Di kawasan Kepulaun Buton-Sulawesi Tenggara, nama-nama perkampungan tua tentu banyak menyisahkan cerita masa lalu, kesejarahan – begitu mungkin lebih keren menyebutnya. Salah satu kampung itu adalah Loji. Letaknya dikawasan muara kali Baubau menjorok ke teluk. Tepatnya di Kelurahan Nganganaumala Kecamatan Batupoaro Kota Baubau. Pas menghadap plasa Umna Rijoli yang sejak tahun 2001 terbangun megah dibir pantai kota pemilik benteng terluas di dunia ini.
Berbagai sumber menyebutkan nama Loji sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yakni kata Lodge ada yang menyebutnya Lodge Van Boeton, entah apa artinya, tapi banyak yang menyebutkan jika Lodge sebenarnya adalah ‘pelabuhan kecil’. Sementara dari diksi Inggris, Lodge berarti 'mengajukan'. Tetapi tentu lebih pas pendekatan istilah Belanda ini, paling tidak negeri Buton dalam sejarahnya memang banyak berhubungan dengan Belanda di masa lalu.
Ada yang bercerita, bila kawasan Loji ini memang dahulu tempat kapal-kapal VOC berlabuh. Sebab dimana-mana kota kota yang pernah di kuasai Belanda di nusantara ini pasti punya kampong bernama Loji. Benar atau tidak, memang butuh penelitian lebih lanjut.
Khusus di Kota Baubau yang merupakan warisan kejayaan Kesultanan Buton masa lalu, kini nama Loji popular di seantero Kepulauan Buton. Padahal dari sisi luas wilayah, relatif sangat sempit. Bahkan data yang diperoleh jumlah penduduk yang ada di kampung Loji Baubau ini penduduknya tidak lebih dari 100 Kepala Keluarga di masa kini.
Bahkan sebenarnya, Loji di Baubau ini lebih cocok disebut satu kawasan Rukun Tetangga (RT) ketimbang nama ‘kampung’. Namun lebih dari itu, ada kebanggaan dari orang-orang Buton, baik yang berdomisili di Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, serta orang-orang Buton di perantauan menyebut Loji dengan sebutan kampung.
Mungkin karena sejarah panjangnya, ada kebanggan jika menyebut nama Loji ini. Bahkan saking bangga menjadi ‘orang Loji’ di berbagai komponen masyarakat ada saja terbentuk ‘komunitas orang Loji’. Ada yang menyebutnya ‘Arisan Loji’, ada yang menamakan Kerukunan Keluarga Loji dan lain sebagainya.
Berbagai sumber menyebutkan nama Loji sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yakni kata Lodge ada yang menyebutnya Lodge Van Boeton, entah apa artinya, tapi banyak yang menyebutkan jika Lodge sebenarnya adalah ‘pelabuhan kecil’. Sementara dari diksi Inggris, Lodge berarti 'mengajukan'. Tetapi tentu lebih pas pendekatan istilah Belanda ini, paling tidak negeri Buton dalam sejarahnya memang banyak berhubungan dengan Belanda di masa lalu.
Ada yang bercerita, bila kawasan Loji ini memang dahulu tempat kapal-kapal VOC berlabuh. Sebab dimana-mana kota kota yang pernah di kuasai Belanda di nusantara ini pasti punya kampong bernama Loji. Benar atau tidak, memang butuh penelitian lebih lanjut.
Khusus di Kota Baubau yang merupakan warisan kejayaan Kesultanan Buton masa lalu, kini nama Loji popular di seantero Kepulauan Buton. Padahal dari sisi luas wilayah, relatif sangat sempit. Bahkan data yang diperoleh jumlah penduduk yang ada di kampung Loji Baubau ini penduduknya tidak lebih dari 100 Kepala Keluarga di masa kini.
Bahkan sebenarnya, Loji di Baubau ini lebih cocok disebut satu kawasan Rukun Tetangga (RT) ketimbang nama ‘kampung’. Namun lebih dari itu, ada kebanggaan dari orang-orang Buton, baik yang berdomisili di Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, serta orang-orang Buton di perantauan menyebut Loji dengan sebutan kampung.
Mungkin karena sejarah panjangnya, ada kebanggan jika menyebut nama Loji ini. Bahkan saking bangga menjadi ‘orang Loji’ di berbagai komponen masyarakat ada saja terbentuk ‘komunitas orang Loji’. Ada yang menyebutnya ‘Arisan Loji’, ada yang menamakan Kerukunan Keluarga Loji dan lain sebagainya.
