Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Bajau dalam Satu Tarikan Nafas



BUTONMAGZ--Keliling dunia dalam satu tarikan nafas, begitulah kira-kira terjemahan bebas film pendek karya Guillaume Nery, 38 tahun, yang baru dirilis pada Februari 2019. Film ini berjudul One Breath Around The World yang berdurasi sekitar 13 menit. Ini adalah film karya Guillaume Nery  yang menceritakan 'passion'-nya pada dunia menyelam bebas alias menyelam tanpa bantuan alat pernapasan. Yang menarik dari film karya "Giyom" (dibaca demikian) ini adalah salah satu adegan dalam filmnya yang memunculkan orang-orang Suku Bajau.

Film ini adalah film pendek istimewa yang pengambilan gambarnya diambil dengan cara istimewa pula. Guillame digambarkan menyelam bebas puluhan meter di bawah permukaan laut sambil melakukan berbagai hal seperti wajarnya seorang yang sedang berada di atas permukaan laut. Dia berjalan sambil membawa batu pemberat agar tidak mengambang, kemudian merangkak, melompat, memanjat, mengayuh, mengepak, dan berbagai manuver lainnya. Sedangkan sang pengambil gambar, istrinya sendiri, Julie Gautiere, harus bertarung dengan kendala teknis kamera kedap air dan kepiawaian menyelam bebas.

Perempuan yang juga penyelam bebas profesional ini tentu saja harus jago memutuskan gambar mana yang harus diambil. Dia harus menghitung jangan sampai kehilangan momentum yang sangat berharga. Sementara itu dia harus mencari pencahayaan yang sempurna, sekaligus melakukan gerakan tubuh akrobatik agar kamera bisa mengambil berbagai sudut pengambilan gambar yang dramatis. Untuk melihat film pendek ini bisa kunjungi tautan film dalam alamat ini https://www.nationalgeographic.com/adventure/2019/04/freedivers-guillaume-nery-julie-gautier-one-breath-around-world/

 Orang Bajau Menginspirasi

Semua yang Guillaume lakukan selama 'bergerak' di bawah laut adalah aktivitas yang wajar dilakukan oleh orang-orang Suku Bajau atau Orang Bajau Laut yang saat ini hidup di berbagai wilayah kepulauan di Nusantara. Dalam laman fesbuknya, Guillaume menceritakan pengalaman empat hari bersama Suku Bajau sebagai peristiwa yang paling luar biasa di dalam hidupnya.

Di menit keenam detik ke dua puluh lima film itu, tampak Guillaume yang telah sampai di sebuah dasar laut berterumbu karang melambaikan tangan. Tampak dari arah atas yang terlihat gelap, perlahan dua orang pemuda Suku Bajau menyelam turun ke dasar sambil membawa buluh penumbak ikan. Guillaume yang berpakaian selam hasil teknologi maju seperti sesosok "alien" di antara dua pemuda yang menyelam hanya bercelana pendek tanpa baju. Mereka hanya mengenakan pelindung mata berkerangka kayu bulat yang mereka buat sendiri.

Erik Abrahamsson dan Erika Schagatay adalah dua orang peneliti Swedia yang mempelajari Studi Antropologi kehidupan Orang Bajau Laut. Dalam Jurnal Human Evolution, Vol. 29 n. 1-3 (171-183) - 2014, mereka menyebut para pengelana laut yang hidup di kawasan Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina ini adalah ahli menyelam yang alami. 

Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menyelam bebas di laut. Jika laki-laki Bajau adalah para penumbak ikan, perempuan-perempuan Bajau adalah pengumpul biota laut di perairan yang dangkal. Mereka menyelam sejak masih sangat belia dan menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan hidup di atas dan di dalam laut.

Studi Abrahamsson dan Schagatay bertujuan untuk mempelajari cara hidup orang Bajau dan terutama kemampuan menyelam bebas mereka. Mereka ingin mengungkap potensi manusia modern dengan kemampuan menyelam bebas dalam satu tarikan nafas mampu memenuhi kebutuhan berburu ikan dan mengumpulkan hasil laut.

