Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Jan Pieterszoon Coen tentang Pelabuhan Baubau; “Hier is een zeer schooner reede en de baye”

Baoebaoe, koleksi Troppenmuseum

BUTONMAGZ--artikel masih berkaitan dengan penamaan Wolio memberi banyak pengetahuan pada generasi Buton masa kini. Artikel ini dinukil dari jurnal berjudul “Wolio, Buton, atau Baubau Sebagai Wacana Nama Kota Baubau (Identitas dan Transformasi Nilai Budaya Kesultanan Buton)” yang ditulis Tasrifin Tahara (Antropolog Unhas) dan Syamsul Bahri Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan. pada bagian ini, dibahas banyak hal berkaitan Baubau sebagai kota maritim, seperti nukilannya berikut ini;
--------------------------------

Buton diklasifikasi sebagai wilayah kepulauan (perairan) dengan Pelabuhan Baubau merupakan tempat yang indah. Hal ini seperti diungkapkan oleh J.P. Coen dalam suratnya kepada Bewindhebber di Banten pada 1614 perihal komentarnya mengenai pelabuhan alam Baubau, ketika ia berkunjung ke Baubau pada 1613. Dalam suratnya Coen menulis “Hier is een zeer schooner reede en de baye” (disini terdapat suatu teluk yang sangat indah). 

Posisi pelabuhan ini sangat memadai bagi persinggahan perahu dan kapal layar dari barat ke timur dan sebaliknya. Pelabuhan Baubau terletak di bagian barat Pulau Buton serta menghadap ke Pulau Muna, dengan kelebihan terlindung dari hempasan angin musim barat maupun timur. Baubau merupakan pelabuhan (kota pantai) yang paling dekat dengan ibu kota kerajaan. Kota ini berada di tepian sungai Buton yang berfungsi untuk menghubungkan ke wilayah pedalaman (Syakir Mahid dkk, 2012).

Wilayah Kota Baubau pada masa kesultanan merupakan salah satu dari dua kadie inunca (bagian dalam) selain Sorawolio. Wilayah ini dipimpin oleh Lakina Baubau yang letaknya sepanjang wilayah pesisir dari Kokalukuna hingga Kotamara.  Secara etimologi kata “Baubau” berasal dari dua perspektif. Pertama, berdasarkan konsepsi lokal (orang Buton) yang berasal dari kata “bhaau” yang berarti baru. Hal ini didasari atas sebuah wilayah baru yang cukup ramai setelah wilayah Wolio (Keraton). Kedua, berdasarkan konsepsi orang luar yang berasal dari Bahasa Melayu yakni bau yang berarti aroma hasil penciuman. Kondisi ini didasari karena wilayah pelabuhan, jembatan batu, dan pasar sungguh menghasilkan bau yang kurang sedap.

Baubau saat itu menjadi pusat perdagangan disamping pusat sejarah dan kebudayaan Buton. Posisi pelabuhan Baubau sebagai pusat pengumpul (collecting center) yang memperoleh pasokan komoditas tertentu dari pelabuhan-pelabuhan berukuran kecil. Kondisi ini dicirikan oleh, (1) pelabuhan alam yang baik, (2) tempat pesinggahan yang dilengkapi dengan bahan pangan dan sebagai pasar lokal, (3) tempat yang baik dan memiliki pedalaman yang kaya, dan (4) menjadi emporia besar dikawasannya dan merupakan tempat perakitan barang-barang yang berasal dari pelabuhan-pelabuhan berukurang kecil. 

Pelabuhan-pelabuhan kecil bagi Baubau adalah pulau-pulau sekitar Muna yang menghasilkan jati, Kabaena yang meproduksi beras, Kaledupa yang memproduksi alat-alat dari besi, dan dari pedalaman Pulau Buton menghasilkan jagung dan ubi-ubian, serta wilayah pantai di Sulawesi Tenggara yang memiliki kekayaan laut.

