Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830

Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.

BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat. di tahun 1830 pernah terjadi tragedi memilukan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. seorang tokoh besar pernah di tawan di saat lebaran kedua itu. 

Hari lebaran kedua pada tahun 1830 adalah hari tragis bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kala itu, tepatnya pada tanggal 2 Syawal 1245 Hijriyah, atau 28 Maret 1830 Masehi, Belanda menangkap Pangeran Diponegoro dan memisahkannya dari pengikutnya.

Kala itu Pangeran mengunjungi Letnan Jendral Hendrik Markus de Kock di rumah residen Magelang bermaksud silaturahmi karena merasa lebih muda. Diponegoro datang tidak ingin ditangakap tapi sekedar berunding. Kebetulan suasana saat itu perang tengah dalam keadaan gencatan senjata. Diponegoro datang ke Magelang dari markasnya yang saat itu berada di pegunungan Menoreh.

Tak hanya Dipnegoro yang terkejut ketika ditangkap saat melakukan silaturahmi, para perwira Belanda selain De Kock merasa malu atas peristiwa penangkapan ini yang mereka sebut sebagai sebuah tindakan yang tidak kesatria. Bahkan ada yang menyatakan peritiswa memalukan ini tercatat sebagai aib bagi Belanda. Mereka menang perang dengan tindakan curang.

Tindakan de Kock ini jelas tak bisa diterita. Saat itu kekuatan pasukan Diponegoro sudah melemah dan terjetipgt akibat siasat 'benteng Stelsel'. Sang pangeran pun dalam keadaan sakit terkena malaria.

Tak hanya itu Belanda pun sebenarnya sudah menyiapan skenario pertempuran terkahir di sekigtar kali opak dan progo, tempat di mana markas psukan Diponegoro berada. Dan Diponegoro pun sudah tahu pertempuran 'puputan' akan terjadi dan telah bertempur habis-habisan serta tahu bahwa risikonya hanya kematian. Tapi dia memilih itu, gugur dalam perang.

Tapi ternyata Belanda memilih jalan lain yang tak kesatria. Kala itu Diponegoro marah besar. Tapi de Kock cuek. Katanya, ini perintah atasannya. Dan Diponegoro bertanya atasan yang di mana. de Kock kembali berkelit ada di Salatiga seraya mempersilahkan Diponegoro bertemu di sana. Tapi ternyata itu hanya taktik de Kock. Atasannya juga tak ada di sana.

Diponegoro lalu di bawa dari Salatiga, ke semarang, lalu ke Batavia. Dari sana Diponegoro di bawa ke Manado, lalu beberapa tahun kemudian dipindahkan tahanannya ke Makassar sampai dia meninggal.

Jadi inilah salah satu kisah tragedi di lebaran kedua pada tahun 1830. Dan sejak saat itulah, yakni dititik itu, terjadi perubahan besar pada sistem kolonilasi. Jawa dan wilayah lainnya yang dikuasai Belanda di Nusantara, resmi jadi milik pemerintah kerajaan Belanda, yang sebelumnya berada dalam kekuasaan kongsi dagang, VOC.

Dan bila merunut kebelakang kata Jihad misalnya muncul secara tegas dalam kancang Perang Jawa yang terjadi selama lima tahun di tahun 1825-1830. Dalam perang yang dipimpin Raden Mas Mutahar atau Pangeran Diponegoro ini seruan 'jihad' dalam makna memerangi kolonial memang tak sekedar punya penyebab tunggal. Atau, misalnya semata merupakan rasa kejengkelan kepada penjajah semata.

Dalam seruan jihad saat itu indikasi penyebabnya bermacam-macam alias tidak tunggal. Ada yang bersifat internal kraton Mataram Islam di Yogyakarta misalnya persaingan politik antar pangeran.

Pada sisi lain, jihad yang bermakna perang melawan kolonial kala itu juga terjadi akibat penderitaan hidup dan persoalan ekonomi yang ada di Hindia Belanda setelah bubarnya VOC. Ada juga soal goncangnya tata kehidupan lama dunia atau persoalan internasional akibat munculnya revolusi Industri dan Revolusi Prancis.

Bahkan selain tu penyebabnya juga ada persoalan perubahan iklim dunia dengan meluasnya wabah kolera akibat gunung meletus Tambora di Sumbawa yang maha dahsyat.

