Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Islam di Kesultanan Buton, dan Undang-Undang Murtabat Tujuh. Begini filosofi sederhananya.


AGAMA Islam yang dianut masyarakat Buton dibawa oleh Syekh Abdul Wahid pada tahun 1412 masehi (606 tahun lalu jika dihitung dari tahun 2018 ini), dari negeri Patani melalui Sumbawa. Proses Islamisasi itu terjadi pada masa kekuasaan la Kilaponto dengan gelar Sultan Murhum, sekaligus Sultan Pertama di Buton.

Pada masa Sultan Buton ke-3, La Elangi (1597-1631) terjadi penerapan ajaran wahdatul wujud (Nasr dan Leaman, 1996:504) sebagai undang-undang Kesultanan Buton yang disebut Undang-Undang Murtabat Tujuh.

Ketujuh butir ajaran wahdatul wujud ditamsilkan dengan jabatan-jabatan yang ada dalam struktur pemerintahan Kesultanan Buton. Murtabat (kerap dituliskan martabat) pertama; ahaaddiyyah ditamsilkan dengan Kaomu Tana Yi Landu, martabat  wahdah ditamsilkan dengan Kaomu Tapi-Tapi,  martabat wahidiyyah ditamsilkan dengan golongan Kaomu Kumbewaha. Ketiga golongan kaomu itulah yang berhak menjadi sultan di Buton.

Selanjutnya Martabat alam arwah ditamsilkan dengan jabatan Sultan, Martabat alam misal ditamsilkan dengan jabatan sapati (patih), Martabat alam ajsam ditamsilkan dengan jabatan kenepulu, dan Martabat alam insan ditamsilkan dengan jabatan kapitalao (panglima perang) (Undang-Undang Murtabat Tujuh, AKB., nomor 171/Jawi/19/148/19/19/20).

Menurut Abdul Rahim Yunus, mazhab yang dianut masyarakat Buton adalah mazhab imam Syafii dan mendapat pengaruh tarekat Syattariyah, Qadariyyah, Naqsyabandiyyah, dan Khalwatiyyah Syammaniyyah. Hal itu diketahui dari buku-buku karya ulama Arab dan ulama Nusantara yang dipelajari di Buton, yaitu karya-karya Al-Gazali, Ibn Arabi, Al-Burhanpuri, Hamsah Fansuri, Samsuddin as-Sumaterani, Nuruddin Ar-Raniri, Syeh Yusuf Al-Makassari, As-Samman, Abdul As-Samad Al-Palembani, Al-Asyari Al-Qadiri, dan Alan Al-Awani.

Ajaran yang paling berpengaruh di Kesultanan Buton adalah ajaran wahdatul wujud atau wujudiyyah. Ajaran itu digunakan sebagai undang-undang Kesultanan Buton yang dikenal dengan nama undang-undang Murtabat Tujuh. (Yunus, 1995: 51-66).

Pada masa Sultan Buton ke-29, yang bernama Sultan Muhammad Idrus Qaim ad Din sampai sultan sesudahnya menegakkan hukum Islam. Istitusi Islam syarana agama di masjid agung keraton Buton berdampingan dengan syarana Wolio sebagai institusi kesultanan di keraton Buton.

Pranata Islam itu terdiri atas seorang lakina agama, seorang imamu, empat orang khatibi, dua belas moji, dan empat puluh mokimu (Berg, 1939); (Manarfa, 1993).

Hukum Islam yang diterapkan di Kesultanan Buton memakai landasan dasar al-Quran, al-Hadist, Murtabat Tujuh, Istiadatil Azali, Makhafani dan Faraid. (Anwar, 1989: 38; AKB., nomor 307/Wolio/20).  Birokrasi syarana agama yang menegakkan hukum Islam terdiri atas khalifah atau sultan, lakina agama, imam, 4 orang khatibi, 12 orang moji, dan 40 orang mokimu.

Masalah-masalah kemasyarakatan yang ditangani adalah hubungan keluarga, larangan agama, kelalaian melaksanakan perintah agama, pelanggaran hukum adat, dan sengketa tanah antara satu dengan yang lainnya.

Pelaksanaan hukum agama dan hukum adat dilakukan secara konperehensif dan terpadu dengan melibatkan sultan, sapati, kenepulu, bonto ogena, sio limbona, saraginti, lakina agama, imam, khatib dan moji. 

Jenis-jenis sanksi di Kesultanan Buton adalah karimbi (denda), pekamate (hukuman mati), andalai kuwiwi (hukuman mati), tatalima (potong tangan), kabebe dara (pukulan cambuk atau rajam), buse (pengasingan), dodobiwi (melukai bibir), dan kabatua atau kasimbatua (perbudakan). (Arsyad Haji Anwar, 1989:23).

Sultan Muhammad Salihi (1871-1885) sampai Sultan Muhammad Falihi (1938-1960) masih memaki gelar-gelar yang berasal dari konsep agama Islam, misalnya sultan (pemimpin ummat), khalifatul khamis (pemimpin Islam ke-lima), qaim ad addin (yang menegakkan agama), walilullah (wali Allah) juga kiyai. Pemakaian gelar-gelar secara budaya lokal seperti oputa (Tuhan), raja (penguasa), sangia (sakti), ode (orang terpilih atau bangsawan), masih tetap dipergunakan secara korelasional dengan kosep gelar Islam. (A.Ligtvoet, 1887); (Arsip Kesultanan Buton /AKB., syarana Wolio).

Seluruh pokok tulisan artikel ini disarikan Majalah online Butonmagz  dari jurnal berjudul ‘Buton Islam dan Islam Buton – 1873-1938’ yang ditulis Haliadi, Teuku Ibrahim Alfian dan Kuntowijoyo – peneliti sejarah pada program pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta – pada ‘Sosiohmanika’- September 2000.** (ref)

Baca Juga : Karomah Syekh Abdul Wahid yang Mengislamkan Raja Buton


  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...