SEJARAH kebesaran orang-orang Buton selalu saja menarik untuk di bahas. Buton sebenarnya lebih cocok disebut ‘bangsa’ ketimbang ‘suku’. Alasannya sederhana, di Buton banyak suku bangsa dan juga ragam bahasa. Para peneliti semisal Liebner dari Jerman mengemukakan setidaknya ada 20 bahasa lokal di sana. Bahkan ada pula yang menyebut sampai 90 jenis bahasa lokal.
Namun ada yang menarik di balik sebaran orang Buton itu. Salah satu riset telah membuktikan bahwa nenek moyang orang Madagaskar, sebuah negara pulau di lepas pesisir timur Afrika -- adalah 28 perempuan asal Indonesia. Boleh jadi salah satunya berasal dari Pulau Buton. Benarkah?, menarik mengikuti ulasan para sejarawan di Indonesia, kendati tidak ada yang berani menyebut nenek moyang Madagaskar berasal dari Buton.
Orang Madagaskat memang sangat dekat dengan Indonesia. Ari segi bahasa saja, Bahasa nasional Madagaskar disebutnya Malagasi yang banyak memiliki kemiripan dengan bahasa Dayak Manyaan di Kalimantan. Namun, secara genetik suku Dayak Maanyan tak cocok dengan genetik orang Madagaskar. Nah, jadi dari Indonesia bagian mana 28 perempuan itu?
"Bahasa Malagasi itu 90 persen itu mirip dengan bahasa Dayak Manyaan di Kalimantan. Namun secara genetika, suku Dayak Manyaan tak cocok dengan gen orang Madagaskar," jelas peneliti dari Eijkman Institute for Biology Moleculer, Prof Herawati Sudoyo.
Namun ada yang menarik di balik sebaran orang Buton itu. Salah satu riset telah membuktikan bahwa nenek moyang orang Madagaskar, sebuah negara pulau di lepas pesisir timur Afrika -- adalah 28 perempuan asal Indonesia. Boleh jadi salah satunya berasal dari Pulau Buton. Benarkah?, menarik mengikuti ulasan para sejarawan di Indonesia, kendati tidak ada yang berani menyebut nenek moyang Madagaskar berasal dari Buton.
Orang Madagaskat memang sangat dekat dengan Indonesia. Ari segi bahasa saja, Bahasa nasional Madagaskar disebutnya Malagasi yang banyak memiliki kemiripan dengan bahasa Dayak Manyaan di Kalimantan. Namun, secara genetik suku Dayak Maanyan tak cocok dengan genetik orang Madagaskar. Nah, jadi dari Indonesia bagian mana 28 perempuan itu?
"Bahasa Malagasi itu 90 persen itu mirip dengan bahasa Dayak Manyaan di Kalimantan. Namun secara genetika, suku Dayak Manyaan tak cocok dengan gen orang Madagaskar," jelas peneliti dari Eijkman Institute for Biology Moleculer, Prof Herawati Sudoyo.

Metawacana Prof. Herawati ii pernah mengemuka di “Half Day Seminar on Genetic Diversity: Austronesian Diaspora” di Eijkman Institute, Jl Diponegoro 69, Salemba, Jakarta Pusat, beberap waktu silam, sekitar Maret 2015 silam.
Ketidakcocokan ini juga didukung fakta bahwa suku Dayak Manyaan bukanlah suku bahari yang dekat dengan laut. Dayak Manyaan adalah suku yang tinggal di dekat Sungai Barito di Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Selatan. Biasanya, yang berkelana hingga jauh melampaui samudera adalah suku-suku bahari yang tinggalnya dekat dengan pantai.
"Orang Dayak Manyaan kan bukan suku bahari, dia berburu. Nah ini kenapa bahasanya mirip Dayak Manyaan? Kenapa bisa sampai ke Madagaskar? Apakah ada perdagangan budak saat itu? Tapi ternyata setelah diuji genetika, tak cocok. Lantas hipotesa kita menduga suku-suku bahari," imbuh Herawati.
Cerita tentang Buton ada di sini.
Asal-usul ini menjadi misteri berikutnya yang harus dipecahkan oleh peneliti. Hipotesanya, mulai dari suku Bugis, orang Buton, hingga suku Bajo dicurigai menjadi asal-susul 28 perempuan itu.
Sedangkan pakar bahasa dari Universite; La Rochelle Prancis, Phillippe Grange, dalam seminar mengatakan bahwa Suku Bajo adalah suku yang unik karena sampai sekarang tak diketahui asal-usulnya.
"Tidak seperti orang Minang yang suka merantau namun tetap bisa diketahui asal-usul tempatnya. Orang Bugis juga. Tapi Suku Bajo tidak diketahui asal usul tempatnya," jelas Phillippe.
