BUTONMAGZ---Wali Kota Baubau-Sulawesi Tenggara, Dr. H. AS. Tamrin, MH punya kegiatan unik di musim Pandemi Covid-19 belakangan ini. Bila ia tak berada di Rujab memimpin roda pemerintahan dan memberikan pelayanan ke publiknya, ia lebih memilih menyusur hutan dan hulu-hulu sungai di daerahnya, memastikan bila keasrian alam daerahnya masih terpelihara.
Di medio Juli 2020 lalu, Wali Kota AS Tamrin me-launching ‘gerakan cinta alam’, ia sadar bila air, tanah, udara, api adalah zat alam yang harus terjaga. Secara langsung, ia melepas ribuan anakan ikan-ikan air tawar ke hulu-hulu sungai. Hasrat yang muncul tatkala ia menyusur tepian kali, tak lagi menemukan ikan-ikan tawar dan udang-udang sungai yang dulu bertebaran begitu banyak.
(Mungkin) itu cara sederhana dalam pikiran banyak orang, tetapi Pak Tamrin - begitu ia akrab disapa warganya - menyaru bila perlakuan sederhana terhadap alam akan jauh lebih baik, ketimbang membiarkan alam tereksploitasi tanpa memikirkan pelestariannya.
‘Jika ikan dan udang sungai itu berkurang karena dinikmati warga, demikianlah peruntukannya. Tetapi bila ikan dan udang itu dinikmati dengan cara menyetrum dan potanisasi, bahkan meracun, maka disitulah ketidak-seimbangan akan hadir. Sebab anakan pun akan mati tak bersisa, itu contoh kecil,” katanya.
Ketidakseimbangan alam akan terbayar mahal kelak suatu saat. Sebab manusia cenderung menikmati namun alpa memelihara. Manusia lebih suka mencari ketimbang melepas. Sementara Pak Tamrin lebih memilih melepas ketimbang mencari. Di situ gaya paradoks Pak Tamrin akan kecintaannya pada alam dan lingkungan.
**
DIPIKIRAN benak banyak orang, Pak Tamrin melepas anakan-anakan ikan itu dari hasil perintahnya ke dinas-dinas terkait, karena posisinya sebagai kepala daerah. Sehingga ia bisa memperoleh ribuan bibit dan anakan. Ternyata tak selamanya begitu.
Suatu hari di Kota Kendari, Pak Tamrin ditemani ajudan dan sopir lebih gemar berkeliling di pinggiran ibu kota Sultra itu, mencari sendiri penyedia bibit ikan yang dijual langsung. Hasil ‘buruan’ itu ia tampung dengan wadah-wadah sederhana dalam beberapa hari di kediamannya, memastikan daya adaptasi hewan-hewan air itu. Sehat, berarti anakan ikan-ikan itu siap dikirim ke kali-kali di Baubau.

Di ranah formil pemerintahan, dalam suasana rapat koordinasi dengan Gubernur dan para kepala daerah se Sulawesi Tenggara, 8 Juli 2020 lalu. Pak Tamrin mengusul banyak hal, selain berkait pemulihan Covid-19 di Kota Baubau - ia juga berbicara banyak tentang gerakan cinta alam di kotanya. Baubau butuh banyak hal dalam pemulihan alam dan kelestariannya.
Tak hanya bibit ikan, juga berkait reboisasi, pemeliharan daerah aliran sungai (DAS) di Kota Baubau, dan usulan pembangunan Museum Oputa Yi Koo di kotanya. Harapan Pak Tamrin sederhana - semua harus bijak berkait alam, budaya, dan keunggulan-keunggulan daerah lainnya. Baginya, upaya ini tak boleh parsial, tetapi harus menjadi gerakan bersama semua elemen di Sulawesi Tenggara.
“Me-launching gerakan cinta alam dan lingkungan ini, tak boleh sekadar seremonial. Ia tekad dan tindakan berkelanjutan. Agar manusia bisa selalu hidup damai dengan alam sekitarnya. Tangan kita berbuat langsung jauh lebih bermakna daripada semua hanya tersimpan dalam pikiran,” kata Pak Tamrin. (zah)
Tak hanya bibit ikan, juga berkait reboisasi, pemeliharan daerah aliran sungai (DAS) di Kota Baubau, dan usulan pembangunan Museum Oputa Yi Koo di kotanya. Harapan Pak Tamrin sederhana - semua harus bijak berkait alam, budaya, dan keunggulan-keunggulan daerah lainnya. Baginya, upaya ini tak boleh parsial, tetapi harus menjadi gerakan bersama semua elemen di Sulawesi Tenggara.
“Me-launching gerakan cinta alam dan lingkungan ini, tak boleh sekadar seremonial. Ia tekad dan tindakan berkelanjutan. Agar manusia bisa selalu hidup damai dengan alam sekitarnya. Tangan kita berbuat langsung jauh lebih bermakna daripada semua hanya tersimpan dalam pikiran,” kata Pak Tamrin. (zah)