![]() |
Tugu cikal Pramuka di kawasan Samparona |
Samparona, sebuah kawasan kecil yang luasnya tak lebih dari 30 hektar. 16 Juli 2009 hingga 21 Juli 2009 silam, kawasan ini mencatatkan diri sebagai jejak baru kepanduan Indonesia. Ribuan anggota Pramuka dari berbagai belahan nusantara hadir ditempat ini menggelar Perkemahan Pramuka Putri tingkat Nasional (Perkempinas) yang pertama kalinya dalam sejarah kepanduan Indonesia. Dari Sabang sampai Marauke, mulai mengenalnya. Bahkan namanya melambung melampaui nama Kecamatan tempat kawasan ini berada. Sejauh mana kita mengenal Samparona?
Nama Samparona yang terletak diantara dua kelurahan di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau, Sulawesi Tenggara yakni Karya Baru dan Kaisabu. Sebenarnya nama asli kawasan ini adalah Wasamparona, dalam bahasa daerah setempat (etnik Cia-cia) dapat diartikan sebagai ‘percikan air’.
Bahkan awal tahun 2000-an, nama ini sudah diabadikan sebagai nama Air terjun di kawasan tersebut, Air Terjun Wasamparona. Kira-kira letaknya 5 km dari jalan poros Baubau-Pasarwajo, tepatnya tak jauh dari pintu gerbang markas Yonif 725 Kompi Senapan A Woroagi.
Inilah yang kemudian mengilhami pemberian nama bagi salah satu Bumi Perkemahan (Buper) Pramuka terbesar di Kawasan Timur Indonesia ini. Lokasi Buper ini sekitar 4 Km dari Air terjun tersebut. Bahkan dari kawasan perkotaan kecamatan Sorawolio letaknya sangat dekat, hanya berjarak + 1 km dari Kantor Kecamatan.
Pada medio bulan Maret 2009, kawasan ini tak lebih dari semak belukar dan ilalang yang tiada berguna, bahkan terbilang tandus. Mungkin karena itu, masyarakat tidak memanfaatkannya sebagai lahan perkebunan. Atau mungkin pula, karena areal Samparona oleh masyarakat setempat dipercayai sebagai kawasan tanah adat.
Cerita bertutur masyarakat setempat menyebutkan jika puluhan bahkan ratusan tahun silam, kawasan ini dijadikan sebagai tempat pengembalaan sapi-sapi milik Sultan-Sultan Buton, yang dilepas begitu saja. Konon, agar sapi itu tidak kemana-mana, sudah ‘dipagari’ dengan kekuatan gaib. Lalu kemana sapi-sapi itu? “Sudah banyak yang jadi sapi hutan tapi bukan Anoa” ujar La Sura, tokoh masyarakat setempat kepada Butonmagz.
Ada yang percaya, kalau menemukan sapi itu tidak perlu diusik, sebab boleh jadi sapi itu sudah ‘sapi jadi-jadian’. Tapi ada pula yang percaya kalau, sebenarnya sapi-sapi itu telah berkembang biak di dalam hutan, tanpa terkontrol lagi.
Misteri Samparona
Sudah diungkap sebelumnya, jika kawasan Buper Samparona awalnya tak lebih dari hamparan semak belukar dan ilalang, kontur tanahnya pun tidak berbentuk. Mengontrol kawasan ini menggunakan teknologi tinggi berupa foto citra satelit. Sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk dari kawasan ini.
Hasilnya, diperoleh jika areal Buper ini ‘diblok’ dengan kawasan hutan tertentu, misalnya hutan jati buatan milik masyarakat disebelah barat, hutan campuran disebelah timur, hutan pinus disebelah selatan dan kawasan pemukiman masyarakat disebelah utara.
Nama Samparona yang terletak diantara dua kelurahan di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau, Sulawesi Tenggara yakni Karya Baru dan Kaisabu. Sebenarnya nama asli kawasan ini adalah Wasamparona, dalam bahasa daerah setempat (etnik Cia-cia) dapat diartikan sebagai ‘percikan air’.
Bahkan awal tahun 2000-an, nama ini sudah diabadikan sebagai nama Air terjun di kawasan tersebut, Air Terjun Wasamparona. Kira-kira letaknya 5 km dari jalan poros Baubau-Pasarwajo, tepatnya tak jauh dari pintu gerbang markas Yonif 725 Kompi Senapan A Woroagi.
Inilah yang kemudian mengilhami pemberian nama bagi salah satu Bumi Perkemahan (Buper) Pramuka terbesar di Kawasan Timur Indonesia ini. Lokasi Buper ini sekitar 4 Km dari Air terjun tersebut. Bahkan dari kawasan perkotaan kecamatan Sorawolio letaknya sangat dekat, hanya berjarak + 1 km dari Kantor Kecamatan.
