BEBERAPA tahun belakangan jalur trasportasi laut Kendari-Raha-Baubau menjadi hal yang menyenangkan. Fasilitas kapal yang full AC, cepat tiba di tujuan, dan panorama alam yang menyenangkan, sungguh sebuah perjalanan yang mengasyikkan bagi semua orang. Tetapi itu dulu, sekarang, hampir semua penumpang jalur ini menggerutu, bahkan beberapa diantaranya marah-marah.
Singkat kata, kapal cepat Kendari-Raha-Baubau dengan menggunakan KM. Ekspress Priscillia tak lagi nyaman, dan juga tak cepat. Pengalaman Butonmagz dalam sepekan di awal tahun 2019 menyisakan cerita yang tak elok. Tidak nyaman lagi.
Ketidaknyaman itu, karena jumlah penumpang yang membludak, namun itu masih dimaklumi, sebab (mungkin) masa liburan akhir dan awal tahun. Itu sebab masih ditemukan banyak penumpang yang menggunakan fasilitas ‘non sheet’ – artinya, tidak mendapatkan porsi kursi penumpang, baik di kelas ekonomi, VIP, ataupun VVIP.
Soal non sheet masih dimaklumi banyak penumpang. Tetapi ketika memasuki kelas-kelas yang tersedia, ketidaknyamanan mulai terasa dimana-mana, bahkan di kelas VIP dan VVIP suasana ruangan begitu terasa, sebab AC tidak berfungsi maksimal. Benar-benar panas dan membuat seluruh tubuh berkeringat, seolah-olah memasuki ruang sauna.
Ketidaknyamanan tidak sekadar faktor AC, tetapi cukup banyak oknum penumpang tidak menduduki pada ruang sebagaimana tiket pembeliannya. Terkadang memasuki ruang VIP dan VVIP dengan alasan menduduki kursi kosong, yang terkadang telah terbooking dan terbeli sebelumnya.
Anehnya lagi, masih ada oknum calo yang menjual tiket di atas kapal tanpa tiket pembelian. Atau sekadar ‘menambah’ harga agar bisa duduk di VIP dan VVIP. Suasana seperti ini sempat membuat keributan antar penumpang dengan calo tersebut, seperti kejadian Minggu siang kemarin (6/1).
Jadwal pemberangkatan pun demikian, biasanya berangkat pukul 13.30 wita molor hingga pukul 15.00 wita. Otomatis kapal baru bisa tiba di Pelabuhan Raha sekitar pukul 19.00 wita, dan tiba di pelabuhan Baubau pukul 21.30 wita. Benar-benar perjalanan yang menguras emosi. Padahal selama ini, kapal tiba di Raha sekitar pukul 16.00 dan tiba di Baubau maksimal pukul 18.00 wita.
Banyak pihak mengomentari ketidanyamanan ini sebagai ketidakpedulian berbagai pihak, dari pihak perusahaan pelayaran sendiri, hingga kontrol pelabuhan. “memang harus disorot secara tajam, dikritisi, agar ada pembenahan baik dari pihak perusahaan pelayaran maupun institusi yang berkait dengan hal ini, sebab ini menyangkut pelayanan publik,” ujar Dr. Hamzah, praktisi komunikasi publik asal Baubau.** (ref)
Singkat kata, kapal cepat Kendari-Raha-Baubau dengan menggunakan KM. Ekspress Priscillia tak lagi nyaman, dan juga tak cepat. Pengalaman Butonmagz dalam sepekan di awal tahun 2019 menyisakan cerita yang tak elok. Tidak nyaman lagi.
Ketidaknyaman itu, karena jumlah penumpang yang membludak, namun itu masih dimaklumi, sebab (mungkin) masa liburan akhir dan awal tahun. Itu sebab masih ditemukan banyak penumpang yang menggunakan fasilitas ‘non sheet’ – artinya, tidak mendapatkan porsi kursi penumpang, baik di kelas ekonomi, VIP, ataupun VVIP.
Soal non sheet masih dimaklumi banyak penumpang. Tetapi ketika memasuki kelas-kelas yang tersedia, ketidaknyamanan mulai terasa dimana-mana, bahkan di kelas VIP dan VVIP suasana ruangan begitu terasa, sebab AC tidak berfungsi maksimal. Benar-benar panas dan membuat seluruh tubuh berkeringat, seolah-olah memasuki ruang sauna.
Ketidaknyamanan tidak sekadar faktor AC, tetapi cukup banyak oknum penumpang tidak menduduki pada ruang sebagaimana tiket pembeliannya. Terkadang memasuki ruang VIP dan VVIP dengan alasan menduduki kursi kosong, yang terkadang telah terbooking dan terbeli sebelumnya.
Anehnya lagi, masih ada oknum calo yang menjual tiket di atas kapal tanpa tiket pembelian. Atau sekadar ‘menambah’ harga agar bisa duduk di VIP dan VVIP. Suasana seperti ini sempat membuat keributan antar penumpang dengan calo tersebut, seperti kejadian Minggu siang kemarin (6/1).
Jadwal pemberangkatan pun demikian, biasanya berangkat pukul 13.30 wita molor hingga pukul 15.00 wita. Otomatis kapal baru bisa tiba di Pelabuhan Raha sekitar pukul 19.00 wita, dan tiba di pelabuhan Baubau pukul 21.30 wita. Benar-benar perjalanan yang menguras emosi. Padahal selama ini, kapal tiba di Raha sekitar pukul 16.00 dan tiba di Baubau maksimal pukul 18.00 wita.
Banyak pihak mengomentari ketidanyamanan ini sebagai ketidakpedulian berbagai pihak, dari pihak perusahaan pelayaran sendiri, hingga kontrol pelabuhan. “memang harus disorot secara tajam, dikritisi, agar ada pembenahan baik dari pihak perusahaan pelayaran maupun institusi yang berkait dengan hal ini, sebab ini menyangkut pelayanan publik,” ujar Dr. Hamzah, praktisi komunikasi publik asal Baubau.** (ref)