BUTONMAGZ--9 Januari 2020 sepekan yang lalu, Wali Kota Baubau-Sulawesi Tenggara – Dr. H. AS. Tamrin, M.H., ditetapkan sebagai salah satu dari 4 Wali Kota bersama 6 Bupati di Indonesia penerima Anugerah Kebudayaan 2020 oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat melalui sebuah surat keputusan (SK) hasil penilaian dewan juri profesional.
Rencananya penganugerahan ini diserahkan langsung oleh Presiden RI – Ir. H. Joko Widodo pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Pebruari 2019 mendatang di Kota Banjarmasin –Kalimantan Selatan.
Menjadi pertanyaan, apa alasan PWI menetapkan Wali Kota Baubau dua periode ini sebagai salah satu penerima penghargaan sarat gengsi itu? berikut nukilan wawancara Butonmagz dengan Ketua Dewan Juri Anugerah Kebudayaan PWI 2020, Nungki Kusumastuti – seorang aktris, penari, pemerhati film dan akademisi di Institut Kesenian Jakarta, sesaat sebelum penetapan SK 10 kepala daerah penerima penghargaan tersebut.
Bisa dijelaskan alasan Wali Kota Baubau memperoleh penghargaan ini?
Begini, saya ingin memulai bahwa Anugerah Kebudayaan oleh PWI Pusat tahun 2020 adalah yang kedua kalinya. Yang pertama tahun 2016 dan dipusatkan di Lombok – NTB. Pada yang pertama kali tidak ada penjurian. Informasinya PWI menilai berdasarkan rekam jejak belaka kepala daerah yang memiliki kepedulian terhadap kebudayaan di daerahnya.
Di tahun 2020 lebih selektif, sebab dimulai dengan penetapan SK Dewan Juri, masing-masing saya Nungki Kusumastuti, selaku ketua merangkap anggota. Ada Bapak Ninok Leksono (Kompas/Rektor Universitas Multimedia Nusantara), Agus Dermawan T (pengamat seni-budaya, penulis buku), Atal S.Depari (Ketua Umum PWI Pusat) dan Yusuf Susilo Hartono (pelukis, wartawan senior, Pengurus PWI Pusat), sebagai anggota.
Setelah itu PWI di setiap provinsi mengajukan usulan. Yang dianggap layak kemudian mengajukan proposal yang menjelaskan alasan-alasan mengapa kepala daerah ini layak sebagai penerima penghargaan. Cukup banyak proposal yang masuk ke dewan juri, dan kami sangat selektif memberikan penilaian.
Rencananya penganugerahan ini diserahkan langsung oleh Presiden RI – Ir. H. Joko Widodo pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Pebruari 2019 mendatang di Kota Banjarmasin –Kalimantan Selatan.
Menjadi pertanyaan, apa alasan PWI menetapkan Wali Kota Baubau dua periode ini sebagai salah satu penerima penghargaan sarat gengsi itu? berikut nukilan wawancara Butonmagz dengan Ketua Dewan Juri Anugerah Kebudayaan PWI 2020, Nungki Kusumastuti – seorang aktris, penari, pemerhati film dan akademisi di Institut Kesenian Jakarta, sesaat sebelum penetapan SK 10 kepala daerah penerima penghargaan tersebut.
Bisa dijelaskan alasan Wali Kota Baubau memperoleh penghargaan ini?
Begini, saya ingin memulai bahwa Anugerah Kebudayaan oleh PWI Pusat tahun 2020 adalah yang kedua kalinya. Yang pertama tahun 2016 dan dipusatkan di Lombok – NTB. Pada yang pertama kali tidak ada penjurian. Informasinya PWI menilai berdasarkan rekam jejak belaka kepala daerah yang memiliki kepedulian terhadap kebudayaan di daerahnya.
Di tahun 2020 lebih selektif, sebab dimulai dengan penetapan SK Dewan Juri, masing-masing saya Nungki Kusumastuti, selaku ketua merangkap anggota. Ada Bapak Ninok Leksono (Kompas/Rektor Universitas Multimedia Nusantara), Agus Dermawan T (pengamat seni-budaya, penulis buku), Atal S.Depari (Ketua Umum PWI Pusat) dan Yusuf Susilo Hartono (pelukis, wartawan senior, Pengurus PWI Pusat), sebagai anggota.
