Jenis rangkong satu ini terbilang berukuran kecil (sekitar 53 cm), bila dibandingkan rangkong lainnya. Tidak beralasan pula, jika banyak peneliti menjulukinya sulawesi dwarf hornbill.
Kangkareng sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus) ini tergolong istimewa, karena ia merupakan jenis yang hanya ada di Indonesia. Bersama julang sulawesi (Ryhticeros cassidix) dan satu jenis yang berada di Pulau Sumba yaitu julang sumba (Ryhticeros everetti), ketiganya didapuk endemik. Artinya, tidak akan dilihat dimanapun di belahan bumi ini, kecuali Indonesia.
Kangkareng sulawesi (Rhabdotorrhinus exarhatus) ini tergolong istimewa, karena ia merupakan jenis yang hanya ada di Indonesia. Bersama julang sulawesi (Ryhticeros cassidix) dan satu jenis yang berada di Pulau Sumba yaitu julang sumba (Ryhticeros everetti), ketiganya didapuk endemik. Artinya, tidak akan dilihat dimanapun di belahan bumi ini, kecuali Indonesia.
Kangkareng sulawesi hidup di hutan primer, dataran rendah, perbukitan, dan tepi hutan pada ketinggian 700 – 1.100 meter di atas permukaan laut (m dpl). Jenis ini biasanya mencari makanan di tengah tajuk pepohonan yang berbuah. Sebagai pemakan buah, biasanya berkelompok hingga puluhan individu, seringnya hinggap pada pohon jenis beringin (Ficus spp). Jantan dicirikan dengan muka dan tenggorokan kuning sementara betina wajahnya hitan, pun tenggorokannya.
Burung ini dapat ditemukan di Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi Tengah), hutan Tangkoko (Sulawesi Utara), Pulau Muna dan Pulau Buton (Sulawesi Tenggara), dan di blok hutan Popayato-Paguat, Gorontalo.
Badan Konservasi Dunia (IUCN) memasukkan kangkareng sulawesi sebagai satwa terancam punah berstatus “Rentan” (Vulnerable/VU). Artinya, jenis memiliki 10% kemungkinan untuk punah dalam jangka waktu 100 tahun ke depan.
Menurunnya populasi kangkareng sulawesi -termasuk julang sulawesi- diakibatkan oleh kerusakan habitat, kebakaran hutan, perburuan, hingga penambangan emas. Jenis ini juga terdaftar pada Lampiran II Konvesi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam Punah (CITES), dan dilindungi dalam PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Luar biasa
Seperti halnya dengan jenis rangkong yang lain, kangkareng sulawesi juga merupakan “petani hutan” yang tangguh dalam menebar biji sisa pakan buahnya. Dengan kemampuan menjelajah hingga rentang 100 kilometer persegi, rangkong memang memiliki jasa lingkungan yang besar dalam meregenerasi hutan.
Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien, peneliti rangkong dan hutan tropis, menjuluki rangkong sebagai petani hutan tangguh karena kehebatannya menebar biji. Ada hubungan tak terpisahkan antara rangkong dengan hutan yang sehat karena rangkong memerlukan pohon yang besar untuk sarangnya.
Hadirnya jenis rangkong menunjukkan bahwa pohon dengan kayu ukuran besar masih tumbuh di hutan tempat hidupnya. Rangkong membutuhkan pohon besar dan kuat untuk digunakan sebagai sarangnya, sekitar diameter 45 cm. Dipastikan, pohon berpostur kekar ini hanya ada di hutan yang bebas dari penebangan liar. (mongabay)