Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Busiana Lipu, Cara Komunitas Kaisabu-Buton Berharmoni dengan Alam


Bangsa Buton, mungkin itu cara yang lebih tepat menggambarkan keragaman etnis ini. Sebab Buton bukanlah satu suku ‘ansich’. Di dalamnya terdapat berbagai etnis yang hidup berharmoni dengan alamnya. Salah satu dari mereka adalah sub etnik Kaisabu di Kecamatan Sorawolio Kota Baubau. Mereka punya cara mengharmonisasi diri dengan alamnya. Mereka menyebutnya, Busiana Lipu – makna sederhananya “menyiram kampung”. Seperti apa?

Zul Ahmad, ButonMagz – Baubau

Berbagai etnik dalam diri masyarakat Buton memiliki medium tersendiri untuk berkumpul, membicarakan sekaligus menggelar  hal-hal yang bernuansa adat budaya. Medium itu ada yang disebut Baruga ada juga yang menamakannya Galampa di beberapa tempat.

Baruga lebih dipersepsi sebagai bangunan besar tak berdinding namun ornamennya menyerupai rumah-rumah khas Buton. Bedanya, Baruga dan Galampa dibangun atas swadaya di etnik masing-masing plus bantuan dari pemerintah. Fungsinya sama, tempat menyelenggarakan aktivitas adat budaya, karenanya bangunan ini umumnya menjadi milik bersama dan digerakkan oleh sejumlah tetua kampung. Mereka menyebutnya Parabela.


Dalam beberapa literatur menyebut Parabela sejatinya adalah perwakilan penguasa di zaman kesultanan dahulu di kadie-kadie. Parabela ini juga dibekali katuko’, sejenis tongkat komando kekuasaan yang harus di jaga keberadaannya. Seperti penggunaan Katuko oleh Sara Agung Masjid Agung Keraton Buton, jika keliru meletakkan katuko’ maka jabatan yang disandang siap-siap dilepas, begitu cara orang Buton menghargai kepercayaan rakyat atas kekuasaan yang diamanahkan.

Kadie sendiri di sebut sebagai wilayah otonom dalam Kesutanan Buton. Data sejarah menunjukkan ada 72 Kadie dalam wikayah Kesultanan Buton yang tersebar di empat Barata; Kaledupa, Wuna, Tiworo dan Kulisusu. Barata sendiri banyak diartikan sebagai empat wilayah pertahanan pelindung Kesultanan Buton yang berpusat di Wolio – Kini Kota Baubau.

Diinformasikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau, H. Idrus Taufiq Saidi, S.Kom. M.Si menyebutkan bahwa dalam tataran kekinian -  4 wilayah Barata ini, meliputi seluruh eks kesultanan Buton dari Kawasan Kepulauan Buton sendiri, Kepukauan Tukang Besi di Wakatobi, Pulau Muna dan daratan Sulawesi Tenggara.

Kendati tak ada lagi peristilahan Kadie dan Barata di era kekinian pasca Kesultanan Buton bergabung dengan NKRI, namun ornamen-ornamen budaya masih begitu kental di masyarkatnya. Adat budaya masih teguh dipelihara oleh warganya. Dan ketika menyaksikan adat budaya itu, seolah masuk di lorong waktu ke masa silam.

                                                                              **

SENIN Siang kemarin, 15 Oktober 2018 tepatnya di Kelurahan Kaisabu Kecamatan Sorawolio Kota Baubau, digelar ritual budaya yang disebut ‘Busiana Lipu’. Acara ini rutin digelar setiap tahun jelang hari jadi Kota Baubau.

Busiana Lipu, adalah ornamen budaya masyarakat Kaisabu yang bermakna ‘menyiram kampung’ atau pemanjatan doa syukur kepada Allah SWT atas segala keberkahan yang diberikan, berupa kesuburan tanam-tanaman, dan kesehatan para warganya. Ritual ini digekar berkelompok dengan busana khas kadie di zaman kesultanan Buton dahulu, dan berpusat di Baruga atau Galampa.

