Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Meleura nan memikat di Sulawesi Tenggara, Raja Ampat versi Muna


Melihat Pantai Meleura ibarat memandang lautan pirus. Biru kehijauan, jernih begitu indah. Di sekeliling pantai terdapat bukit-bukit batu berselimut tumbuhan. Tak heran jika Pantai Meleura dijuluki Raja Ampat versi Muna.

"Destinasi wisata Meleura merupakan miniatur Raja Ampat di Papua Barat. Pantai ini memiliki keindahan dan keunikan tersendiri," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Muna Dahlan Kalega mempromosikan keindahan Pantai Meleura di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pantai ini berlokasi di selatan Kendari, Sulawesi Tenggara. Tepatnya di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna. Setidaknya ada tiga keunggulan yang ditawarkan Pantai Meleura. Laut jernih, panorama hutan, dan keindahan terumbu karang.

Pelancong bisa menumpang kapal cepat dari Kota Baubau. Penting untuk diingat hanya ada dua kali penyeberangan, pukul 08.00 WITA dan pukul 13.00 WITA. Perjalanan ini memakan waktu sekitar dua jam. Anda perlu sedia uang Rp150 ribu untuk tiket sekali jalan.

Opsi lain, bertolak dari Kendari menuju Pelabuhan Nusantara, sekitar 45 menit perjalanan. Lalu naik kapal menuju Pelabuhan Nusantara Raha, dengan lama perjalanan sekitar delapan jam, dilanjutkan perjalanan darat sekitar 30 menit untuk sampai di kawasan Desa Lakarinta.

Meski cukup terpencil, namun kondisi jalan darat sudah cukup baik. Jadi perjalanan darat boleh jadi tak terlalu melelahkan.

Sepanjang perjalanan dari pusat kota Raha, pelancong akan disuguhi pemandangan batu kapur. Di sekitar perbukitan itu pula, penduduk setempat mencari nafkah dengan berladang, menanam jagung dan berbagai sayur-mayur.

Pelancong juga akan menemui rumah-rumah tradisional berpagar batu kapur setinggi kira-kira 30 sentimeter saja. Jalanannya berkelok-kelok dan tak terlalu lebar, kira-kira dua meter saja, dinaungi pepohonan yang rindang.

Sebelum sampai di Pantai Meleura, pelancong akan menemui Gua Terapung atau Gua Meleura. Letaknya kira-kira 350 meter sebelum pantai nan memesona itu.

Untuk mengakses gua ini, pelancong harus berjalan kaki. Gua ini terdapat di sekitar batu karang di sisi Pantai Meleura. Berjalan kaki dari gua menuju pantai, Anda akan disuguhi hamparan laut jernih dan bukit kapur di sisi kanan.

Untuk masuk ke Pantai Meleura, pengunjung yang membawa kendaraan akan dipungut biaya Rp20 ribu untuk mobil dan Rp10 ribu untuk motor.

Pasir berpantai putih ini memiliki air yang begitu jernih. Dengan membayar sewa perahu Rp50 ribu sekali pakai, Anda tak butuh alat selam permukaan untuk menikmati warna-warni ikan hias, dan berbagai karang laut di pulau-pulau kecil sekitar pantai.

Di pantai ini, pelancong biasanya memancing, snorkeling, juga menyelam. Menurut Camat Lohia, Yani Hajarsosi, wisatawan asing pun mulai banyak berkunjung. Mereka dari Amerika Serikat, Jerman, dan Australia.

Bagi yang ingin bermalam, di sekitar Pantai Meleura ada beberapa pilihan akomodasi. Dua di antaranya adalah Alia Hotel dan Andalas Hotel yang sama-sama berlokasi di Raha.

Jarak dari hotel menuju pantai sekitar 15 kilometer atau 40 menit perjalanan. Tarif per malam (tahun 2016) sekitar Rp400 ribu per malam.

Setahun lalu, Pemerintah Kabupaten Muna menggelar Festival Pantai Meleura. Bupati Muna LM Rusman Emba berharap, percepatan pembangunan industri pariwisata di daerah akan memacu pertumbuhan wisata di Muna dan sekitarnya.

Jika Anda berkunjung pada bulan Juni, biasanya pemerintah kabupaten juga menggelar festival Danau Napabale. Danau ini terletak sekitar 6,6 kilometer dari Pantai Meleura. Anda dapat mencapainya dalam waktu sekitar 20 menit saja.

Di Festival Danau Napabale, pelancong dapat menyaksikan adu kuda. Tradisi Pulau Muna menganggap kuda sebagai simbol harga diri yang harus dipertahankan.

Di sekitar Pantai Meleura, pelancong juga bisa menyempatkan mampir ke Telaga Air Tawar Kantolughonu, Mata Air Motonuno. Pilihan lain, wisata religi Masjid Tua Lohia, menjajaki Liangkobori, atau menyusuri Bukit Wakila. (nas)

Baca Juga : Pantai Tengkera yang tersembunyi di Sulawesi Tenggara


  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...