![]() |
Ramang- Lagenda Sepak Bola Indonesia saat bertanding dengan Rusia. Pernah melatih Persiabau |
Banyak hal telah terendam sejarah di Buton ini. kesohornya nama Baubau (dulu bertulis Bau-Bau) sebagai salah satu kota di Nusantara merekam banyak romantika kejayaan. Sebut saja Persibau atau Persatuan Sepak Bola Baubau, adalah klub perserikatan sepak bola yang cukup disegani dalam jagad sepak bola Kawasan Timur Indonesia,
Telusur ButonMagz tentang dunia sepak bola di kota ini diungkap berbagai sumber sebagai salah satu catatan sejarah yang pernah membanggakan orang Buton. Puncak kejayaan Persibau sebagai klub ternama terjadi di masa pemerintahan Bupati Buton Zainal Arifin Sugianto (1969-1981). – saat itu Bau-Bau berstatus sebagai ibu kota kabupaten Buton.
Di masa pemerintahan Bupati Zainal kata beberapa sumber, kehebatan Persibau saat itu disejajarkan dengan sejumlah klub perserikatan sepak bola ternama seperti PSM Makassar, Makassar Utama (klub Galatama – sudah menghilang), PSA Ambon (juga telah meredup), dan Persiter Ternate. Bahkan Bupati Zainal pernah mendatangkan Ramang - legenda Sepak Bola Indonesia asal Makassar untuk khusus melatih Persibau. Makanya Persibau sangat sangat disegani.
“Untuk lokal Sulawesi Tenggara, Persibau adalah rajanya, sisa-sisa pemainnya masih hidup silakan hubungi Om La Ode Oly Kayum Bolu – beliau juga salah satu mantan skuad Persibau” ujar Nazar Muin putra dari almarhum pesepakbola Persibau, Muin Daeng Gassing.
Ada beberapa nama pesohor Persibau yang pernah menjadi pemain dan diantaranya juga sebagai pelatih adalah; La Ode Imadduddin (dikenal pula sebagai seniman Buton), La Ode Mahmud Bante (ayah dari Ld. Nasir Bante – salah seorang pensiunan pejabat Kota Baubau), La Ode Kasim (guru SDN. 6 Baubau), La Ode Oly Kayum Bolu dan La Ode Makmuni (keduanya berposisi sebagai striker), Muh. Said (ayah Safar Said), Muin Daeng Gassing (sebagai back), dan dua striker keturunan Tionghoa – Aminda dan Asseng, juga terdapat nama La Nahu (dulu salah satu pegawai Dikbud Buton).
Nama Persibau merajai sepak bola Sulawsi Tenggara terjadi di kurun waktu tahun 1975 – 1980. Beberapa kali melakukan pertandingan tandang ke luar daerah seperti di Makassar dan Surabaya. Karena Persibau cukup disegani, Bupati Zainal Arifin Sugianto pun melengkapi fasilitas Persibau dengan membangun Stadion Betoambari di tahun 1978.
Memang sebelum Bupati Zainal memerintah di Buton, kesejarahan sepak bola Bau-Bau telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda berkuasa di Indonesia. Beberapa tetua kampung jika diingatkan dengan nama Persibau mereka langsung menyebut nama Bond Bau-Bau. Sama sebutannya dengan Bond Makassar, Bond Batavia dan sebagainya.
Sayang seribu sayang, kini nama Persibau meredup di tengah daerah-daerah lain di Indonesia memperbesar klub sepak bolanya. Bahkan kini sepak bola menjadi salah satu cara mempromosi nama daerah di pentas nasional.
Telusur ButonMagz tentang dunia sepak bola di kota ini diungkap berbagai sumber sebagai salah satu catatan sejarah yang pernah membanggakan orang Buton. Puncak kejayaan Persibau sebagai klub ternama terjadi di masa pemerintahan Bupati Buton Zainal Arifin Sugianto (1969-1981). – saat itu Bau-Bau berstatus sebagai ibu kota kabupaten Buton.
Di masa pemerintahan Bupati Zainal kata beberapa sumber, kehebatan Persibau saat itu disejajarkan dengan sejumlah klub perserikatan sepak bola ternama seperti PSM Makassar, Makassar Utama (klub Galatama – sudah menghilang), PSA Ambon (juga telah meredup), dan Persiter Ternate. Bahkan Bupati Zainal pernah mendatangkan Ramang - legenda Sepak Bola Indonesia asal Makassar untuk khusus melatih Persibau. Makanya Persibau sangat sangat disegani.
“Untuk lokal Sulawesi Tenggara, Persibau adalah rajanya, sisa-sisa pemainnya masih hidup silakan hubungi Om La Ode Oly Kayum Bolu – beliau juga salah satu mantan skuad Persibau” ujar Nazar Muin putra dari almarhum pesepakbola Persibau, Muin Daeng Gassing.

Nama Persibau merajai sepak bola Sulawsi Tenggara terjadi di kurun waktu tahun 1975 – 1980. Beberapa kali melakukan pertandingan tandang ke luar daerah seperti di Makassar dan Surabaya. Karena Persibau cukup disegani, Bupati Zainal Arifin Sugianto pun melengkapi fasilitas Persibau dengan membangun Stadion Betoambari di tahun 1978.
Memang sebelum Bupati Zainal memerintah di Buton, kesejarahan sepak bola Bau-Bau telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda berkuasa di Indonesia. Beberapa tetua kampung jika diingatkan dengan nama Persibau mereka langsung menyebut nama Bond Bau-Bau. Sama sebutannya dengan Bond Makassar, Bond Batavia dan sebagainya.
Sayang seribu sayang, kini nama Persibau meredup di tengah daerah-daerah lain di Indonesia memperbesar klub sepak bolanya. Bahkan kini sepak bola menjadi salah satu cara mempromosi nama daerah di pentas nasional.
Di ukuran level PSSI saat ini, Persibau telah kehilangan peringkat. Pun jika ada pertandingan perserikatan, Persibau hanya bisa mengikuti pertandingan level devisi 3, kasta terendah sepak bola Indonesia. Pun jika ada pesepak bola Buton yang hendak berkiprah di sepakbola profesional, mereka lebih memilih daerah lain yang lebih maju. Sebut saja; Alan Haviluddin yang dikenal malang melintang di Papua dan Pulau Jawa. Ada juga yang ke Samarinda bergabung dengan Persiba Balikpapan.
Kini Persibau seolah di tinggal oleh zaman. Kendati ada lapangan Stadion Betoambari, Lapangan Lembah Hijau sebagai fasilitas olah raga tetapi kondisinya tentu tak lagi memenuhi syarat sebagai fasilitas yang menjamin tumbuh kembangnya profesionalitas sepak bola daerah ini. Pun jika ada even yang digelar, lebih pada rutinitas tahunan antar kampung dan antar sekolah, tanpa ada jenjang yang lebih baik untuk mereka.
Tak ada kata yang tepat, nama besar Persibau akan kembali jika ada kepedulian dari semua pihak yang berkompeten. Mari kembalikan kejayaan Persibau!**
Tak ada kata yang tepat, nama besar Persibau akan kembali jika ada kepedulian dari semua pihak yang berkompeten. Mari kembalikan kejayaan Persibau!**