Suku Bajo sudah dikenal suka hidup di atas laut dari dulu. Dari riset ditemukan Suku Bajo bermigrasi menyebar dari Kepulauan Sulu di Filipina selatan, Sabah-Malaysia di utara Pulau Kalimantan, Bone-Wajo-Sulawesi Selatan juga pernah bermukim di muara Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Dalam budaya Suku Bajo juga, perempuan adalah pihak yang kuat dalam mengelola keuangan hingga memilih pasangan.
Kecurigaan asal-usul 28 perempuan itu juga dicurigai dari Buton, Sulawesi Tenggara. Orang Buton, merupakan akulturasi dari pribumi yang berburu dan orang dari Luwuk-Sulawesi Tengah, suku bahari yang gemar berlayar dan berdagang.
Ketidakcocokan ini juga didukung fakta bahwa suku Dayak Manyaan bukanlah suku bahari yang dekat dengan laut. Dayak Manyaan adalah suku yang tinggal di dekat Sungai Barito di Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Selatan. Biasanya, yang berkelana hingga jauh melampaui samudera adalah suku-suku bahari yang tinggalnya dekat dengan pantai.
"Orang Dayak Manyaan kan bukan suku bahari, dia berburu. Nah ini kenapa bahasanya mirip Dayak Manyaan? Kenapa bisa sampai ke Madagaskar? Apakah ada perdagangan budak saat itu? Tapi ternyata setelah diuji genetika, tak cocok. Lantas hipotesa kita menduga suku-suku bahari," imbuh Herawati.
Cerita tentang Buton ada di sini.
Asal-usul ini menjadi misteri berikutnya yang harus dipecahkan oleh peneliti. Hipotesanya, mulai dari suku Bugis, orang Buton, hingga suku Bajo dicurigai menjadi asal-susul 28 perempuan itu.
Sedangkan pakar bahasa dari Universite; La Rochelle Prancis, Phillippe Grange, dalam seminar mengatakan bahwa Suku Bajo adalah suku yang unik karena sampai sekarang tak diketahui asal-usulnya.
"Tidak seperti orang Minang yang suka merantau namun tetap bisa diketahui asal-usul tempatnya. Orang Bugis juga. Tapi Suku Bajo tidak diketahui asal usul tempatnya," jelas Phillippe.
Suku Bajo sudah dikenal suka hidup di atas laut dari dulu. Dari riset ditemukan Suku Bajo bermigrasi menyebar dari Kepulauan Sulu di Filipina selatan, Sabah-Malaysia di utara Pulau Kalimantan, Bone-Wajo-Sulawesi Selatan juga pernah bermukim di muara Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Dalam budaya Suku Bajo juga, perempuan adalah pihak yang kuat dalam mengelola keuangan hingga memilih pasangan.
Kecurigaan asal-usul 28 perempuan itu juga dicurigai dari Buton, Sulawesi Tenggara. Orang Buton, merupakan akulturasi dari pribumi yang berburu dan orang dari Luwuk-Sulawesi Tengah, suku bahari yang gemar berlayar dan berdagang.
"Mitologinya orang Buton itu dari Luwuk, namun yang tersirat, hipotesanya orang Buton itu datangnya dari Pulau Selayar dan Pulau Laut di Banjar (Kalimantan Selatan)," imbuh antropolog Universitas Indonesia, Dr Tony Rudyansjah, MA.
Nah, jadi dari bagian Indonesia mana 28 orang nenek moyang Madagaskar itu? "Itu pembuktian untuk riset selanjutnya. Semua Suku Dayak di Kalimantan, Bajo, Bugis, Buton nanti akan dicocokkan DNA-nya," jawab Herawati.

Prof Herawati beserta tiga orang peneliti lain asal New Zealand, Arizona, dan Prancis telah melakukan penelitian sejak tahun 2005 untuk menjawab misteri nenek moyang penduduk Madagaskar. Hasil yang diperoleh cukup mengejutkan, nenek moyang asli penduduk Madagaskar adalah perempuan asal Indonesia yang berlayar ke Madagaskar 1.200 tahun silam. Hasil riset ini telah dirilis pada 2012 lalu.
"Penelitian yang kita lakukan adalah melalui pencocokan DNA, yaitu 2.745 DNA penduduk Indonesia dengan 266 penduduk asal Madagaskar. Walau hasilnya sudah diperoleh, tapi baru DNA yang wanitanya, kami harus juga melakukan pencocokan DNA pada pria Indonesia dan Madagaskar," ungkapnya.
Cerita Lain dari Wajah Madagaskar
Madagaskar bagi orang Indonesia yang sekarang ini, mungkin nggak lebih dari sebuah negara biasa di Afrika. Tapi, bagi para pelaut kita dulu, negara yang namanya diambil jadi judul sebuah film animasi ini punya kesan tersendiri. Ya, Madagaskar ini bisa dibilang sebagai satu-satunya negara yang pernah ditemukan oleh orang Indonesia.
