Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Mengulik Jalan Hidup Wa Ode Maasra Manarfa - Srikandi Buton yang Tak Surut Dalam Politik

 


....Seiring hadirnya reformasi, muncul Partai Bulan Bintang yang lahir dari rahim Masyumi. Organisasi Islam yang cukup tenar sejak zaman Orde Lama. Partai ini memang dibentuk di Jakarta dan dipelopori Prof.Dr. Yusri Ihza Mahendra di tahun 1998, namun nomenklatur partai ini menjelaskan jika salah satu ‘perintis’ pendirinya adalah, Drs. H. La Ode Manarfa, sesepuh masyarakat Buton sekaligus ayahanda Wa Ode Maasra....

BUTONMAGZ---Salah satu mimpi terbesar dari seorang putri tokoh Buton ini di dunia politik adalah menjadi kepala daerah di negerinya sendiri, sebab ia meyakini hal ini menjadi cara terbaik untuk bisa mengubah kehidupan publiknya ke arah yang lebih berdasar pada konsep-konsep berpikirnya. Itu yang membuat Hj. Wa Ode Maasra Manarfa, S.Sos. M.Si - berpartisipasi di setiap kontestasi pemilihan kepala daerah 10 (sepuluh) tahun belakangan ini.

Apa dinyana, berpolitik bukan sekedar pikiran matematis tetapi banyak hal sosiologis, psikologis, yang menjadi pertimbangannya, itu yang membuat ia selalu realistis melihat kenyataan. Karenanya Pilkada Kota Baubau periode 2013-2018 ia bersedia mendampingi ‘AS.Tamrin’ dalam posisi wakil wali kota, dan rakyat memberinya kepercayaan. Itu yang membuat wanita Buton kelahiran makassar 7 November 1954 ini tercatat sebagai wakil wali kota ketiga dalam sejarah perjalanan Kota Baubau sebagai daerah otonom, didahului Drs. H. Ibrahim Marsela, MM dan adik kandungnya, Drs. H. LM. Halaka Manarfa.

Maasra Manarfa, begitu sapaan populernya memang besar dalam karir politik, ia perempuan Buton asli kelahiran Makassar, 7 November 1954. Dua partai pun pernah membesarkannya sekaligus mengantarnya ke kursi dewan, yakni Golongan Karya dan Partai Bulan Bintang., karir yang dijalaninya kurun waktu 22 tahun. Wajar kemudian jika ia dikenal pula sebagai perempuan politik sukses dalam percaturan politik ‘negeri Butuni’, wajar jika banyak publik terkadang menggelarinya sebagai ‘trah’ Wa Kaakaa – Ratu Buton pertama dalam sejarah Kerajaan Buton.

Golongan Karya, adalah partai politik yang mengantarkannya sebagai anggota DPRD  Kabupaten Buton kurun dalam dua periode, yakni tahun 1987-1992 dan 1992-1997. Saat itu Baubau masih berstatus sebagai kota administratif di bawah pemerintahan Kabupaten Buton dan yang belum memiliki kelembagaan dewan. Modal politiknya, ia memimpin ‘sayap’ Golkar yang mengurusi kaum perempuan – ketua Himpunan Wanita Karya, yang dilakoninya sejak tahun 1992.  

Seiring hadirnya reformasi, muncul Partai Bulan Bintang yang lahir dari rahim Masyumi. Organisasi Islam yang cukup tenar sejak zaman Orde Lama. Partai ini memang dibentuk di Jakarta dan dipelopori Prof.Dr. Yusri Ihza Mahendra di tahun 1998, namun nomenklatur partai ini menjelaskan jika salah satu ‘perintis’ pendirinya adalah, Drs. H. La Ode Manarfa, sesepuh masyarakat Buton sekaligus ayahanda Wa Ode Maasra.

Ia bersama adiknya – LM. Halaka Manarfa memilih membesarkan PBB di Sulawesi Tenggara, dan Buton menjadi basis terbesar persebaran suara partai ini. Di Pemilu 1997, melalui partai ini Wa Ode Maasra Manarfa terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Buton periode 1997-2004 daerah pemilihan Kecamatan Wolio, Kota Administratif Bau-Bau.

Belum sempat menyelesaikan tugas kurun waktu 5 (lima) tahun di DPRD Buton, Kota Bau-Bau resmi terlahir sebagai daerah otonom di tahun 2001, yang secara otomatis terbentuk pula kelembagaan legislatifnya, DPRD Kota Bau-Bau. Wa Ode Maasra pun harus ‘hijrah’ ke DPRD Kota Bau-Bau sebagai anggota “angkatan pertama”, sebab ia berasal dari daerah pemilihan Wolio- Kota Bau-Bau, sekaligus ia terpilih sebagai ‘ketua fraksi’ Bulan Bintang Nasional, gabungan PAN, dan Partai Keadilan di DPRD Kota Bau-Bau..

Sebagai srikandi di gedung dewan, Wa Ode Maasra dikenal sebagai wanita yang punya visi besar dengan daerahnya. Ia dikenal kerap bersuara lantang untuk sebuah kemaslahatan masyarakat, tetapi ia tetap mengejawantahkan dirinya sebagai bagian dari pemelihara pewaris kesultanan. Karena itu tindak tanduknya selalu ia jaga dengan baik, baik di dunia politik maupun kesehariannya.

