Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar


BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan, dimana solar tentu merupakan satu-satunya yang dibutuhkan menjadi bahan bakar agar kapal mereka bisa digunakan untuk mengais rejeki di lautan.

Nyong Tomia, merupakan Ketua Kelompok Ekowisata Poassa Nuhada di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pria berusia 35 tahun dengan satu anak ini bercerita, terobosan dan inovasi mengolah sampah terpadu menjadi bahan bakar solar di desanya sudah dilakukan sejak 2021 lalu.

Inovasi dalam pengelolaan sampah terpadu di desanya dilakukan sebagai bentuk menjaga lingkungan, khusus di daerahnya dari sampah-sampah plastik yang cukup lama terurai oleh alam jika dibuang begitu saja.

Sadar tak mau merusak alam bumi Wakatobi, dan dinilai bisa memberi manfaat positif, semua masyarakat bergerak bersama dalam satu langkah dan pemikiran untuk mengubah sampah plastik menjadi berkah.
 
Sistem Pirolisis

Nyong Tomia yang sehari-harinya juga berprofesi sebagai nelayan mengajak untuk memperlihatkan mesin pengolah sampah di rumah produksi tak jauh dari rumah warga yang disimpan di lahan hibah dari pemerintah desa.

Mesin pengelolaan sampah berbentuk kotak diperoleh dari pendanaan Jasa Raharja Sulawesi Tenggara  disimpan di rumah pengolahan sampah seluas 7x5 meter di lahan berukuran 20x30 yang beratapkan rumbia.

Sembari menunggu mesin pengolahan sampah bekerja, Nyong Tomia sambil menunjuk mesin itu mengatakan bahwa dalam sekali memproduksi sampah plastik menjadi solar memakan waktu 3 sampai 3,5 jam dengan hasil 2,8 liter solar.

Untuk bisa menghasilkan 2,8 liter solar, mesin itu mengolah sampah plastik maksimal seberat 4 kilogram.

"Dalam sehari kami bisa memproduksi maksimal 3 sampai 4 kali, berarti totalnya 14 liter dalam sehari," kata pria yang juga merupakan sekretaris desa itu.

Kelompok ekowisata masyarakat di desanya melakukan suatu terobosan serta inovasi dalam pengelolaan sampah terpadu bagi seluruh masyarakat desa yang dinamai pirolisis.

Masyarakat tergabung dalam wadah pengelola pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) Poassa Nuhada mengolah sampah plastik yang mampu menghasilkan energi terbarukan berupa bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dengan mesin itu.

Pria yang akrab disapa Nyong ini mengatakan upaya pengolahan sampah plastik menjadi solar di desanya melibatkan semua kalangan usia, karena mereka menyadari betul pentingnya menjaga lingkungan.

Semua bergerak bersama mulai pemerintah desa, pemuda, ibu rumah tangga, anak-anak pelajar SD maupun SMP, serta kalangan masyarakat desa lainnya dalam hal pengumpulan maupun memisahkan sampah.

"Kegiatan pirolisis ini alhamdulillah sudah berjalan sejak satu tahun terakhir, kami coba libatkan pemerintah desa juga untuk memikirkan keberlanjutan usaha ini ke depan," ucap dia.

Sesekali diiringi senyuman, pria ini berkata bahwa dalam proses pengolahan sampah di mesin pirolisis dilakukan oleh pemuda di desanya, membuktikan bahwa semua ikut andil dalam mendukung usaha itu.

Hal menarik dalam upaya ini tentunya kesadaran masyarakat yang sudah memilah sampah sejak dari rumah masing-masing, setelah itu khusus sampah plastik lalu di bawa ke rumah produksi itu yang diserahkan secara gratis.

"Sampahnya gratis, swadaya dari para anggota maupun masyarakat desa," ucapnya sambil tersenyum.

Meski begitu, dalam pengelolaan sampah dengan sistem propolis ini tidak semua jenis sampah plastik dapat diolah menjadi solar.

Terlebih dahulu dilakukan pemisahan dari rumah tangga masing-masing dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan juga petugas sampah sebelum dibuang.

Dimana, untuk sampah organik langsung dibuang ke tempat pembuangan sampah, sedangkan sampah anorganik atau sampah plastik langsung di simpan di rumah produksi pirolisis untuk diolah menjadi solar.

Jenis sampah plastik yang dapat diolah menjadi solar ada tiga antara lain pastik high-density polyethylene (HDPE) berupa sampah plastik keras, kedua plastik low-density polyethylene (LDPE) berupa pembungkus atau kantong plastik dan ketiga plastik polypropylene (PP) berupa plastik kemasan air mineral gelas.

Tak terasa bercerita, mesin yang sudah mulai bekerja kini memancarkan panas yang terasa 1 sampai 2 meter. Namun, panasnya tidak begitu menyengat kulit karena atap yang terbuat dari rumbia dan dinding dari kayu miliki celah masuknya angin sehingga menetralkan pacaran panas dari mesin itu.