Letak Baubau sebagai kota pesisir berkembang seiring dengan perkembangan dan tuntutan pasar yang menghendaki adanya movilitas tinggi. Perluasan infrastruktur kota pada 1900-an sampai akhir perkembangan masa pemerintahan Hindia Belanda di Buton ke daerah-daerah yang memiliki sumber-sumber ekonomi tinggi di pasar internasional seperti aspal di Pasarwajo dan Banabungi, sedangkan di Muna eksploitasi jati digunakan untuk kepentingan ekonominya.

Posisi strategis Baubau menarik minat suku-suku perantau dan pedagang yang berasal dari Buton dan Makassar yang sangat mendukung pertumbuhan kota. Diaspora dan kebutuhan akan tempat tinggal dalam kota serta pertukaran barang dan jasa menjadikan Baubau cepat berkembang karena mereka intensif berinteraksi di pasar. Pemukiman mereka tersebar dalam kota seperti Kampung Bone, Wajo, Wolio, Tomba, dan Wale. 

Pemukiman tersebut tidak jauh dari pasar Kota Baubau yang saat itu dikenal dengan jembatan batu. Pasar ini adalah pasar pertama yang ramai di Kota Baubau. Kemudian pada masa Hindia Belanda dibangun pasar yang saat ini menjadi Gedung Bank Negara Indonesia 46 Cabang Baubau dekat Jembatan Gantung.

Infrastuktur dalam kota yang merupakan peninggalan kolonial  dan sekolah Cina (arsitektur kolonial)  hingga saat ini masih terlihat.  Perumahan yang diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten Buton, yang rumah dinas bupati/walikota dan beberapa rumah dinas lainnya. Kemudian pada tahun 1920-an Pemerintah Hindia Belanda mendirikan berbagai fasilitas kota seperti gudang, rumah sakit umum, rumah sakit lepra, sekolah dan penjara. Selain sekolah Cina  yang bangunannya dijadikan sebagai kantor pelayanan pajak dinas pendapatan Kota Baubau dan beberapa sekolah lainnya.

Dinamika politik yang dominan sangat mempengaruhi perkembangan dan perluasan Kota Baubau. Kota ini sangat berkembang ketika masih berada dalam kontrol kekuasaan Belanda. Seiring masuk pemerintahan Indonesia pasca kemerdekaan, maka Kota Baubau mengalami kemunduran. 

Lemahnya kontrol dan kekuasaan sultan waktu itu, serta banyaknya konflik internal sangat berpengaruh terhadap lajunya pertumbuhan kota. Hanya saja di sisi politik, kota menjadi lebih hidup dan bergairah  demokrasi. Tokoh-tokoh lokal muncul untuk merespon perubahan situasi yang diwarnai dengan kebebasan termasuk mempertanyakan kelangsungan dan pergantian kekuasaan untuk mengontrol masyarakatnya pada tingkat lokal.

Sebelum pemilu 1955 Baubau adalah ibu kota Kabupaten Sulawesi Tenggara berdasarkan Peraturan Pemerintah No.34 tahun 1952. Adapun beberapa kewenangan yang dimiliki adalah mengurus hal-hal, sebagai berikut: (1) urusan umum (tata usaha) sendiri, (2) urusan pemerintahan umum, (3) urusan pertanian, perikanan, dan kehutanan, (4) urusan pengairan, jalan, dan jembatan, (5) urusan ekonomi dan lainnya seperti kehewanan, (6) urusan pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, serta (7) urusan kesehatan masyarakat.  

Sedangkan partai politik yang tercatat dalam pemilu tahun 1955 adalah Masyumi, PNI, PSII, PSI, Parkindo, Partai Katolik, Partai Kedaulatan Rakyat, Partai Buruh, dan Permai. Anggota partai politik kebanyakan dari pegawai negeri, pegawai daerah, jawatan buruh, guru sekolah rakyat, kepala distrik dan kepala kampung. Partai yang banyak diminati adalah Masyumi dan PNI karena tokoh-tokohnya tidak ada yang buta huruf. (ref)


  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...