Pengelana Laut

Di Asia Tenggara, menurut Abrahamsson dan Schagatay, setidaknya ada tiga kelompok 'Sea Nomads' atau pengelana laut. Mereka adalah kelompok etnis tertentu yang mempunyai tradisi hidup di rumah-perahu. Ada tiga sebutan untuk mereka yakni, moken, orang laut, dan bajau laut. Ada yang tinggal di rumah yang didirikan di atas tiang-tiang pancang di atas permukaan laut, ada yang di pinggir pantai yang bersentuhan dengan laut, dan ada yang tinggal di rumah sekaligus perahu yang bisa berlayar di laut.

Pada saat mereka melakukan tiga kali periode kunjungan  selama total sembilan bulan lamanya di antara tahun 2010 hingga 2013 mereka berkunjung ke tiga lokasi Suku Bajau. Jika ditambah dengan kunjungan Erika beberapa tahun sebelumnya di 1988, mereka berarti sudah mengunjungi enam tempat yakni,
  1.     Topa, Buton, Sulawesi Tenggara
  2.     Ambon, Maluku
  3.     Matina Aplaya, Davao, Filipina
  4.     Pulau Tukang Besi, Sulawesi Tenggara
  5.     La solo, Sulawesi Tenggara
  6.     Riau
Agar tidak melebar, Abrahamsson dan Schagatay fokus mempelajari kelompok suku laut yang terbesar yakni Bajau Laut. Suku ini menurut perkiraan beberapa ahli sebelumnya seperti Blust dan Pallesen (2007, 1986) hidup dari berburu dan mengumpulkan hasil laut dengan menyelam bebas dan berlayar setidaknya sudah seribu tahun. Tradisinya sama mereka menyelam menangkap ikan dan mengumpulkan biota laut dengan peralatan yang sangat minimal. Hasil itu kemudian ditukar dalam perdagangan dengan umbi-bumbian, beras, buah dan kebutuhan pokok lainnya.

Terpisah 100 Tahun

Abrahamsson dan Schagatay, mencoba membandingkan dua kelompok besar Bajau Laut yang berada di Davao, Filipina, dengan Buton, Sulawesi Tenggara. Satu hal yang membuat mereka tercengang, ternyata sekalipun mereka setidaknya telah menjadi dua suku yang terpisah selama 100 tahun ternyata rumah-rumah mereka dan peralatan memancing dan berburu ikan merak tetap sama. Walaupun dialek bahasa mereka berbeda, menyesuaikan dialek wilayah sekitar, ternyata semua kata-kata yang menyangkut kehidupan di laut tetap sama. Semuanya berasal dari asal-usul orang Bajau di kepulauan yang berserak di Sulawesi Tenggara.

Ada satu contoh seorang penyelam Bajau yang mempertemukan antara studi Abrahamsson dan Schagatay dengan pengalaman Guillaume Nery. Dia adalah seorang Bajau bernawa Tarawi yang memiliki keahlian menyelam luar biasa untuk orang berumur di atas 60 tahun. Guillaume menyebut teknik yang dimiliki Tarawi yang diajarkan pada dua anaknya, Ramli dan "Bruce" Li sebagai teknik menyelam khas orang Bajau yang dia sebut seperti gaya 'bebek'. Dengan gaya ini Tarawi bisa bertahan di bawah laut selama tiga sampai empat menit. 

Kemampuan ini tidak berbeda banyak dengan seorang penyelam bebas "Constant Weight" yang beberapa kali mencatat rekor dunia alias Guillaume Lery. Jika Giyom dalam satu tarikan nafas bisa menjadi beberapa kali pemegang rekor dunia dengan ketenaran dan kekayaan, satu tarikan nafas orang Bajau hanya cukup untuk menumbak seekor kerapu yang akan dikumpulkan aneka 'makanan' laut lainnya. (Y-1 : indonesia.go.id)

Posting Komentar

0 Komentar



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...