Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Kota Kendari dan Bahtera Mas sebagai ikon kota yang Instagrammable



BUTONMAGZ--Kota Kendari berkembang dengan cara yang sangat khas. Ia tumbuh di bibir pantai dan melingkari teluk dari satu ujung sampai ke ujung yang lain. Sampai batas tertentu, mirip Kota Palu, Ambon, dan Jayapura. Yang membedakannya, Teluk Kendari itu relatif kecil, bentuknya mirip botol dengan mulut yang hanya selebar 200 m, lalu memanjang 7 km dengan lebar maksimum 3,5 km. Di depan mulut teluk itu ada Pulau Bungkutoko seluas 20 km persegi.

Memanfaatkan bentang alam yang unik itu, di sekeliling teluk tumbuh bangunan-bangunan yang indah. Yang paling ikonik tentunya masjid Al Alam yang tumbuh dan bertumpu di atas struktur beton persis di atas permukaan air teluk. Warga menyebutnya masjid di atas air.

Namun, tak lama lagi akan lahir ikon baru, yakni Jembatan Teluk Kendari yang melintas di atas “leher botol” teluk. Jembatan ini akan menghubungkan kota tua di sebelah utara teluk dengan daerah kota baru di sisi utara yang tumbuh pesat. Tentu, jembatan itu tidak hanya dimaksudkan agar menjadi ikon. Ia akan memberi akses baru menuju kawasan kota tua, pelabuhan lama (untuk pelayaran lokal) berada. Nama untuk jembatan baru itu sudah disiapkan, yaitu Bahtera Mas.

Jembatan baru itu dikerjakan oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XXI Kendari, lembaga yang berada di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). “Progres konstruksi seluruhnya telah mencapai 97,33 persen,” kata Kepala BPJN XXI Kendari Yohanis Tulak Todingrara, seperti dikutip dalam rilis Kementerian PUPR, Selasa (25/8/2020). Biaya proyek tersebut Rp. 800 miliar (multiyears) dan telah dimulai sejak 2017.

Menurut Yohanis Tulak Todingrara, pengerjaan konstruksi Jembatan Teluk Kendari itu terdiri dari jalan pendekat atau oprit (602,5 m), approach span (357,7 m), side span (180 m), dan bentang utama atau main span (200 m). Seluruhnya 1,4 km. Jembatan dengan tipe cable stayed ini memiliki lebar 20 meter dengan empat lajur serta median dan trotoar.

Konstruksi cable stayed ini dipilih untuk meminimalisasi kebutuhan tiang penyangga. Badan jembatan ini hanya bertumpu pada dua pasang tiang tinggi yang berdiri di atas platform beton yang menancap ke dalam dasar teluk. Kabel-kabel baja pun direntang ke tepian gelagar jembatan, untuk memindahkan beban ke tiang-tiang kokoh itu.

Dengan adanya jembatan dengan jalan oprit baru di kedua ujungnya itu, perjalanan dari dua sisi kota bisa ditempuh lima menit saja. Sebelumnya, warga harus menyeberang dengan kapal feri atau melingkar sejauh 20 km melalui jalan darat.

Konektivitas antarbagian kota di Kendari meningkat. Apalagi semuanya juga telah terhubung ke jalan lingkar luar untuk menuju ke luar kota maupun ke kawasan baru Pulau Bungkutoko, kawasan industri baru yang sedang dikembangkan.  Di pulau itu juga ada Kendari New Port, pelabuhan baru yang melayani pelayaran samudera.

Pelabuhan Bungkutoko akan menjadi pintu utama bagi keluar masuknya berbagai komoditas dari dan masuk ke Kendari serta Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Selama ini, Sultra punya produk andalan seperti kakao, kopra, lada, kemiri, kacang mede, cengkeh, jagung, ikan, udang, serta bahan mineral seperti mangan, besi, kerak logam, nikel, dan beberapa lainnya.

Produk-produk itu tidak akan dibiarkan keluar sebagai bahan mentah. Maka di Pulau Bungkutoko telah disiapkan kawasan industri penunjang seluas 26 Ha. Di pelabuhan juga akan dibangun terminal antarmoda (20 Ha), terminal multipurpose (32 Ha), terminal penumpang (23 Ha), serta tracking mangrove (24Ha) untuk penunjang wisata. Jembatan ke Pulau Bungkutoko itu telah dioperasikan 2019, selebar 9 meter, sekitar 100 meter panjang, dari kawasan Kota Baru Poasia, Kendari.

