![]() |
H. Idrus Taufiq Saidi, S.Kom., M.Si - Kadis Kominfo Kota Baubau |
LIPUTAN KHUSUS (5). Mengakhiri tahun 2018, kepemimpinan Wali Kota Dr.H.AS. Tamrin dan Wakilnya La Ode Ahmad Monianse, telah memasuki 3 bulan setelah dilantik sebagai kepala daerah di Kota Baubau pada 24 September 2018 silam oleh Gubernur Sultra H. Ali Mazi, SH di Kota Kendari.
Terdapat banyak persepsi melingkupi cara pandang aparat Pemerintah Kota Baubau terhadap kepemimpinan ‘Tampil Manis’ – akronim populer yang mengaitkan dua nama besar di Kota Baubau, Tamrin dan Ahmad Monianse. Ada yang mempersepsi jika Pak Tamrin sosok pemimpin sederhana dan didukung Pak Monianse yang energik. Ada pula yang melihat keduanya sebagai kompilasi antara generasi senior dan millenial di Bumi Wolio ini.
Bagi seorang H. Idrus Taufiq Saidi, S.Kom., M.Si – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau, menyebut pasangan ‘tampil manis’ ini sebagai kepemimpinan berbudaya. Cara pandang ini diperoleh dari wawancara akhir tahun Butonmagz dengan Idrus Taufiq Saidi. Berikut petikan wawancaranya.
T : Anda menyebut sebagai kepemimpinan berbudaya Tampil Manis, itu seperti apa?
J : Sebelum jauh mengomentari itu, saya ingin menjelaskan defenisi berbudaya, yang berarti memiliki budaya, dalam kamus diartikan sebagai memiliki akar dan pikiran yang sudah maju. Pada konteks ini, maju bisa dianalogikan sebagai cara berpikir yang mengutamakan kebersamaan, mengutamakan sikap optimisme, ada kekompakan antara pemerintah dan warganya, mengikat ukhuwah antar sesama, dan Kota Baubau hidup dalam suasana yang nyaman, toleransi antar beragamanya kuat, dan penuh kedamaian.
T : hanya sesederhana itu defenisinya?
J : Defenisinya terlihat sederhana, tetapi maknanya sangat kompleks. Bahwa Pak Tamrin dan Pak Monianse didukung segenap aparatnya akan bekerja keras mewujudkan visi-misi kepemimpinan yang dijadikan pola membangun Kota Baubau. Berbudaya tidak sekadar diartikan bahwa Kota Baubau memiliki budaya yang kuat dan komprehensif, tetapi nilai-nilainya (budaya) yang ia tanamkan dalam penyelnggaraan pemerintahan, itu sebab Pak Wali Kota menggaungkan Po-5, yang secara akademik beliau serap dari falsafah ‘sara pataanguna’.
Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan Kota Baubau bila pemerintah dan masyarakatnya saling menghormati, saling menyayangi, saling membesarkan, tepa seliro dan toleransi, saling menguatkan. Maka yakinlah bahwa progres pembangunan akan berjalan dengan baik. Sebab prinsip-prinsip itu mengedepankan nilai-nilai kemanusian.
T : Nilai-nilai kemanusiaan?
J : Ya! Konsep pembangunan era post modern ini tidak sekadar infrastruktur, kendati itu juga wajib, tetapi harus pula humanis, maksudnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pemkot Baubau berupaya tak ada benturan, seperti diupayakan tidak ada penggusuran, harus win-win solution. Dalam arti posisi warga tetap harus dinomorsatukan. Itu sebab kenapa wali kota kita selalu dan sangat serius jika ada momen-momen budaya, ada rutual adat dan sebagainya.
Mungkin terlihat seremonial, tetapi Pak Wali ingin ‘value’ kegiatan itu bersemanyam dalam diri siapa saja warga yang ada di kota ini. Apa jadinya, kalau kita mengaku berbudaya, tetapi berbicaa saja kurang sopan, tidak ada penghargaan satu dengan yang lainnya. Nah, bangsa Buton itu bangsa yang sangat menjunjung tinggi value budayanya. Kita flashback dulu ke sana, agar kita tahu betapa luhur dan besar value yang ada di sana.
