NAMA Lengkapnya, Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu. M.Sc lebih akrab disapa Inan. Ia satu-satuya wanita Buton yang kini bermain di keruhnya politik ibukota sebagai seorang senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI). Tetapi buah pikirnya terkadang menjadi oase yang membuat jernih suasana. Ia kerap mewakili negara di ajang-ajang yang melibatkan kekuatan pikir wanita Indonesia.
Pintar, cantik, dan bersahaja, adalah perangai yang membuat orang selalu berbetah-betah berdiskusi dengan wanita yang sebelumnya berkarir di Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) di Jakarta. “Saya selalu berupaya menjadi pendengar yang baik, sebab kebenaran itu tak sekadar terlahir dari kalangan elite, tetapi juga banyak dari kelompok-kelompok marginal,” ujarnya kepada ButonMagz beberapa waktu lalu.
Inan, dalam pergaulan di komunitasnya di Kepulauan Buton dikenal supel, tak berkasta, apalagi berjarak dengan daerah pemilihannya. Bahkan bisa dikata tak mengenal politik identitas. Itu yang membuat jika perempuan berdarah asli Wolio-Wakatobi ini namanya selalu saja masuk dalam deretan orang-orang yang diperhitungkan di setiap perhelatan politik.
Sebut saja di beberapa momen Pilwali Kota Baubau, ia juga difavoritkan beberapa kalangan. Hanya saja partai-partai lokal belum ada yang berani meminangnya. “Bukan begitu, lebih tepat kalau saya belum punya jalan ke sana. Mungkin suatu saat, sebab apapun itu, manusia tak bisa lepas dari takdir. Kita berusaha saja apa yang kita bisa,” tandasnya penuh aura positif.
Sama juga diperhelatan Pemilu tahun 2019 mendatang, Inan masih ingin berkompetisi di level DPD dari daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, kendati ia memahami sejumlah nama besar akan menjadi pesaingnya. Tetapi ia tak jumawa, apalagi mengucap kalimat sensasi sekadar meraup pemilih.
“Event-event politik itu, bukan sekadar adu ketangkasan, tetapi kompetisi ide dan gagasan plus kemampuan berkomunikasi dengan pemilih. Yang pasti saya ingin masyarakat Sulawesi Tenggara dan Kepulauan Buton khususnya memiliki pemikiran kompetititf untuk menaikkan harkat dan martabatnya. Karena itu kita ajak berdiskusi, tanpa perlu pencitraan yang berlebihan,” ujar alumni S-2 Jerman ini
Pintar, cantik, dan bersahaja, adalah perangai yang membuat orang selalu berbetah-betah berdiskusi dengan wanita yang sebelumnya berkarir di Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) di Jakarta. “Saya selalu berupaya menjadi pendengar yang baik, sebab kebenaran itu tak sekadar terlahir dari kalangan elite, tetapi juga banyak dari kelompok-kelompok marginal,” ujarnya kepada ButonMagz beberapa waktu lalu.
Inan, dalam pergaulan di komunitasnya di Kepulauan Buton dikenal supel, tak berkasta, apalagi berjarak dengan daerah pemilihannya. Bahkan bisa dikata tak mengenal politik identitas. Itu yang membuat jika perempuan berdarah asli Wolio-Wakatobi ini namanya selalu saja masuk dalam deretan orang-orang yang diperhitungkan di setiap perhelatan politik.
Sebut saja di beberapa momen Pilwali Kota Baubau, ia juga difavoritkan beberapa kalangan. Hanya saja partai-partai lokal belum ada yang berani meminangnya. “Bukan begitu, lebih tepat kalau saya belum punya jalan ke sana. Mungkin suatu saat, sebab apapun itu, manusia tak bisa lepas dari takdir. Kita berusaha saja apa yang kita bisa,” tandasnya penuh aura positif.
Sama juga diperhelatan Pemilu tahun 2019 mendatang, Inan masih ingin berkompetisi di level DPD dari daerah pemilihan Sulawesi Tenggara, kendati ia memahami sejumlah nama besar akan menjadi pesaingnya. Tetapi ia tak jumawa, apalagi mengucap kalimat sensasi sekadar meraup pemilih.
“Event-event politik itu, bukan sekadar adu ketangkasan, tetapi kompetisi ide dan gagasan plus kemampuan berkomunikasi dengan pemilih. Yang pasti saya ingin masyarakat Sulawesi Tenggara dan Kepulauan Buton khususnya memiliki pemikiran kompetititf untuk menaikkan harkat dan martabatnya. Karena itu kita ajak berdiskusi, tanpa perlu pencitraan yang berlebihan,” ujar alumni S-2 Jerman ini
Kendati bertugas di Jakarta, ia terbilang dekat dengan pemilihnya, dalam sepekan bolak-balik Jakarta-Kepulauan Buton itu hal yang biasa. Capek? itu pasti, tetapi jiwa petualang untuk mengharmonisasi pusat dan kampung halamannya, membuat Inan tampak enjoy menikmati aktivitasnya, tanpa mengabaikan keluarga.
Mungkin itu juga menjadi resep dirinya tetap tampil fresh di balik pesona dan keanggunannya. Manusiawi bila seorang wanita tetap berusaha merawat anugerah Tuhan yang melekat padanya. Soal perebutan suara untuk DPD di Dapil Sultra. Inan bertutur singkat, “beriktiar, berdoa, selanjutnya urusan Sang Pencipta,” timpalnya singkat. **.
Mungkin itu juga menjadi resep dirinya tetap tampil fresh di balik pesona dan keanggunannya. Manusiawi bila seorang wanita tetap berusaha merawat anugerah Tuhan yang melekat padanya. Soal perebutan suara untuk DPD di Dapil Sultra. Inan bertutur singkat, “beriktiar, berdoa, selanjutnya urusan Sang Pencipta,” timpalnya singkat. **.