 Ikon Kota

Sebagai negara maritim, kita-kota besar Indonesia tumbuh di teluk atau di tepian sungai besar di dekat muara. Dalam perkembangannya, ketika kota-kota telah tumbuh makin besar dan padat, infrastruktur jembatan pun diperlukan guna mempertautkan satu bagian kota dengan bagian yang lain. Jembatan itu pun dibangun bukan hanya sebagai sarana ekonomi semata, melainkan juga untuk ikon kota.

Tentu, banyak jembatan yang telah dibangun. Beberapa di antaranya menjadi ikon yang kuat, seperti Jembatan Ampera, Palembang, Sumsel, yang selesai dibangun pada 1965. Jembatan ini melintang di atas Sungai Musi sepanjang 1.170 meter (termasuk approach span-nya) di kedua ujung. Lebarnya 22 meter, dengan dua jalur pedestrian di kanan kiri. Jembatan ini dibangun atas prakarsa Presiden Soekarno.

Ikon kuat lainnya ada di Jembatan Barelang yang terdiri dari enam unit jembatan, panjangnya antara 240 m hingga 450 m, menghubungkan Pulau Batam, Rempang, dan Galang. Pembangunannya diprakarsai Profesor BJ Habibie, dikerjakan antara 1992-1997. Tiga jembatan di antaranya  dibangun dengan struktur cable stayed.  Sejak itu pula struktur stayed cable itu diikuti jembatan besar lainya.

Menyusul kemudian Jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong (Kalimantan Timur) yang diresmikan pada 2001. Jembatan ini panjangnya 710 meter, dan 270 meter di antaranya tergantung tanpa tiang di bawahnya. Namun, jembatan ini ambruk pada 2011. Sementara itu Jembatan Mahkota di Samarinda yang mulai dibangun 2002, sempat lama mangkrak karena perubahan tata ruang kota dan baru dapat dilanjutkan 2016 dan mulai beroperasi 2017.

Presiden Megawati memprakarsai jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang rampung dikerjakan  pada 2008. Jembatan ini panjangnya 5.400 meter dan lebih dari separuhnya di atas air. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun mengawal pembangunan Jembatan Sultanah Latifah di atas Sungai Siak Kota Siak Indrapura, Riau, dan diresmikannya 2007. Pada era Presiden SBY pula pekerjaan sulit pembangunan jembatan di Kelok Sembilan Sumatera Barat selesai pada 2013.

Presiden Joko Widodo termasuk yang banyak membangun jembatan. Jembatan Merah Youtefa di Kota Jayapura mulai dibangun pada awal 2015 dan diresmikan akhir 2019 oleh Presiden Jokowi. Dengan adanya jembatan itu, warga Jayapura tak perlu mengitari teluk untuk bergerak dari ujung timur kota ke ujung barat Jayapura. Struktur baja lengkung bercat merah, yang menjadi rangka penyangga jembatan itu membuat warga menyebutnya jembatan merah.

Presiden Jokowi meresmikan Jembatan Merah Putih yang melintang di atas Teluk Ambon pada 2016. Jembatan ini mulai dibangun 2011 di era Presiden SBY dan dilanjutkan oleh Presiden Jokowi.

Dengan semangat membangun infrastruktur, Presiden Jokowi pun meneruskan pembangunan Jembatan Ir Soekarno di Kota Manado yang sempat mangkrak 12 tahun. Akhirnya, jembatan ini bisa dioperasionalkan sejak Mei 2016. Sebulan sebelumnya, Presiden Joko Widodo meresmikan Jembatan Tayan di Pontianak, yang melintang di atas sungai Kapuas. Bentangan jembatan itu 1.400 meter, terpanjang di Kalimantan.

Jembatan Youtefa di Kota Jayapura, Merah Putih di Ambon, Jembatan Sokarno di Manado, Suramadu hingga Ampera dan Barelang, pada akhirnya bukan hanya infrastruktur. Struktur megah dan indah itu juga menjadi ikon kota. Instagrammable, cocok untuk swafoto dan menjadi kekayaan budaya dan pariwisata kota.

Dalam waktu dekat ini, aset ekonomi yang sekaligus ikon budaya itu akan bertambah dengan hadirnya Jembatan Bahtera Mas di atas Teluk Kendari. Semuanya keren. Kalau ada kesempatan, mengapa tidak swafoto di sana? (sumber : Indonesia.go.id)

BACA BERITA TERKAIT :
Pesona ’Golden Gate Bridge’ Teluk Kendari – Ikonik Baru Sulawesi Tenggara



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...