Setelah itu PWI di setiap provinsi mengajukan usulan. Yang dianggap layak kemudian mengajukan proposal yang menjelaskan alasan-alasan mengapa kepala daerah ini layak sebagai penerima penghargaan. Cukup banyak proposal yang masuk ke dewan juri, dan kami sangat selektif memberikan penilaian.
Bisa dijelaskan indikator-indikatornya?
Itu harus. Agar penilaian tersebut terjamin objektivitasnya. Pertama kami lihat dari proposalnya, kekuatan materinya, desain visualnya, dan aspek-aspek yang menjadi point utama penilaiannya. Usulan dari PWI Sulawesi Tenggara yang mengusulkan Wali Kota Baubau tentu salah satu yang terbaik, sehingga menjadi nominator utama.
Semua persyaratan terjawab dengan baik. Bagaimana kepeduliannya terhadap budaya lokal dan nasional; regulasi berkait kebudayaan di daerah; aspek pendukung penting di daerah; dan aspek hubungan dengan media massa dan media sosial.
Alasan ini, membuat kami meminta agar kepala daerah nominator hadir langsung mempresentasikan makalahnya di hadapan dewan juri. Termasuk Wali Kota Baubau, Pak Tamrin. Beliau kepala daerah yang bersahaja, sederhana, dan kami menilai beliau bukan saja sebagai kepala daerah pemimpin pemerintahan, tetapi memahami benar budaya di daerahnya, beliau juga tampil dengan busana khas Kesultanan Buton. Itu mencuri perhatian kami, saya khususnya.
Apa yang menjadi pertanyaan Ibu kepada Pak Tamrin saat audiens?
Semua persyaratan terjawab dengan baik. Bagaimana kepeduliannya terhadap budaya lokal dan nasional; regulasi berkait kebudayaan di daerah; aspek pendukung penting di daerah; dan aspek hubungan dengan media massa dan media sosial.
Alasan ini, membuat kami meminta agar kepala daerah nominator hadir langsung mempresentasikan makalahnya di hadapan dewan juri. Termasuk Wali Kota Baubau, Pak Tamrin. Beliau kepala daerah yang bersahaja, sederhana, dan kami menilai beliau bukan saja sebagai kepala daerah pemimpin pemerintahan, tetapi memahami benar budaya di daerahnya, beliau juga tampil dengan busana khas Kesultanan Buton. Itu mencuri perhatian kami, saya khususnya.
Apa yang menjadi pertanyaan Ibu kepada Pak Tamrin saat audiens?
Bukan hanya saya ya, semua dewan juri memberi pertanyaan. Kesimpulan kami, Pak Tamrin ingin membangun nilai-nilai moral dari budaya lokalnya. Itu poin utamanya, sebab memang era kemajuan teknologi dan kebebasan dewasa ini, nilai-nilai moral adalah hal utama. Beliau menyebutnya Po-lima, Gema Pancasila dari Baubau, yang beliau gali dari falsafah orang Buton. Sara apa itu, ya sara pataanguna, maaf bila saya keliru menyebutnya.
Saya sendiri bertanya lebih kongkrit, berkait busana tenun khas Buton, apa dipakai warga di sana, generasi mudanya, aparatnya? Senang mendengar jawaban-jawaban Pak Tamrin. Lugas dan kongkrit, beliau sangat sederhana ya? Ngemong juga. Beliau juga tampil dengan aura layaknya seorang Raja dari Buton. Suka sekali dengan busana beliau.
Ada kesan lain dengan penilaian Ibu selaku ketua dewan juri Anugerah Kebudayaan ini?
Saya sendiri bertanya lebih kongkrit, berkait busana tenun khas Buton, apa dipakai warga di sana, generasi mudanya, aparatnya? Senang mendengar jawaban-jawaban Pak Tamrin. Lugas dan kongkrit, beliau sangat sederhana ya? Ngemong juga. Beliau juga tampil dengan aura layaknya seorang Raja dari Buton. Suka sekali dengan busana beliau.
Ada kesan lain dengan penilaian Ibu selaku ketua dewan juri Anugerah Kebudayaan ini?
Intinya, Wali Kota Baubau Pak Tamrin bersama 9 kepala daerah lainnya sangat layak menerima Anugerah kebudayaan 2020 nanti di Banjarmasin. Khusus untuk Kota Baubau, saya sangat terkesan dengan materi yang diserahkan. Baubau benar-benar kota budaya, kepala daerahnya peduli budaya. Tolong jaga baik-baik kebudayaan bangsa Indonesia yang ada di Kota Baubau dan Buton pada umumnya. Selamat ya? Terima kasih. (**)