Pada medio bulan Maret 2009, kawasan ini tak lebih dari semak belukar dan ilalang yang tiada berguna, bahkan terbilang tandus. Mungkin karena itu, masyarakat tidak memanfaatkannya sebagai lahan perkebunan. Atau mungkin pula, karena areal Samparona oleh masyarakat setempat dipercayai sebagai kawasan tanah adat.
Cerita bertutur masyarakat setempat menyebutkan jika puluhan bahkan ratusan tahun silam, kawasan ini dijadikan sebagai tempat pengembalaan sapi-sapi milik Sultan-Sultan Buton, yang dilepas begitu saja. Konon, agar sapi itu tidak kemana-mana, sudah ‘dipagari’ dengan kekuatan gaib. Lalu kemana sapi-sapi itu? “Sudah banyak yang jadi sapi hutan tapi bukan Anoa” ujar La Sura, tokoh masyarakat setempat kepada Butonmagz.
Ada yang percaya, kalau menemukan sapi itu tidak perlu diusik, sebab boleh jadi sapi itu sudah ‘sapi jadi-jadian’. Tapi ada pula yang percaya kalau, sebenarnya sapi-sapi itu telah berkembang biak di dalam hutan, tanpa terkontrol lagi.
Misteri Samparona
Sudah diungkap sebelumnya, jika kawasan Buper Samparona awalnya tak lebih dari hamparan semak belukar dan ilalang, kontur tanahnya pun tidak berbentuk. Mengontrol kawasan ini menggunakan teknologi tinggi berupa foto citra satelit. Sehingga dapat diketahui bagaimana bentuk dari kawasan ini.
Hasilnya, diperoleh jika areal Buper ini ‘diblok’ dengan kawasan hutan tertentu, misalnya hutan jati buatan milik masyarakat disebelah barat, hutan campuran disebelah timur, hutan pinus disebelah selatan dan kawasan pemukiman masyarakat disebelah utara.
![]() |
Kawasan wisata hutan pinus Samparona |
Pemerintah dan masyarakat juga tahu jika sebelumnya beberapa titik dikawasan ini pernah ditempatkan transmigran lokal, namun kemudian peregi entah kemana.
Saat ‘pembongkaran’ kawasan dengan menggunakan alat berat sebagai awal pekerjaan Buper ini, banyak cerita misteri dibalik Samparona.
Beberapa anggota Pramuka yang sempat memulai perkemahan saat pembukaan areal pernah dihebohkan dengan tontonan ‘mahluk gaib yang sedang bermain bola’. Bahkan, dikawasan hutan jati seringkali ada yang melihat mahluk halus. Uniknya mahluk-mahluk tersebut tidak pernah membuat ‘kacau’ jika ada kegiatan yang digelar di sana.
“Yang penting kita santun dan memberi salam, karena mereka juga sama dengan kita yang tidak mau diganggu” papar La Sura, tokoh masyarakat yang mengenal betul kawasan ini.
Karena dipersiapkan sebagai tempat untuk menggelar hajatan nasional, Pemkot Baubau kala itu tak tinggal diam. Berdasarkan usul masyarakat setempat, maka awal April 2009 silam tepatnya di hari Jumat pagi, Buper ini diberi ‘sajian’ berupa pemotongan seekor Kambing sebagai wujud penghargaan penghuni samparona. Hasilnya, semua kegiatan berjalan dengan lancar bahkan kawasan ini sudah menjadi area wisata baru masyarakat Kota Baubau. (ref)
Saat ‘pembongkaran’ kawasan dengan menggunakan alat berat sebagai awal pekerjaan Buper ini, banyak cerita misteri dibalik Samparona.
Beberapa anggota Pramuka yang sempat memulai perkemahan saat pembukaan areal pernah dihebohkan dengan tontonan ‘mahluk gaib yang sedang bermain bola’. Bahkan, dikawasan hutan jati seringkali ada yang melihat mahluk halus. Uniknya mahluk-mahluk tersebut tidak pernah membuat ‘kacau’ jika ada kegiatan yang digelar di sana.
“Yang penting kita santun dan memberi salam, karena mereka juga sama dengan kita yang tidak mau diganggu” papar La Sura, tokoh masyarakat yang mengenal betul kawasan ini.
Karena dipersiapkan sebagai tempat untuk menggelar hajatan nasional, Pemkot Baubau kala itu tak tinggal diam. Berdasarkan usul masyarakat setempat, maka awal April 2009 silam tepatnya di hari Jumat pagi, Buper ini diberi ‘sajian’ berupa pemotongan seekor Kambing sebagai wujud penghargaan penghuni samparona. Hasilnya, semua kegiatan berjalan dengan lancar bahkan kawasan ini sudah menjadi area wisata baru masyarakat Kota Baubau. (ref)
0 Komentar