T : Tetapi publik juga menginginkan ada pembangunan?
J : Benar! Budaya itu bagian penting dari pembangunan, ini dalam konteks membangun sumber daya manusia, dan itu sangat penting. Pembangunan SDM adalah salah satu pilar utama dari 4 pilar pembangunan Kota Baubau. Pak Wali mengatakan, pembangunan itu seutuhnya dan seluruhnya. Makanya SDM adalah hal yang tak kalah pentingnya, selain infrastruktur, ekonomi, budaya dan sebagainya.
T : Itu berarti infrastruktur juga disentuh, sebagaimana terdahulu?
J : Itu pasti!, pembangunan infrastruktur tentu akan digenjot, Insha Allah tahun 2019 akan mulai tampak, jalanan, pembangunan, beberapa pintu gerbang kawasan memasuki perkotaan, pertamanan, dan berapa fasilitas pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Pastinya semua akan dikolaborasi satu dengan lainnya, dan ini memang prioritas dari kepemimpinan wali kota dan wakil wali kota.
T : Jadi kepemimpinan berbudaya ‘Tampil manis’ itu multi sektor?
J : Persis!, multi sektor dan menyeimbangkan antara manusianya dan kebutuhan perkotaan. Salah satu contoh di Dinas Kominfo Baubau. Kendati kita ini tidak tergolong ‘instansi kemakmuran’ tetapi berbasis pelayanan, tetapi program-program kita ke pada dua hal tersebut. Manusianya dan infrastrukturnya.
Terdapat banyak persepsi melingkupi cara pandang aparat Pemerintah Kota Baubau terhadap kepemimpinan ‘Tampil Manis’ – akronim populer yang mengaitkan dua nama besar di Kota Baubau, Tamrin dan Ahmad Monianse. Ada yang mempersepsi jika Pak Tamrin sosok pemimpin sederhana dan didukung Pak Monianse yang energik. Ada pula yang melihat keduanya sebagai kompilasi antara generasi senior dan millenial di Bumi Wolio ini.
Bagi seorang H. Idrus Taufiq Saidi, S.Kom., M.Si – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau, menyebut pasangan ‘tampil manis’ ini sebagai kepemimpinan berbudaya. Cara pandang ini diperoleh dari wawancara akhir tahun Butonmagz dengan Idrus Taufiq Saidi. Berikut petikan wawancaranya.
T : Anda menyebut sebagai kepemimpinan berbudaya Tampil Manis, itu seperti apa?
J : Sebelum jauh mengomentari itu, saya ingin menjelaskan defenisi berbudaya, yang berarti memiliki budaya, dalam kamus diartikan sebagai memiliki akar dan pikiran yang sudah maju. Pada konteks ini, maju bisa dianalogikan sebagai cara berpikir yang mengutamakan kebersamaan, mengutamakan sikap optimisme, ada kekompakan antara pemerintah dan warganya, mengikat ukhuwah antar sesama, dan Kota Baubau hidup dalam suasana yang nyaman, toleransi antar beragamanya kuat, dan penuh kedamaian.
T : hanya sesederhana itu defenisinya?
J : Defenisinya terlihat sederhana, tetapi maknanya sangat kompleks. Bahwa Pak Tamrin dan Pak Monianse didukung segenap aparatnya akan bekerja keras mewujudkan visi-misi kepemimpinan yang dijadikan pola membangun Kota Baubau. Berbudaya tidak sekadar diartikan bahwa Kota Baubau memiliki budaya yang kuat dan komprehensif, tetapi nilai-nilainya (budaya) yang ia tanamkan dalam penyelnggaraan pemerintahan, itu sebab Pak Wali Kota menggaungkan Po-5, yang secara akademik beliau serap dari falsafah ‘sara pataanguna’.
Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan Kota Baubau bila pemerintah dan masyarakatnya saling menghormati, saling menyayangi, saling membesarkan, tepa seliro dan toleransi, saling menguatkan. Maka yakinlah bahwa progres pembangunan akan berjalan dengan baik. Sebab prinsip-prinsip itu mengedepankan nilai-nilai kemanusian.
T : Nilai-nilai kemanusiaan?