Persoalan lainnya juga terjadinya kesenjangan sosial di mana jurang kaya miskin di masyarakat sudah begitu lebar. Ibarat sebuah sumbu petasan, semua yang awalnya menyala di awal, kemudian mencapai puncak ledakannya kala menjadi soal agama. Saat itu berubah menjadi perang atau tindak kekerasan.

Dalam agama Islam pun saat itu terjadi perubahan. Ide tentang persatuan Islam mulai masuk. Kalangan pelajar dan ulama di pusat-pusat pengajaran Islam, misalnya di Makkah dan Mesir, sudah merasakannya betapa umat Islam kala itu hidup miskin dan terhina di bawah cengkeramanan kaum kolonialis.

Salah satu ekpresinya adalah terjadi peribahan dalam kelompok tarikat. Aliran keagaam yang semua kerap disehut jumud dan hanya mementingkan sikap eksoteris pribadi ini tiba-tiba berubah. Kala itu ada tarekat baru dari kaum suni (nasqabandiyah), yakni berupa tarikat satariyah.

Nama tarikat tersebut mengambil \'nisbat\' dari sosok pendirinya Abdullah asy-Syattar. Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania dengan nama Isyqiyah. Tarikat inilah yang mengorbankan perlawanan di dunia Islam yang terbentang dari Afrika bagian utara hingga Asia Tenggara.

Dan Jejak para pengikut tarekat ini sampai ke Jawa atau Nusantara. Ini misalnya tampak dari sosok pangeran asal Yogyakarta yang menjadi pendiri tua di dekat Madiun yang tak jauh dari Gunung Lawu, yaitu Pesantren Takeran. Di masa kini dari pesantren lahir sosok penting, seperti Ketua MPR tahun 1980-an, Jendral M Kahis Suhud dan bos Jawa Pos sekaligus mantan menteri era Presiden SBY, Dahlan Iskan.

Maka, bekat aliran Satariyah ini tarikat tidak lagi hanya bersifat eksetoris atau melihat ke dalam sisi pribadi manusia saja seperti lazimnya, tapi sudah berubah menjadi sebuah gerakan sosial berupa perlawanan terhadap penindasan kolonial di Jawa dan Nusantara.

Maka tak ayal lagi, saat itu seruanjihadmelawan kolonial waktu itu semakin ramai diperbicangkan. Apalagi jauh-jauh hari sebelunya, yakni sekitar tahun 1780 M ada surat dari Syekh Abdul Shamad Al Palembani yang menjadi imam di Masjidil Haram sempat bersurat kepada para Raja Jawa, seperti Paku Buwono IV untuk melakukan perang suci terhadap Belanda.

Seruan jihad itu disalin dan kemudian banyak di tempel di berbagai masjid yang kala itu bertepatan dengan menjelang tibanya bulan Ramadhan.

Situasi ini makin klop dengan latar belakang Diponeoro yang didik secara santri oleh neneknya yang berasal dari Madura dan merupakan cucu seorang ulama. Bahkan konon, neneknya itulah yang memberikan teladan dan pembelajaran kepada Dipongero untuk hidup secara aksetis sebagai seorang Muslim.

Ini semakin masuk akal, karena eyangnya yakni Sultan Hamengku Buwono I selaku pendiri Kraton Yogyakarta adalah seorang Muslim. Bahkan dia adalah anak pesantren. Tempat belajarnya adalah salah satu Pondok Pesantren tua yang ada di Ponorogo. Ini makin kental karena dia juga keturunan 'duriat Rasulullah' atau lebih dikenal sebagai keturunan Arab dari keluarga Basyaiban.

Peneliti Diponegoro asal Inggris Pater Carey dalam banyak perbincangan kerap mengatakan jauh-jauh hari di masa kecilnya, sang eyang yakni Sultan Hamengku Buwono I pun sudah meramal bila cucunya kelak akan menjadi orang yang berani atau jagoan di dalam melawan Belanda.

Dalam banyak kesempatan ketika menimang bayi cucunya yakni Raden Antawirya alias Raden Mas Abdul Hamid (di kala dewasa dan memimpin perang Jawa kemudian memakai nama Pangeran Diponegoro), hal itu sering dia ucapkan. Bakat alamnya berupa pukulan tangan yang keras membuat eyangnya yakin bila dewasa sang cucu ini akan menjadi orang yang 'jadug' atau jagoan pemberani. (Subarkah/Rep)



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...