Nyong lalu mempraktikkan cara kerja dari mesin itu, dia mengambil sampah plastik lalu dimasukkan ke dalam wadah mesin itu sekitar 4 kilogram, kemudian dipadatkan dengan didorong menggunakan besi panjang.

Setelah semua sampah plastik yang dimasukkan padat, mesin itu lalu dikunci rapat untuk memulai pemanasan.

Melalui terobosan itu, pengelolaan sampah terpadu bagi masyarakat di desa ini berjalan maksimal yang berdampak pada berkurangnya penimbunan sampah plastik, sekaligus mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

"Hasil solarnya dikonsumsi sendiri dan dibagikan kepada para anggota kelompok yang mayoritas nelayan dan para nelayan lainnya yang ada di desa kami," ujar dia sebelum mengakhiri obrolan yang dimulai sejak pukul 09.00 Wita hingga pukul 10.00 Wita.

Dia mengaku, usaha itu dapat terus berjalan berkat kolaborasi antara pemerintah desa setempat dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang terus senantiasa melakukan pendampingan dalam hal pengelolaan sampah serta pendanaan langsung oleh pihak Jasa Raharja.

Menjaga bumi

Dengan sistem pirolisis ini, memberikan manfaat dalam menjaga lingkungan dari bahaya sampah plastik yang dimana jika dibuang begitu saja maka alam membutuhkan 50-100 tahun dalam mengurai.

Penimbunan sampah yang ada di masyarakat daerah itu berkurang, tadinya sampah-sampah itu dibuang langsung oleh petugas sampah yang dikhawatirkan semakin menumpuk sehingga pencemaran lingkungan mudah terjadi.

Menurut Wakatobi Program Coordinator YKAN, La Ode Arifudin selaku pendamping kelompok ekowisata masyarakat di Desa Kulati, pengelolaan sampah dengan menggunakan pirolisis dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat terkait bahaya sampah plastik terhadap keasrian dan kelestarian lingkungan.

Sebelum adanya program itu, pengelolaan sampah di desa ini cenderung dibuang langsung atau dibakar yang pada akhirnya dapat menyebabkan polusi udara.

"Niat kami diawal dalam proses pirolisis ini adalah bagaimana masyarakat bisa mulai sadar terkait dengan bahaya sampah plastik terhadap lingkungan," katanya yang juga ditemui di rumah produksi sampah di Desa Kulati.

Meski demikian, pihak YKAN menyebut pengolahan sampah plastik ini masih uji coba. Solar yang dihasilkan masih akan diteliti lebih lanjut di laboratorium untuk melihat kelayakannya.

Uji coba dilakukan meski pun para nelayan di desa mengaku telah menggunakan solar tersebut sebagai bahan bakar mesin kapal motor mereka untuk melaut dan mencari ikan.
 
Dukungan

Upaya daur ulang sampah plastik oleh kelompok ekowisata masyarakat Desa kulati di Kabupaten Wakatobi mendapat dukungan dari Jasa Raharja Sulawesi Tenggara.

Kepala Unit Operasional dan Humas Jasa Raharja Sultra, Agus Erick menegaskan pihaknya telah berkomitmen akan terus memberikan dukungan dalam keberlangsungan usaha kelompok ekowisata masyarakat Desa Kulati dengan sistem teknologi pirolisis.

Menurut dia, dukungan perlu diberikan sehingga pengelolaan sampah terpadu dapat terus berjalan demi menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan desa.

"Apalagi dukungan dari warga sekitar dalam melakukan pemilahan sampah secara mandiri di masing-masing rumah tangga, itu memberikan kebersamaan dalam upaya memerangi sampah plastik," ucap Agus

Berkaitan dengan upaya pengelolaan sampah plastik dengan sistem pirolisis ini, pemerintah desa setempat mengaku penumpukan sampah plastik di Desa Kulati mulai berkurang.

Kepala Desa Kulati La Ode Burhanuddin mengatakan pihaknya mendukung penuh kegiatan pengelolaan sampah berkelanjutan yang digalakkan oleh masyarakat di daerahnya yang jumlah penduduknya sebanyak 586 jiwa.

Salah satu bentuk dukungan tersebut dengan menyiapkan lahan khusus untuk pengelolaan sampah sebagai langkah mengurangi penimbunan sampah di desanya.

Pemerintah desa mengaku sejak adanya usaha pengelolaan sampah plastik dengan sistem pirolisis oleh kelompok ekowisata masyarakat ini, penurunan sampah di Desa Kulati mencapai 30 persen dari total sampah plastik yang ada.

Kesadaran dalam menjaga lingkungan merupakan hal yang harus digelorakan setiap insan manusia khususnya dari bahaya sampah plastik, sehingga bumi ini tetap terjaga yang pada akhirnya keasrian masih dapat dirasakan oleh anak cucu kita. (sumber antara)



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...