J : Ya! Konsep pembangunan era post modern ini tidak sekadar infrastruktur, kendati itu juga wajib, tetapi harus pula humanis, maksudnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pemkot Baubau berupaya tak ada benturan, seperti diupayakan tidak ada penggusuran, harus win-win solution. Dalam arti posisi warga tetap harus dinomorsatukan. Itu sebab kenapa wali kota kita selalu dan sangat serius jika ada momen-momen budaya, ada rutual adat dan sebagainya.
Mungkin terlihat seremonial, tetapi Pak Wali ingin ‘value’ kegiatan itu bersemanyam dalam diri siapa saja warga yang ada di kota ini. Apa jadinya, kalau kita mengaku berbudaya, tetapi berbicaa saja kurang sopan, tidak ada penghargaan satu dengan yang lainnya. Nah, bangsa Buton itu bangsa yang sangat menjunjung tinggi value budayanya. Kita flashback dulu ke sana, agar kita tahu betapa luhur dan besar value yang ada di sana.
T : Tetapi publik juga menginginkan ada pembangunan?
J : Benar! Budaya itu bagian penting dari pembangunan, ini dalam konteks membangun sumber daya manusia, dan itu sangat penting. Pembangunan SDM adalah salah satu pilar utama dari 4 pilar pembangunan Kota Baubau. Pak Wali mengatakan, pembangunan itu seutuhnya dan seluruhnya. Makanya SDM adalah hal yang tak kalah pentingnya, selain infrastruktur, ekonomi, budaya dan sebagainya.
T : Itu berarti infrastruktur juga disentuh, sebagaimana terdahulu?
J : Itu pasti!, pembangunan infrastruktur tentu akan digenjot, Insha Allah tahun 2019 akan mulai tampak, jalanan, pembangunan, beberapa pintu gerbang kawasan memasuki perkotaan, pertamanan, dan berapa fasilitas pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Pastinya semua akan dikolaborasi satu dengan lainnya, dan ini memang prioritas dari kepemimpinan wali kota dan wakil wali kota.
T : Jadi kepemimpinan berbudaya ‘Tampil manis’ itu multi sektor?
J : Persis!, multi sektor dan menyeimbangkan antara manusianya dan kebutuhan perkotaan. Salah satu contoh di Dinas Kominfo Baubau. Kendati kita ini tidak tergolong ‘instansi kemakmuran’ tetapi berbasis pelayanan, tetapi program-program kita ke pada dua hal tersebut. Manusianya dan infrastrukturnya.

Pembangunan ‘manusia’, kita priroritaskan pada program-program pencerdasan sepertii sosialisasi, pemahaman internet sehat, penggunaan media sosial yang baik dan bijak, penyebarluasan konten-konten informasi positif pemerintahan. Sementara, yang berbentuk fisik seperti penyediaan sarana komunikasi publik, ketersediaan wifi gratis di beberapa tititik, CCTV, dan penunjang layanan teknologi informasi perkotaan. Semua itu tent tidak bisa sekaligus, tetapi secara bertahap menyesuaikan APBD yang tersedia.
T : Ada hal penting lainnya yang ingin disampaikan ke publik?
J : Intinya, atas nama pemerintah tentu mengajak kita semua kompak, kokoh, menjaga persatuan dan kesatuan, memberikan support dan saran yang konstruktif. Ada hal-hal yang kurang berkenan sampaikan ke kami dengan cara yang bijak. Insha Allah kepemimpinan ‘tampil manis’ mengedepankan kekompakan, dan bekerja keras untuk kemaslahatan masyarakat Kota Baubau. (ref. Liputan Khusus akhir tahun 2018- seri 5)
T : Ada hal penting lainnya yang ingin disampaikan ke publik?
J : Intinya, atas nama pemerintah tentu mengajak kita semua kompak, kokoh, menjaga persatuan dan kesatuan, memberikan support dan saran yang konstruktif. Ada hal-hal yang kurang berkenan sampaikan ke kami dengan cara yang bijak. Insha Allah kepemimpinan ‘tampil manis’ mengedepankan kekompakan, dan bekerja keras untuk kemaslahatan masyarakat Kota Baubau. (ref. Liputan Khusus akhir tahun 2018- seri 5)