Zaman dulu sekali sekitar tahun 1200an, para pelaut Nusantara sudah berlayar sangat jauh ke penjuru dunia. Salah satunya ya Madagaskar ini yang jarak tempuhnya sekitar 8000 kilometer dari Indonesia. Di sini orang-orang Indonesia melakukan aktivitas perdagangan yang hanya singgah kemudian pergi. Tapi, sebagian dari mereka ternyata betah dan akhirnya membentuk komunitas di sini.
Uniknya, meskipun sudah ratusan tahun berlalu, jejak-jejak Indonesia sama sekali nggak hilang di sini. Kalau kita menilik Madagaskar yang sekarang nih, ternyata ada begitu banyak kemiripan antara kita dengan mereka. Hal ini pun jadi bukti yang nggak terbantahkan kalau orang Indonesia dulu pernah di sini. Bahkan kita bisa bilang nenek moyang orang-orang Madagaskar itu ya bangsa Indonesia.
Hal yang nggak lazim tentang Madagaskar kalau dibandingkan dengan negara Afrika lainnya tentu adalah soal penduduk. Kalau diperhatikan, masyarakat Madagaskar bukan seperti penduduk Afrika kebanyakan. Mereka lebih ke Mongoloid, atau dengan kata lain mirip seperti kita.
"Penelitian yang kita lakukan adalah melalui pencocokan DNA, yaitu 2.745 DNA penduduk Indonesia dengan 266 penduduk asal Madagaskar. Walau hasilnya sudah diperoleh, tapi baru DNA yang wanitanya, kami harus juga melakukan pencocokan DNA pada pria Indonesia dan Madagaskar," ungkapnya.
Cerita Lain dari Wajah Madagaskar
Madagaskar bagi orang Indonesia yang sekarang ini, mungkin nggak lebih dari sebuah negara biasa di Afrika. Tapi, bagi para pelaut kita dulu, negara yang namanya diambil jadi judul sebuah film animasi ini punya kesan tersendiri. Ya, Madagaskar ini bisa dibilang sebagai satu-satunya negara yang pernah ditemukan oleh orang Indonesia.
Zaman dulu sekali sekitar tahun 1200an, para pelaut Nusantara sudah berlayar sangat jauh ke penjuru dunia. Salah satunya ya Madagaskar ini yang jarak tempuhnya sekitar 8000 kilometer dari Indonesia. Di sini orang-orang Indonesia melakukan aktivitas perdagangan yang hanya singgah kemudian pergi. Tapi, sebagian dari mereka ternyata betah dan akhirnya membentuk komunitas di sini.
Uniknya, meskipun sudah ratusan tahun berlalu, jejak-jejak Indonesia sama sekali nggak hilang di sini. Kalau kita menilik Madagaskar yang sekarang nih, ternyata ada begitu banyak kemiripan antara kita dengan mereka. Hal ini pun jadi bukti yang nggak terbantahkan kalau orang Indonesia dulu pernah di sini. Bahkan kita bisa bilang nenek moyang orang-orang Madagaskar itu ya bangsa Indonesia.
Hal yang nggak lazim tentang Madagaskar kalau dibandingkan dengan negara Afrika lainnya tentu adalah soal penduduk. Kalau diperhatikan, masyarakat Madagaskar bukan seperti penduduk Afrika kebanyakan. Mereka lebih ke Mongoloid, atau dengan kata lain mirip seperti kita.
Bukti selanjutnya kalau Madagaskar itu ber-nenek moyang Indonesia, adalah teknik pertanian mereka. Diketahui orang-orang Madagaskar menggunakan teknik yang sama seperti di Indonesia. Nggak hanya dalam bertani saja, tapi juga bahan-bahan yang ditanam. Mulai dari padi, talas dan umbi-umbian yang Indonesia banget.
Kalau berbicara soal rumah tradisional, mereka juga menunjukkan ciri khas yang dimiliki oleh orang Indonesia. Biasanya nih, penduduk Afrika itu rumahnya berdesain bulat dan melingkar. Tapi, hal ini nggak ditemui di Madagaskar. Rumah tradisional mereka selalu berbentuk kotak dengan atap berbentuk segitiga.
Madagaskar ini jadi bukti jika para pendahulu kita itu luar biasa. Nggak hanya karena sanggup melakukan pelayaran paling ekstrem di masanya, tapi juga sanggup mempertahankan dan menyebarkan tradisi. Hal-hal yang seperti ini harus lebih banyak dikuak biar makin bangga jadi orang Indonesia. (dari berbagai sumber)
Madagaskar ini jadi bukti jika para pendahulu kita itu luar biasa. Nggak hanya karena sanggup melakukan pelayaran paling ekstrem di masanya, tapi juga sanggup mempertahankan dan menyebarkan tradisi. Hal-hal yang seperti ini harus lebih banyak dikuak biar makin bangga jadi orang Indonesia. (dari berbagai sumber)