![]() |
aktivitas gootong royong di Lowu-lowu |
BUTONMAGZ---Kelurahan Lowu-Lowu Kecamatan Lea-lea Kota Baubau terbilang sebagai salah satu ‘kampung tua’ di Pulau Buton, kampung yang menurut sejarawan Dr. Abd. Rahman Hamid dalam bukunya ‘jejak Aru Palakka di Negeri Buton’ konon penamaan kampung ini berasal dari kata ‘luwu’ - merujuk pada nama kerajaan Bugis kuno di utara Sulawesi Selatan.
Lowu-lowu kini telah menjadi kelurahan dan ‘kampung ramai’ di utara Kota Baubau, penduduknya pun terbilang sebagai salah satu yang terpadat di kota ini, banyak melahirkan generasi terdidik, dan telah menikmati kemajuan teknologi informasi. Boleh di kata, dari segi infrastruktur Lowu-Lowu terbilang modern.
Di balik tempahan modernitas ini, warga Lowu-lowu membangun (kembali) semangat kegotong royongan dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kampung mereka. Istilah ‘jumat bersih’ bukan sekadar ‘lips service’, sebagaimana banyak wilayah dan perkantoran pemerintahan.
Di Lowu-lowu ‘jumat bersih’ adalah aktivitas rutin mengerjakan secara bersama-sama kondisi kampung yang kotor, yang butuh kekompakan. Mereka bekerja penuh kegembiraaan, antara warga dan pemerintahnya tanpa kenal merek, di bawah kepemimpinan lurah setempat, Ibu Hasiati, SE.
Setiap hari Jumat warga di sana, dari yang tua, muda, dewasa, remaja dan anak-anak, menyusur setiap jengkal perkampungan, membersihkan got-got, pekarangan kotor, hingga menyisihkan sampah-sampah di jalanan secara sukarela.
Lowu-lowu kini telah menjadi kelurahan dan ‘kampung ramai’ di utara Kota Baubau, penduduknya pun terbilang sebagai salah satu yang terpadat di kota ini, banyak melahirkan generasi terdidik, dan telah menikmati kemajuan teknologi informasi. Boleh di kata, dari segi infrastruktur Lowu-Lowu terbilang modern.
Di balik tempahan modernitas ini, warga Lowu-lowu membangun (kembali) semangat kegotong royongan dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kampung mereka. Istilah ‘jumat bersih’ bukan sekadar ‘lips service’, sebagaimana banyak wilayah dan perkantoran pemerintahan.
Di Lowu-lowu ‘jumat bersih’ adalah aktivitas rutin mengerjakan secara bersama-sama kondisi kampung yang kotor, yang butuh kekompakan. Mereka bekerja penuh kegembiraaan, antara warga dan pemerintahnya tanpa kenal merek, di bawah kepemimpinan lurah setempat, Ibu Hasiati, SE.
Setiap hari Jumat warga di sana, dari yang tua, muda, dewasa, remaja dan anak-anak, menyusur setiap jengkal perkampungan, membersihkan got-got, pekarangan kotor, hingga menyisihkan sampah-sampah di jalanan secara sukarela.
![]() |
Pria, wanita yang selalu kompak |
Warga Lowu-lowu seolah menampar wajah manusia perkotaan yang hanya pandai bicara gotong royong, namun enggan mengerjakannya. Mereka sadar, kegotong royongan menguatkan sisi manusia sebagai mahluk sosial, bukan sekadar maluk pribadi.
“Senang melihat warga Lowu-lowu setiap jumat bergotong royong, budaya kekompakan yang senantiasa terjaga, itu yang menguatkan warga di sini kompak selalu,” ujar Dr. Muni Ika, warga Lowu-lowu yang berdomisi di Jakarta kepada Butomagz hari ini, 22 Februari 2019.
Kekompakan warga Lowu-lowu membuat kampung ini selalu dihitung di setiap even-even politik, sebab mereka tak mudah diceraiberaikan karena perbedaan pandangan. “Itu semua bermula dengan dari semangat kegotong royongan warga Lowu-lowu,” timpal Muni Ika.
Mengapa mengambil momen hari Jumat? Tentu bukan ikut-ikutan karena citra persitilahan ‘Jumat bersih’, tetapi mereka paham, bahwa hari Jumat penuh keberkahan, kampung harus bersih, agar rahmat Tuhan selalu hadir untuk kampung ini. Mencontolah pada Lowu-lowu!. (ref)