafalan menjadi -kotamara-.. “Kota dalam beberapa sebutan kesejarahan berarti benteng. Sementara ‘mara’, asal katanya ‘muara’. Tentu agak mendekati, sebab kawasan di depan kampung Loji itu, memang terbilang sebagai muara laut dan pertemuan sungai,” ujarnya
Penelusuran kepustakaan pada sebutan ‘Kotamara’ ternyata tak hanya ada di Kota Baubau. Di beberapa kota yang memiliki kesejarahan kuat seperti Banjarmasin, Minahasa dan kota-kota berbasis pantai juga ditemukan penamaan kawasan sekitar muara dinamai Kotamara, dalam kesejarahan tertulis ‘Kotta Mara’.
Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kotamara diartikan sebagai dinding di kapal untuk melindungi orang yang memasang meriam selain itu dapat pula berarti teras atau dinding di atas benteng tempat meriam.
Di Banjarmasin ada kawasan yang dinamai Lanting Kotamara, merupakan benteng (ada pula yang mengatakan panser) apung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda yang berada diperairan sungai Barito. Bentuk lanting Kotamara ini cukup unik karena dibuat dari susunan bambu dan batang kayu memanfaatkan hasil hutan Kalimantan yang membentuk sebuah benteng terapung.
Dindingnya di desain secara berlapis-lapis sehingga sukar ditembus dan dihancurkan oleh peluru pistol, senapan dan meriam-meriam punya Belanda. Lanting Kotamara selain didukung dengan pertahanan yang kuat juga dipersenjatai dengan meriam dan beberapa lila (meriam kecil).
Pada buku Perang Banjar Barito karya Ahmad Barjie, disebutkan bahwa Lanting Kotamara merupakan karya seseorang yang bernama Raden Jaya Anum dari Kapuas Tengah, yang setelah masuk islam dijuluki Juragan Kuat. Sebuah sumber mengatakan kapal-kapal Belanda yang berhasil dirusak dan pernah head to head langsung dengan lanting Kotamara adalah Onrust, Cipanas dan Celebes pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau Kanamit, sungai Barito.
Di Banjarmasin ada kawasan yang dinamai Lanting Kotamara, merupakan benteng (ada pula yang mengatakan panser) apung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda yang berada diperairan sungai Barito. Bentuk lanting Kotamara ini cukup unik karena dibuat dari susunan bambu dan batang kayu memanfaatkan hasil hutan Kalimantan yang membentuk sebuah benteng terapung.
Dindingnya di desain secara berlapis-lapis sehingga sukar ditembus dan dihancurkan oleh peluru pistol, senapan dan meriam-meriam punya Belanda. Lanting Kotamara selain didukung dengan pertahanan yang kuat juga dipersenjatai dengan meriam dan beberapa lila (meriam kecil).
Pada buku Perang Banjar Barito karya Ahmad Barjie, disebutkan bahwa Lanting Kotamara merupakan karya seseorang yang bernama Raden Jaya Anum dari Kapuas Tengah, yang setelah masuk islam dijuluki Juragan Kuat. Sebuah sumber mengatakan kapal-kapal Belanda yang berhasil dirusak dan pernah head to head langsung dengan lanting Kotamara adalah Onrust, Cipanas dan Celebes pada tanggal 6 Agustus 1859 di pulau Kanamit, sungai Barito.
Terasa mengagumkan dengan cerita itu, terbetik dipikiran betapa hebatnya leluhur dengan bahan dan kearifan lokal yang ada mampu membuat benteng terapung ini. Mengingatkan pada penemuan-penemuan unik yang dimiliki bangsa lain seperti kapal kura-kuranya Laksamana Yi Sun-sin yang dimana digunakan oleh bangsa Korea untuk membendung invansi bangsa Jepang dan juga kapal Flamethrower (penyembur api) milik Byzantium sebagai yang unik di bidang kemaritiman.
Lalu apakah di Baubau nama Kotamara juga seperti itu. Mungkin ada kaitannya, sebab kawasan juga ini salah satu pintu masuk ke Pulau Buton, seperti ditulisan ‘expeditie van soenda’ di awal tahun 1900-an. Apapun itu, kapan penamaannya, memang penting ditelusuri sebagai pentasbih bila Kota Baubau adalah kota tua dengan kesejarahan yang kuat.
Kini Kotamara telah menjadi kawasan baru di Baubau. Di sana interaksi manusia begitu riuh, dari pagi, sore hingga malam hari. Kotamara kini menjadi peradaban baru kawasan modern yang terbangun dalam banyak jejak dan situs kesejarahan. Sembari memikirkan seluk beluk sejarah kawasan itu, agar tak kehilangan jejak dalam komodernan warga perkotaan. Mari mememeliharanya! (**)
Baca juga :Lojie, kampung kecil dengan nama besar
Kini Kotamara telah menjadi kawasan baru di Baubau. Di sana interaksi manusia begitu riuh, dari pagi, sore hingga malam hari. Kotamara kini menjadi peradaban baru kawasan modern yang terbangun dalam banyak jejak dan situs kesejarahan. Sembari memikirkan seluk beluk sejarah kawasan itu, agar tak kehilangan jejak dalam komodernan warga perkotaan. Mari mememeliharanya! (**)
Baca juga :Lojie, kampung kecil dengan nama besar
0 Komentar