BUTONMAGZ—Banyak folklore di masyarakat Buton mengurai tentang ‘kejadian’ Pulau Buton di awal pembentukannya sebagai dataran. Konteks di sini disebut dengan ‘Tana Wolio’ – yang terekam dalam banyak syair-syair. Sebut saja lagu ‘Tana Wolio’ gubahan La Ode Imaduddin sedikit mengungkap kejadian tersebut dengan menyebut ‘Tana Wolio Liputo Bhau, Burasatongka awalina’ – yang kurang lebih berarti ‘Tanah Wolio kampung kelahiran yang terbentuk dari buih’
Secara akademik, Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil – dari Universitas Hasanuddin Makassar dalam bukunya ‘The Greet Slepeeng Giant Buton Raya – Isyarat Ilmiah menguak 7 Tabir’ yang terbit sejak tahun 2012 lalu membedah tentang kejadian Kepulauan Buton termasuk pulau-pulau ukang Besia ini, dengan menyebutnya sebagai ‘Benua Mikro Australia’ – atau terbentuk dari lempengan kecil pecahan benua Australia sejak 11 juta tahun silam, yang terus bergerak ke utara, dan mendekat dengan Pulau Sulawesi, yang dalam sejarahnya disebut sebagai ‘Pulau tertua di Nusantara’.
Baca di sini : Sulawesi, Pulau tertua di Nusantara
Hal ini tentu berbeda dengan bagian pulau-pulau lainnya seperti Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang merupakan dulunya bersatu dengan Benua Asia.
Dalam beberapa literatur, pulau-pulau di Indonesia saat ini dulunya terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau (Nusantara) yang merupakan mata rantai gunung berapi. Rata-rata pulau-pulau besar itu rebnentuk sejak 20-36 Juta tahun silam. Pada kondisi itu, Buton dapat disebut lebuh muda dari lempengan pulau-pulau itu.
Teori geologi modern tentang Indonesia
Menurut ilmu kebumian yang lazim saat ini, pembentukan kepualuan Indonesia terkait dengan teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng (tectonic plate) adalah teori yang menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang kita diami.
Pergerakan diawali dengan menunjamnya lempeng dasar samudera yang disebabkan oleh desakan lempeng benua yang lebih tebal dan keras dan di tempat inilah terbentuk palung laut (dasar laut yang dalam dan memanjang).
Dampak dari pergerakan lempeng terhadap wilayah Indonesia membuat wilayah Indonesia rawan akan gempa bumi (namun juga kaya sumber daya mineral). Padahal Indonesia terletak pada pertemuan empat lempeng besar dunia (Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina dan Pasifik). Lempeng-lempeng itu selalu bergerak 5-9 cm per tahun dan karena massa batuan yang bergerak besar maka energi yang dihasilkan besar pula. Hal tersebut berdampak bukan hanya pada banyaknya aktivitas vulkanis dan tektonis di Indonesia, tapi juga tenaga besar yang terjadi pada fenomena-fenomena tersebut.
Adanya pergerakan subduksi antara dua lempeng kemudian menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudera. Demikian pula subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudera yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda). Lempeng tektonik terus bergerak hingga suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Fenomena seperti inilah yang dapat menimbulkan gempa, tsunami dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi.
Dari tiga tipe batas lempeng yang dikenal (konvergen, divergen dan shear), terbentuknya kepulauan Indonesia dapat dijelaskan sebagai batas lempeng konvergen dimana terjadi tumbukan antara lempeng Indo-Australia dari selatan, lempeng Pasifik dari timur dan lempeng Asia dari utara.
Setelah dijelaskan panjang lebar tentang dasar keilmuannya, selanjutnya mari kita masuk ke pembahasan inti. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Rangkaian pulau-pulau ini menjadi bagian utama dari kepulauan Nusantara.
Di dalamnya terdapat lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi itu terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut (bahkan Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif/Ring of Fire, sehingga terdapat puluhan patahan aktif yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia). Lalu bagaimana proses pembentukan pulau-pulau utama ini? Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok hingga kepulauan Nusa Tenggara
Pulau-pulau tersebut terbentuk karena adanya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan bumi, hasil yang dapat dirasakan di permukaan bumi adalah adanya lava (cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi). Lama kelamaan lava tersebut memadat bertambah besar membentuk sebuah busur pulau. Proses seperti ini dikenal sebagai Island Arc.
Pulau Sulawesi :
Pulau Sulawesi terbentuk akibat pertemuan lempeng Filipina, Indo-Australia, Eurasia dan lempeng mikro lain di daerah tersebut.
Pulau Papua dan Kalimantan :
Keduanya terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya permukaan bumi. Teori tektonik lempeng menyebutkan bahwa dahulu seluruh daratan di muka bumi ini adalah satu daratan yang sangat luas bernama Pangea, kemudian induk benua ini terpecah menjadi dua yaitu Godwana (di Utara) dan Laurasia (di Selatan). Seiring berjalannya waktu kedua lempeng besar tersebut terpecah-pecah kembali menjadi benua-benua seperti sekarang.
Pulau-pulau kecil :
Proses terbentuknya pulau-pulau ini lebih sederhana dibanding yang lain. Mereka berasal dari endapan pecahan kerang, koral dan binatang laut lainnya. Semakin lama semakin besar dan akhirnya terbentuklah sebuah pulau baru. (ref)