![]() |
sumber foto : infokapota |
Kabupaten Wakatobi memang dikenal sebagai ikon pariwisata Sulawesi Tenggara, Pemerintah daerahnya patut diapresiasi atas keseriusan mengelola industri wisata di sana. Namun itu baru sebatas kawasan pulau wang-wangi, kaledupa, tomia dan binongko – pulau-pulau terbesar di kawasan itu.
Ada satu pulau yang tak kalah menarik dari keempat pulau iu, yakni Pulau Kapota – letaknya berhadapan langsung dengan Pulau Wang-wangi, pusat pemerintahan Wakatobi. Di atlas dunia, nama ‘Kapota’ tak tercantum, yang tertulis ‘Kambode Island’. Sama saja, warga di sana menyebut Kambode terasa asing, yang populer Pulau Kapota.
Sepekan lalu, 13 November 2018 Butonmagz menyempatkan diri berkunjung ke pulau yang di dalamnya terdapat lima desa yang wilayahnya melingkari pulau itu. Di utara pulau ini terapat danau yang panorama alamnya sangat asri, namanya ‘Tailaronto Oge” – dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai telaga yang besar.
Menjangkau danau tidak begitu rumit, sebab jaraknya dari Dermaga kapota hanya berkisar 2 kilometer. Anda bisa memesan ojek motor dengan ‘harga berdamai’ di dermaga sekaligus menjadi pemandu ke danau itu. Tak susah, sebab pengojek di sana sangat mengerti seluk beluk Ta’ilaronto Oge.
Sekitar 1,5 km menuju danau itu jalan masih beraspal, kemudian 100 meter menyusuri jalan setapak yang sebagian dari urakan beton sebagian lagi bekas aspal yang lebarnya tak lebih dari 2 meter dikelilingi semak dan hutan magrove. Sangat asri.
Sebenarnya ada jalan yang sengaja dibuat pemerintah di sana untuk mendukung keberadaan danau ini, yakni jembatan kayu sepanjang 1,5 km mengelilingi danau, namun wisatawan enggan menggunakannya, sebab beberapa diantaranya sudah lapuk – padahal kelihatan tiang-tiangnya masih sangat kokoh. Andai saja ada pihak fokus ‘mengurus’ jembatan kayu itu dipastikan pengunjung lebih senang menggunakan ini ketimbang menyusur jalan aspal, sebab jembatan-jembatan kayu ini dikelilingi magrove dan pepohonan hijau.
Anggota DPR-RI, Amirul Tamim mengapresiasi keberadaan jembatan kayu itu. Menurutnya pihak terkait sebaiknya tetap fokus memperbaiki dan meningkatkan kualitas jembatan melingkar danau itu, sebab warga sangat peduli.
Ada satu pulau yang tak kalah menarik dari keempat pulau iu, yakni Pulau Kapota – letaknya berhadapan langsung dengan Pulau Wang-wangi, pusat pemerintahan Wakatobi. Di atlas dunia, nama ‘Kapota’ tak tercantum, yang tertulis ‘Kambode Island’. Sama saja, warga di sana menyebut Kambode terasa asing, yang populer Pulau Kapota.
Sepekan lalu, 13 November 2018 Butonmagz menyempatkan diri berkunjung ke pulau yang di dalamnya terdapat lima desa yang wilayahnya melingkari pulau itu. Di utara pulau ini terapat danau yang panorama alamnya sangat asri, namanya ‘Tailaronto Oge” – dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai telaga yang besar.
Menjangkau danau tidak begitu rumit, sebab jaraknya dari Dermaga kapota hanya berkisar 2 kilometer. Anda bisa memesan ojek motor dengan ‘harga berdamai’ di dermaga sekaligus menjadi pemandu ke danau itu. Tak susah, sebab pengojek di sana sangat mengerti seluk beluk Ta’ilaronto Oge.
