Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Visi Maritim Nadjamoedin Daeng Malewa, Pria Buton berdarah Bugis Eks Perdana Menteri NIT

Nadjamoedin Daeng Malewa paling kanan di Konfrensi Malino 15-25 Juli 1946

BUTONMAGZ—Nama besar Nadjamoedin Daeng Malewa tak terlalu pesohor di kalangan masyarakat Kepulauan Buton saat ini, berbeda di ranah perjalanan politik bangsa Indonesia. Nadjamoedin begitu pesohor. Ia pernah menduduki tampuk kepemimpinan negara, ketika menjabat sebagai Perdana Menteri Negera Indonesia Timur(NIT) pertama di tahun 1947, sebelum ia digantikan Prof. Dr. Semuel Jusof Warouw.

Semuel Jusof Warouw sendiri di zamannya dikenal sebagai  sebagai seorang politikus dan birokrat yang pernah menjadi Menteri Kesehatan NIT di era Nadjamoedin Daeng Malewa memerintah.

Nadjamoedin Nadjamoedin Daeng Malewa lahir di Buton tahun 1907, berdarah Bugis Bone, pasangan Abdul Rahim dan Haah Fatimah. Ayahnya, Abd. Rahim, adalah kepala kaum bagi Bugis dan Makassar di Buton. Ia memiliki kebun kelapa yang luas dan mempunyai perahu yang digunakan sendiri untuk berdagang ke Surabaya dan Kepulauan Maluku.

Dalam cacatan Dr. Abd. Rahman Hamid, Sejarawan alumni Universitas Indonesia menyebutkan ayah Nadjamoedin – Abdul Rahim, tak saja dikenal sebagai seorang kaya raya, tetapi diangkat oleh Kerajaan Buton sebagai Kapitan orang Bugis dan Makassar di Buton.

Nadjamoedin Daeng Malewa bersepupu dengan Moeh. Jasin Daeng Pasaoe. Tokoh yang disebut terakhir adalah pimpinan Arek-arek Surabaya, mantan pendiri Brimob dan mantan Dubes RI di Tanzania, dengan pangkat Letnan Jenderal Polisi. Jasin kini telah dinobatkan adalah salah satu Pahlawan Nasional.

Nadjamoedin Daeng Malewa punya visi maritim kuat. Pada 1 November 1935, dibentuk organisasi pelayaran perahu pertama di Indonesia, yakni Roekoen Pelajaran Indonesia (Roepelin). Dia sendiri sebagai ketuanya (1935-1939). Sebagian besar anggota organisasi itu adalah nakhoda perahu dari Sulawesi (Bugis-Makassar, Buton, dan Mandar). Yang terbanyak dari Bone dan Buton. Pangkalan utamanya adalah Surabaya dan Makassar. Dalam tahun 1939, timbul masalah internal dan akhirnya Daeng Malewa diberhentikan.

                                                                           **
Nadjamoedin Daeng Malewa

Nadjamoedin Daeng Malewa sering dianggap orang Buton, dan ada juga yang mengatakan dia adalah orang Bugis. Terkait info terakhir, ia memiliki hubungan dengan Raja Bone ke-22 (1749-1775), La Tammasonge, Arumpone MatinroE ri Malimongeng. Jadi, dia adalah keluarga bangsawan Bone dan saudagar kaya.

Identitas Daeng Malewa, Buton dan Bugis-Bone, mengingatkan hubungan erat antara Buton dan Bone di masa lalu, antara Raja Buton La Awu Sultan Malik Sirullah (1654-1664) dan Arung Palakka, bahwa "Bone Rilau Butung Riaja" (Bone adalah Buton Timur; Bone adalah Buton Barat).

                                                                            **

Daeng Malewa pandai berbahasa Buton dan Bugis-Makassar serta Belanda dan Inggris.

Latar pembentukan organisasi ini adalah untuk menyikapi monopoli pelayaran antarpulau oleh Maskapai Dagang Belanda (Koninklijke Paketvaart Maatschappij; KPM) dan membantu perahu-perahu Bumiputera mendapatkan muatan dan kemudahan pengurusan di pelabuhan.

Yang menjadi anggota adalah nakhoda perahu yang secara rutin mengunjungi Surabaya. Anggota terbanyak dari Bone dan Buton (Binongko). Jenis perahu dari Sulawesi adalah Palari (Bugis Makassar dan Mandar) dan Lambo (Buton).

Perwakilan Roepelin yang terbesar di luar Surabaya adalah Makassar dipimpin oleh Sjamsoedin Daeng Mangawing. Perwakilan yang lain di Samarinda dan Banjarmasin.

Pada awal kemerdekaan, Nadjamoedin Daeng Malewa kembali menggagas pembentukan satu perusahaan pelayaran di Makassar. Tanggal 2 April 1946 dibentuk NV. Maskapai Kapal Selebes Selatan. Pelayaran perdana kapalnya pada 11 Juli 1947, disaksikan oleh Nadjamoedin Daeng Malewa sebagai Perdana Menteri NIT (1947), dari Makassar ke Pulau Samalona. Selanjutnya melakukan pelayaran komersil ke pelabuhan Parepare. 


Tiga kapal pertama pada tahun 1947 adalah Ms. Latimodjong, Ms. Djeneberang, dan Ms. Lompobattang. Tahun berikutnya, 1948, bertambah 3 kapal sehingga total 6 kapal dengan kapasitas 1.047,24 ton. Hingga tahun 1949 jumlah kapalnya 6 buah. Kapal-kapal tersebut pelayani pengangkutan dan pelayaran pantai di Sulawesi Selatan.

Bila pada upaya pertama (Roepelin), Nadjamoedin Daeng Malewa membantu nakhoda perahu Bumiputera menghadapi monopoli pelayaran antarpulau oleh KPM (Belanda), maka pada prakarsa kedua (MKSs) ia mampu memanfaatkan struktur politik kolonial (NIT) untuk mengembangkan pelayaran dan perdagangan di Sulawesi Selatan.

Hal tersebut membuktikan Visi Maritim Daeng Malewa untuk memajukan bangsa Indonesia. (ref)

Posting Komentar

0 Komentar



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...