Dijelaskan seorang tetua adat di sana, jika prosesi Busiana Lipu dimulai dengan penyiraman kubur tua yang ada di Kaisabu oleh sejumlah tetua adat dan parabela, namun tidak diikuti oleh masyarakat umum. “Nanti di Baruga baru ada pembacaan doa syukur kepada Allah SWT dengan menghadirkan tokoh-tokoh dari berbagai kalangan. Juga ada pementasan seni tari Linda dan Manca’ – silat khas Buton yang diperagakan oleh tetua dan pemuda di kawasan itu,” ujar Dani Ebas, salah seorang tokoh masyarakat Kaisabu.

Ada indikator alam terjadi jika Busiana Lipu itu usai digelar. “Biasanya malam hari setelah acara adat itu maka turun hujan, biar sedikit atau tidak terlalu lama. Kami di Kaisabu memaknainya sebagai rahmat dari Allah SWT,” ujarnya.

Ketika proses Busiana Lipu berjalan, aroma mistis terasa ke mana-mana, karena tetabuhan gendang yang dimainkan para tetua adat iramanya berbeda dengan tetabuhan gendang pada umumnya yang lebih rancak dan menyentak. Ia lebih pelan, dengan irama tertentu mengiringi penari Linda. Tarian yang tak banyak gerakan, sekedar meliuk-liuk di tempat dengan mengangkat bilah tangan yang berhias selendang, sementara  salah satu kaki menjinjit dan kaki lainnya menopang. Begitu saja. Tetapi gerak penanrinya mengigatkan pada tarian Nyi Roro Kidul di Kesultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Di Jawa sana.

Dalam beberapa literatur menyebutkan, Tarian Linda adalah khas dari etnik Cia-cia (Buton) tetapi ada juga yang menyebutnya berasal dari Muna - berusia ratusan tahun, dan punya aturan main di dalamnya.  menurut etimologi penamaan Linda berasal dari bahasa Daerah Muna dan Buton yang berarti menari berkeliling, laksana burung yang terbang, berkeliling dengan sayap yang terkembang indah.

Sebenarnya ritual Busiana Lipu ini tidak terlalu lama, sebab lebih pada pemanjatan doa khas Islam, dimulai dengan bacaan Ummul Quran dan sejumlah ayat-ayat pada umumnya. Ada doa tentang keselamatan negeri, kesehatan dan kedamaian penduduknya, dan doa untuk para pemimpinnya. Jadi sangat islamis. Jauh dari persepsi klenik.

Usai doa ada sambutan-sambutan dari tetua dan pihak pemerintah setempat. Mewakili Pemerintah daerah adalah Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra Kota Baubau, La Ode Aswad, S.Sos., M.Si yang banyak mengapresisasi acara ini.

“Ritual ‘Busiana Lipu’ bagi warga Kaisabu dalam bentuk penghargaam terhadap alam sekitarnya, nikmat atas kedamaian dan kenyamanan di dalam kampung halaman. Oleh karena itu Busiana Lupu merapakan warisan budaya yang turun temurun, sejatinya kita lestarikan tidak hanya bagi pemngembangan pariwisata Kota Baubau, tetapi juga Baruga ini menyatukan kita dari berbagai lapis dan golongan,” ujarnya.

La Od Aswad juga mengajak semua pihak, khususnya warga Kaisabu untuk bersatu kembali pascapilkada beberapa waktu lalu. “Saatnya bersatu kembali, bahu membahu membangun negeri dan bersama-sama memajukan Kota Baubau,” imbuhnya.

Setelah seluruh prosesi budaya digelar, dilanjutkan dengan menikmati panganan bersama sebagaimana halnya budaya pekakande-kandea dalam peradaban masyarakat Buton. Acara ini berlangsung meriah dengan kehadiran segenap anggota masyarakat. Juga tampak anggota DPD-RI, Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu, M.Sc hadir bersama-sama segenap pejabat lingkup Pemkot Baubau dan anggota Forkompimda di daerah ini. Beberap diantaranya juga warga negara asing, seperrt dari Australia dan Inggris hadir di acara ini.**





  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...