Sekitar 1,5 km menuju danau itu jalan masih beraspal, kemudian 100 meter menyusuri jalan setapak yang sebagian dari urakan beton sebagian lagi bekas aspal yang lebarnya tak lebih dari 2 meter dikelilingi semak dan hutan magrove. Sangat asri.
Sebenarnya ada jalan yang sengaja dibuat pemerintah di sana untuk mendukung keberadaan danau ini, yakni jembatan kayu sepanjang 1,5 km mengelilingi danau, namun wisatawan enggan menggunakannya, sebab beberapa diantaranya sudah lapuk – padahal kelihatan tiang-tiangnya masih sangat kokoh. Andai saja ada pihak fokus ‘mengurus’ jembatan kayu itu dipastikan pengunjung lebih senang menggunakan ini ketimbang menyusur jalan aspal, sebab jembatan-jembatan kayu ini dikelilingi magrove dan pepohonan hijau.
Anggota DPR-RI, Amirul Tamim mengapresiasi keberadaan jembatan kayu itu. Menurutnya pihak terkait sebaiknya tetap fokus memperbaiki dan meningkatkan kualitas jembatan melingkar danau itu, sebab warga sangat peduli.
![]() |
Jembatan kayu danau Tailaronto Oge |
“Kalau warga tidak peduli, pasti kayu-kayu jembatan itu sudah dijadikan kayu bakar, ternyata selama beberapa tahun warga masih menjaganya. Saya melihat warga Kapota sangat siap menjadi masyarakat wisata. Mereka menjaga fasilitas yang ada, malah bisa menceritakan semua potensi dan kekuatan Kapota. Ini aset besar bagi industri pariwisata kabupaten Wakatobi,” ujar Amirul dalam diskusinya dengan Buton Magz saat berkunjung ke pulau itu medio November 2018 lalu.
Masuk di kawasan danau sungguh memanjakan mata, ada gasebo besar tempat pengunjung bisa menyaksikan ketenangan danau yang luasnya sekitar empat hektar itu. Airnya tenang dan bening, di tengahnya juga terdapat bangunan baru jenis gasebo pula yang memungkinkan wisatawan menikmatinya sepanjang hari, tanpa perlu terpapar matahari.
Rasanya ingin sekali mencebur diri ke dalam jernihnya iar danau Tailaronto Oge ini, tetapi pemandu wisata memberi ingatan. “airnya jernih dan bening, tetapi belum berani mandi-mandi karena bisa menimbulkan efek gatal karena endapan dedaunan dan juga mikroba. Juga belum ada sumur penyepuh. Di sini memang cocok untuk sekadar menikmati ketenangan dan asrinya mangrove,” ujar Zuhairi, pemandu wisata Pulau Kapota.
Kendati begitu, Zuhairi dalam perbincangannya dengan Amirul Tamim, menyebutkan potensi lain danau ini, yakni bisa menjadi objek kajian ilmiah bagi para peneliti. Kemasannya disebut ‘wisata ilmiah’, sebab boleh jadi endapan lumpur danau ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan dunia pengetahuan.
Memang memasuki danau itu masih gratis. Belum ada instansi ‘pemungut’ ke area wisata ini. apalagi beberapa pembenahan tampak dispersiapkan di sana, seperti papan nama objek wisata hingga pintu gerbangnya, dengan ornamen kura-kura sebagai pemanis gerbang.
Apakah banyak kura-kura? “beberapa kura-kura alam sering dijumpai, tetapi rencananya akan dilepas anakan kura-kura untuk menjadikan danau itu sebagai kawasan pengembang biakan, itu sebab pintu gerbangnya ada ornamen hewan tersebut,” ujar Zuhairi.
Hal yang pasti, warga Kapota sangat berharap pemerintah serius membenahi dan menjual objek wsiata dabau ta’ilaronto Oge sebagai wisata alteratif di Wakatobi, sebab akan berdampak pada kehidupan masyarakat sekitarnya. (mad)