TAHUN 2018 ini merupakan usia satu dekade atau sepuluh tahun kehadiran program studi teknik informatika di Universitas Dayanu Ikhsanuddin – atau lebih populer dengan sebutan Unidayan Baubau, kampus swasta pertama di Sulawesi Tenggara, yang berdiri pada tahun 1982 diprakarsai dua tokoh ‘guru orang Buton’ – La Ode Manarfa dan La Ode Malim.
Di perjalanan satu dekade ini, Prodi Teknik Informatika (TI) bernaung di payung fakultas teknik dan terbilang muda usia dibanding prodi-prodi lainnya di Unidayan. Tetapi animo publik masuk ke jurusan ini sangat membludak.
Di perjalanan satu dekade ini, Prodi Teknik Informatika (TI) bernaung di payung fakultas teknik dan terbilang muda usia dibanding prodi-prodi lainnya di Unidayan. Tetapi animo publik masuk ke jurusan ini sangat membludak.
“Ini jurusan yang sangat banyak peminatnya dari tahun ke tahun. Kami hanya menahan dan membatasi ‘kuota’ mahasiswa, dengan alasan-alasan teknis,” ujar Rektor Unidayan Baubau – Ir. H. La Ode Syamsul Qamar, MT, saat membuka seminar Tecnopreneur 1 Dekade Teknik Informatika, yang digelar di Auditorium La Ode Malim, Kamis kemarin (8/11).
Kata Rektor, alasan teknis ini pembatasan itu semata rasionalisasi tenaga pengajar yang ‘susah’ memperoleh dosen-dosen spesialis TI, kendati didukung infrastruktur perkuliahan yang memadai. Namun begitu TI Unidayan masih terbilang kompetitf dengan kampus-kampus kenamaan di seantero Pulau Sulawesi. Itu juga sebab mengapa pihak rektorat ngotot mendorong perubahan akreditasi jurusan ini dari “label C” ke label lebih baik lagi.
Seiring waktu, mahasiswa dan segenap civitas akademik TI-Unidayan berupaya keras menciptakan mahasiswanya sebagai generasi aplikatif dengan jiwa bisnis yang kuat. Semangat itu diwujudkan dalam seminar bertajuk “Tecnopreneur – membangun bisnis kreatif berbasis digital untuk generasi muda kepulauan Buton”. Empat pembiicara dihadirkan sekaligus untuk itu, masing-masing; Dr. Hamzah, M.I.Kom - praktisi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau; Dr. Sulhan, M.Si – Ekonom Unidayan Baubau, Eko Prasetyo, ST,MM – praktiti IT sekaligus pengurus pusat Relawan TIK Indonesia; dan Hariadi Yutanto, S.Kom.M.Kom – praktisi Mikrotik dari STIE Perbanas Surabaya.
Keempat pembicara fokus membahas semangat dan daya dukung penciptaan mahasiswa TI Unidayan sebagai mahasiswa wirausaha di bidang teknologi informatika dengan mencontoh beberapa tokoh-tokoh sukses IT di Indonesia, yang mampu meraup rupiah karena jiwa wirausaha IT ini, sebut saja fenomena grab, go-jek, blibli.com dan lain sebagainya.
Eko Prasetyo misalnya, yang selama ini dikenal sebagai paktisi IT dari kawasan kepulauan Buton yang bayak berbicara di level nasional mendorong pihak kampus untuk mengubah paradigma ‘pelulusan’ mahasiwa TI.
“Pak Rektor, jika bisa mahasiwa TI ini jangan lagi membuat skripsi dengan judul ‘pengaruh ini terhadap itu’, sangat konvensional. Ada baiknya setiap lulusan TI di skripsinya menghasilkan aplikasi-aplikasi online, sehingga sarjana yang dihasilkan adalah sarjana aplikatif. di bidangnya," saran Eko.
Saran Mas Eko – sapaan akrab Eko Prasetyo juga dikuatkan oleh Dr. Hamzah yang menyebut kebutuhan SDM bidang IT di Pemkot Baubau dan beberapa daerah di kawasan Kepulauan Buton masih sangat tinggi – apalagi Kota Baubau menggadang-gadang dirinya sebagai kota dengan label ‘smart city’. “Sangat membutuhkan tenaga teknis dan handal di bidang IT. Itu sebab Dinas Kominfo melalui sejumlah kebijakan pimpinannya selalu menggandeng mahasiswa TI berkompoten untuk bersama-sama mengelola aringan IT di kota ini,” ujar doktor bidang ilmu komunikasi ini.
Hal lain diungkap Dr. Sulhan, M.Si - ekonom Unidayan yang memotivasi mahasiswa untuk berpikir wirausaha. “ada hal yang patut dipetik dari semangat wirausaha Bob Sadino. Untuk menjadi pebisnis jadilah orang bodoh bukan menjadi orang pintar. Filosofinya sederhana, orang pintar terlalu banyak berpikir memulai usaha. Padahal yang terpenting adalah memulainya dari sekarang,” timpalnya.
Memang semangat tecnopreneur ini terus dibangun pihak Prodi IT Unidayan. La Baride, ST,MT- Dekan Teknik Unidayan mengajak dosen dan mahasiwanya itu untuk melihat segala peluang di dunia luar kampus, sebagaimana uraian pemateri seminar. Karena itu perkulihan TI diarahkan pada pembukaan cakrwala pikir wirausaha berbasis teknologi.
**
HINGGA saat ini, jumlah mahasiwa jurusan Teknik Informatika Unidayan kurang lebih seribu mahasiswa, telah beberapa kali melahirkan sarjana-sarjana berkualifikasi ahli komputer, ahli jaringan, dan telah banyak berkiprah di sejumlah perusahaan dan instansi pemerintah.
Kini mahasiswa prodi ini, menatap diri dengan semangat #InformatikaRevolusioner”, mereka punya mimpi besar menbuat perubahan secara cepat bagi diri sendiri, kampusnya, dan negerinya. Mereka juga kritis dalam melihat kondisi daerahnya yang masih tertinggal di sisi penggunaan IT. Bagi mereka, tenaga, dan pikiran selagi berstatus mahasiswa mengajak ‘dunia luarnya’ untuk melihat mereka sebagai kekuatan baru dan cadangan strategis membangun negerinya di masa datang.
Sejumlah kegiatan mereka gelar di usia sepuluh tahun itu. Selain seminar mereka juga menggelar pameran TI di Istana Ilmiah Baubau dan sejumlah kegiatan lain yang mendorong mereka sebagai aplikator handal dibidangnya. Semangat!** (ref)