Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Syeikh Idrus Buton dan Kitab Dliya’ al-Anwar wa Tashfiya’ al-Akdar

Masjid Quba di Baubau-Buton dibangun thn 1833 M pada masa Sultan ke-29 Sultan Muhammad Aydrus Kaimudin

Sultan Muhammad Idrus bin Sultan Badruddin adalah nama lengkap dari penulis kitab ini. Sedangkan julukan atau gelarnya adalah Sultan Qaim al-Din. Dilahirkan di Wolio, sebuah nama yang konon diambilkan dari term “Wali Allah”, karena di daerah ini tidak sedikit ulama-ulama yang sudah mencapai tingkat kewalian. Tidak diketahui secara pasti tahun kelahirannya, namun kemungkinan beliau terlahir sekitar akhir abad 18. Dengan indikasi, pada tahun 1824 beliau menggantikan ayahnya menjadi sultan, yakni di saat umur beliau menginjak usia 40 tahun.

Ditulis oleh  Idris Masudi, seorang pengiat Islam Nusantara menyebutkan bahwa Idrus Kaimuddin sebagai seorang keturunan sultan, beliau mendapatkan pendidikan yang cukup matang semenjak dini. Dari belajar langsung dengan kakeknya, Sultan Buton ke 24, yang terkenal dengan kealimannya dan penganut ajaran tarekat Qadiriyah dan Khalwatiyyah, hingga “talaqqi” kepada Syaikh Muhammad Syayisy Sunbul al-Makki. Dari ulama yang disebut terakhir ini beliau belajar berbagai disiplin ilmu, khususnya tentang tasawuf ala tarekat Khalwatiyyah Samaniyyah, hingga menjadi pemuda cerdas.

Pada tahun 1824, beliau menggantikan ayahnya menjadi sultan Buton. Era kepemimpinannya ditandai dengan penetapan-penetapan hukum Agama (Islam) dan kebijakan-kebijakannya yang pro terhadap kemaslahatan rakyat. Kedatangan pedagang-pedagan Belanda disikapinya dengan mengadakan kontrak perjanjian yang multi waspada dan hati-hati.

Setelah memimpin kesultanan Buton sekitar 27 tahun, pada tahun 1851 M beliau wafat dan meninggalkan beberapa putra di antaranya; Sultan Muhammad ‘Isa (penerus beliau), Haji Abdul Hadi, Sultan Muhammad Shalih, dll. –Allahu Yarhamuhum, semoga Allah merahmati mereka semua.

Dliya’ al-Anwar wa Tashfiya’ al-Akdar adalah nama judul karya bergenre tasawuf yang ditulis oleh seorang Raja Buton, Syeikh Muhammad Idrus, sekitar tiga abad yang lalu. Karya yang relatif tipis ini tidak menipiskan bobot isi dari kitab ini. Nama judul kitab tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Muhaqqiq (editor manuskrip)nya adalah nama judul yang tertera di cover manuskrip.

Beberapa data, mengukuh-kokohkan penisbatan kitab ini sebagai karya original dari Syeikh Muhammad Idrus Buton. Di antaranya;
  1. Kolofon yang terdapat dalam naskah manuskrip bagian akhir
  2. Komentar seorang peneliti, Abdurrahim Yunus tentang sufi-sufi dan karya-karyanya. Komentar penulis terkenal, Muhammad ‘Ishom tentang biografi ulama-ulama pesantren yang menyebut karya ini sebagai salah satu dari karya Syeikh Muhammad Idrus
Konten Kitab dan Sistematika Penulisan Kitab
Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa kitab ini adalah sebuah karya tentang tasawuf. Sebuah karya yang padat berisi seperti Ihya’ dan Bidayah Hidayahnya al-Ghazali. Tema besar dari kitab ini adalah tentang sifat-sifat terpuji dan tercela seperti Zuhud, Sabar, Ridho, Syukur, dll. Yang paling membedakan dengan dua karya al-Ghazali di atas adalah tentang ajaran Tarekat Khalwatiyah yang merupakan ajaran tasawuf yang dilakoni oleh Muhammad Idrus Buton.

Sistematika penulisan kitab ini tidak sebagaimana karya-karya lain pada umumnya yang membagi pembahasan dengan bab-bab dan sub-bab, melainkan dengan model Tanbihun-Tanbihun (peringatan-peringatan)

Sekilas tentang Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Khalwatiyyah secara umum terbagi menjadi dua; Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyyah Samman. Kedua tarekat ini, menurut Martin v Bruinessen dalam bukunya, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat (1997) adalah dua tarekat yang di Sulawesi dan Indonesia bagian Timur, dan daerah-daerah yang dihuni oleh komunitas Bugis dan Makassar seperti Riau, Malaysia, Kalimantan Timur, Ambon, dan Irian Barat. 

Penisbatan “Yusuf” dalam salah satu tarekat Khalwatiyyah diambil dari seorang ulama/sufi Makassar abad ke-17 yang amat popular, Syeikh Yusuf Makassar. Sementara “samman” untuk penisbatan Tarekat Khalwatiyyah yang kedua diambil dari seorang sufi Madinah abad ke-18, Muhammad al-Samman.

Ajaran kedua Tarekat ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana dituturkan oleh Martin, dalam Tarekat Khalwatiyyah Yusuf, dzikir dan pembacaan nama-nama Tuhan dan kalimat-kalimat singkat lainnya, dibaca di dalam hati.

Sementara Tarekat Khalwatiyyah Samman, dibaca dengan keras dan ekstatik. Muhammad Samman (1718-1775) memiliki murid yang konon merupakan penyebar pertama Tarekat Khalwatiyyah di Indonesia, yaitu Syaikh Abdushamad al-Falimbani. Murid-murid lain yang pernah berguru langsung kepadanya adalah; Syaikh Muhammad Arsyad Banjar, Abdurrahman Masri Betawi (seorang ulama Arab-Betawi) dan Syaikhh Abd Wahab Bugis.

Dalam karya ini, Syaikh Muhammad Idrus Buton juga mengeksplorasi tentang ajaran Tarekat Khalwatiyyah, di antaranya pada halaman 35, beliau menjelaskan tentang pembagian Khalwat;Khalwat Salik, Khalwat ‘Arif, dan Khalwat Muhaqqiq.

Metode Penyucian Jiwa dari Kotoran-Kotoran Hati
Syaikh Muhammad Idrus Buton memberikan beberapa langkah untuk pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran hati, diantara langkahnya adalah istikamah melakukan mujahadah dan riyadhah (tirakat), memperbanyak dzikir kalimat thayyibah; La ilaha illaallah, Khalwat.

Ikhtitam
Demikian sekelumit catatan ringkas saya tentang kitab Dliya’ al-Anwar wa Tashfiya’ al-Akdar,semoga kita semua tercerahkan dan hatinya terjernihkan sekaligus terbersihkan dari kotoran-kotoran. Amin. Bi Fadhlillah wa Syafa’ati Rasulillah wa ila Ruhi Muallif Hadza al-Kitab, al-Fatihah. (ref)


  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...