Sebelum Pemilu tahun 2004, langkah politik Wa Ode Maasra Manarfa semakin mengakar. Ia banyak digadang-gadang sebagai kandidat kepala daerah, bersamaan dengan popularitas adik kandungnya LM. Halaka Manarfa. Tetapi Maasra tetap memilih parlemen dan fokus membersarkan partainya, hingga kemudian di Pemilu 2004, ia kembali terpilih menjadi anggota  DPRD Kota Bau-Bau periode 2004-2009, bahkan kemudian bidak catur politik Maasra mengantarkannya sebagai Ketua DPRD Kota Bau-Bau di periode itu.

Sebagai ketua dewan, kontrol Maasra begitu kuat terhadap pemerintahan kepala daerah saat itu, pasangan wali kota – wakil wali kota, Amirul Tamim – Ibrahim Marsela yang memang getol melakukan pembangunan infrastruktur. Tetapi Maasra sadar, Bau-Bau memang membutuhkan sentuhan tangan terampil.

“Saya dan teman-teman memberi keleluasaan bagi pemerintahan Amirul-Ibrahim untuk membangun kota ini, tetapi tetap kita kontrol sesuai mekanisme yang ada, agar pembangunan benar-benar bermsalahat untuk warga Kota Bau-Bau,” papar Maasra yang juga istri dari Ir. LM. Sjamsul Qamar, MT – mantan Direktur Utama PT Sarana Karya (Persero) dan juga Rektor Universitas Dayanu Ikhsanuddin Bau-Bau ini.

Kesuksesan Maasra tidak sekedar di dunia politik, ia sadar jika dirinya seorang ibu rumah tangga sehingga ia juga tak lepas kontrol dengan kehidupan suami dan anak-anaknya. 3 (tiga) buah hatinya tumbuh menjadi sosok yang terbilang sukses, anak pertamanya seorang dokter. Bernama lengkap  dr. La Ode Muhammad Fatahillah, seorang dokter specialis saraf, kini bekerja di sebagai  Pegawai Negeri Sipil di  RSUD Kota Baubau.

Sementara anak kedua dan ketiga juga tak kalah mentereng. Putri keduanya bernama Wa Ode Nadia, S.Farm, Apt juga menjadi PNS sekaligus apoteker di kota ini. Sementara putri bungsunya Wa Ode Friza Nurbani adalah alumni Universitas Hasanuudin Makassar Jurusan Planologi, yang kini masih menempuh pendidikan di luar negeri, tepatnya di Jerman.

“Paling tidak masa depan anak-anak saya sudah kami hantarkan melalui pendidikan mereka masing-masing. Saya dan Bapak (suami) mensupport sesuai dengan bakatnya,” ujar Maasra yang dikenal sebagai sarjana dan magister di ilmu pemerintahan.

Sejumlah pengalaman telah dilalui Maasra, di kesibukannya sebagai sosok politisi ia terus membangun mimpi-mimpinya sebagai salah satu orang terbaik di daerahnya. Karena itu dari dewan ia menuju dunia pemerintahan. Sekali dua kali ia mencoba peruntungan sebagai kandidat wali kota dan wakil walikota.

 

Saat dilantik sebagai Wakil Wali Kota Baubau 2013-2018 mendampingi Wali Kota AS. Tamrin

Hingga di Pemilihan Walikota periode 2008-2013 ia digandeng AS. Tamrin, birokrasi senior pertanahan di pusat  untuk menjadi wakil wali kota Baubau. Nasib beruntung, paket Dr. AS Tamrin, MH dan Hj. Wa Ode Maasra Manarfa, S.Sos, M.Si atau dikenal dengan jargon “tampil Mesra” terpilih sebagai wali kota dan wakil walikota, dan sukses menyelesaikan masa tugasnya tanpa ada peristiwa ketidakharmonisan, seperti banyak dialami daerah lainnya di Indonesia.

Langkah politik Maasra tak berhenti, di Pemilukada 2018 ia kembali mencalonkan diri, kali ini sebagai calon wali kota, ia menggandeng Ihsan Ismail dari Partai Gerindra untuk berkompetisi dengan sejumlah kandidat lainnya. Sayangnya niat politik belum terwujud. Wa Ode Maasra Manarfa mencoba peruntungan di Pemilu 2018 maju sebagai calon anggota DPR-RI melalui Daerah Pemilihan Sulawesi Tengah dari Partai Bulan Bintang, namun itu pun belum menemui titik terang. Maasra, kembali ke Buton dan mengabdikan dirinya di kampus Universitas Dayanu Ikhasanuddin (Unidayan) Baubau sebagai ketua yayasan.

Maasra memang tak tumbuh sebagai politisi karbitan, ia banyak mengasah diri dengan sejumlah pelatihan; seperti LEMHANAS Tahun 2008 di Jakarta;  Sosialisasi Undang-Undang Pemilu 2009, Tahun 2008 di Jakarta; Bintek Manajemen Keuangan Daerah LAN Tahun 2008 di Jakarta; Bintek Rencana Induk Strategi Daerah Tahun 2006 di Jakarta; Bintek Kapasitas Legislatif Puspangda tahun 2006 di Jakarta;  Bintek Keuangan Daerah / Kinerja DPKPD Tahun 2005 di Jakarta; tugas Fungsi Kepemimpinan BPKP OTDA, Bandung 2005; Orientasi Legislator Partai Bulan Bintang, Makassar 2004; Pendalaman Bidang Tugas DPRD, Prop. Sultra Kendari 1995; Pengenalan Tugas DPRD, Pemprov. Sultra, Kendari 1992; Bimbingan Politik Prop. Sultra. Kendari 1987

Ia juga dikenal sebagai penerima penghargaaan Manggala Karya Kencana dari Badan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2008. (zah)



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...