Pada beberapa Pilkada yang telah berlalu di kota ini, beberapa kandidat kepala daerah pun ‘mengikat nama ‘loji’ sebagai ikatan kultur identitas ke-wolio-annya, sematan lain Kota Baubau masa lalu. Kendati sebenarnya dia sendiri dikenal publik berasal dari salah satu gugus kepulauan di Buton Raya ini. Dia bilang begini, “Insya Allah keluarga Loji mendukung saya, dan saya yakin bisa memenangkan Pilkada ini,” begitu ucapannya dengan sangat yakin.
Keyakinan beliau beralasan. Ia mengakui jika sesorang telah menguasai ‘kampung Loji’ maka akan berpengaruh besar bagi komunitas-komunitas lainnya. Alasannya, masyarakatnya sangat kompak karena didukung ikatan darah keluarga yang sangat kental, bahkan konon orang-orang Loji di perantauan terbilang sukses secara ekonomi.
Loji di era kekinian.
Lepas dari cerita dan kebesaran masa lalu, Loji kini juga menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota Baubau dalam proses pembangunan. Konsep Baubau pernah bersemboyan ‘menjadikan laut dan sungai sebagai halaman depan’ tentu memiliki dampak langsung bagi masyarakat di wilayah itu.
Setidaknya, rumah-rumah di kampong Loji ini juga akan menghadap langsung dengan laut dan sungai. Peruntukannya sederhana, jika laut dan sungai sudah menjadi halaman depan, maka kebersihan akan terjaga, sebab tak akan ada lagi rumah tangga yang membuang sampahnya ke laut atau sungai.
Disana juga ada telah berjalan program Pemkot membangun kawasan itu dengan sebutan ‘Pembangunan Kota Mara’ dimana Loji menjadi kampong terdekat di kawasan itu. Gagasannya, disana akan terbangun Islamic Center dan sejumlah fasilitas umum lainnya, dengan tetap bercirikan adat dan budaya setempat. Kini Kotamara, menjadi salah satu area publik yang banyak dinikmati warga kota ini.
Yang pasti Loji adalah nama kampong yang punya sejarah panjang. Disana pernah bersandar sejumlah kapal-kapal kompeni dan juga kapal rakyat sejenis Pinishi dan Lambo. Namun kini, ada pergeseran dinamika. Yang tersisa hanya sampan-sampan rakyat dan juga kapal-kapal nelayan penangkap ikan. Itupun jika mereka bertepi karena arus di lautan yang lagi kencang. Jika musim timur, kawasan itu terganti dengan kepadatan arus lalu lintas yang melintasi Jembatan Gantung dari Kali Baubau yang membelah kota itu. Loji, kampung dengan nama besar. (ref)
Keyakinan beliau beralasan. Ia mengakui jika sesorang telah menguasai ‘kampung Loji’ maka akan berpengaruh besar bagi komunitas-komunitas lainnya. Alasannya, masyarakatnya sangat kompak karena didukung ikatan darah keluarga yang sangat kental, bahkan konon orang-orang Loji di perantauan terbilang sukses secara ekonomi.
Loji di era kekinian.
Lepas dari cerita dan kebesaran masa lalu, Loji kini juga menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota Baubau dalam proses pembangunan. Konsep Baubau pernah bersemboyan ‘menjadikan laut dan sungai sebagai halaman depan’ tentu memiliki dampak langsung bagi masyarakat di wilayah itu.
Setidaknya, rumah-rumah di kampong Loji ini juga akan menghadap langsung dengan laut dan sungai. Peruntukannya sederhana, jika laut dan sungai sudah menjadi halaman depan, maka kebersihan akan terjaga, sebab tak akan ada lagi rumah tangga yang membuang sampahnya ke laut atau sungai.
Disana juga ada telah berjalan program Pemkot membangun kawasan itu dengan sebutan ‘Pembangunan Kota Mara’ dimana Loji menjadi kampong terdekat di kawasan itu. Gagasannya, disana akan terbangun Islamic Center dan sejumlah fasilitas umum lainnya, dengan tetap bercirikan adat dan budaya setempat. Kini Kotamara, menjadi salah satu area publik yang banyak dinikmati warga kota ini.
Yang pasti Loji adalah nama kampong yang punya sejarah panjang. Disana pernah bersandar sejumlah kapal-kapal kompeni dan juga kapal rakyat sejenis Pinishi dan Lambo. Namun kini, ada pergeseran dinamika. Yang tersisa hanya sampan-sampan rakyat dan juga kapal-kapal nelayan penangkap ikan. Itupun jika mereka bertepi karena arus di lautan yang lagi kencang. Jika musim timur, kawasan itu terganti dengan kepadatan arus lalu lintas yang melintasi Jembatan Gantung dari Kali Baubau yang membelah kota itu. Loji, kampung dengan nama besar. (ref)
0 Komentar