Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Ketam Kenari Terancam Punah, Orang Buton menyebutnya Kepiting Kelapa


Senin, 26 November 2018 kemarin, Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Baubau bekerjasama Tim ASVEC Bandara Betiambari - sukses menggagalkan pengeluaran 2 ekor Ketam Kenari di Bandar Udara Betoambari Baubau. Itu setelah petugas Avsec - Helni mendeteksi di mesin X Ray dan mencurigai benda aneh dalam tas bagasi milik seorang penumpang asal Siompu tujuan Makassar, selanjutnya melaporkan ke SKIPM selaku pihak terkait.

Ketam Kenari yang biasa juga disebut dengan Kepiting Kelapa ini dikenal sebagai makanan lezat dan banyak di komsumsi masyarakat Buton era tahun 1990-an. Namun setelah diketahui jika jenis arthropoda bernama Latin Birgus latro ini telah langka dan menjadi hewan yang dilindungi dari kepunahan, maka sudah jarang ditemukan di pasar-pasar wilayah Kota Baubau.

Meski begitu, masyarakat terkadang memesan dari Pulau Siompu dan Kadatua untuk sekadar di komsumsi, tetapi itu juga telah jarang terdengar di publik kekinian..

Untuk diketahui, ketam ini jenis fauna arthropoda darat terbesar di dunia dan merupakan satu-satunya spesies dari genus Birgus. Fauna ini berbeda dengan spesies kepiting atau udang, mereka melainkan memiliki kekerabatan dengan genus Coenobita atau umang-umang darat.

Ketam kenari juga sering dikenal sebagai kepiting kelapa atau kepiting pencuri (robber crab/palm thief), karena fauna ini memiliki keahlian memanjat pohon kelapa. Umumnya mereka memanjat pohon kelapa untuk mengambil buah kelapa yang merupakan sumber makanan dari spesies ini.

Satwa ini tersebar terutama di wilayah kepulauan Indo-Pasifik dan terbatas di kepulauan yang tidak berpenghuni. Di daerah tersebut hewan ini menempati pulau-pulau berbatu di kawasan lautan. Mereka juga hidup di daerah pantai yang menyatu dengan daratan kepulauan, namun umumnya tidak dijumpai di karang atol karena di daerah tersebut kebutuhan makanan tidak memadai.

Populasi ketam kenari pertama kali dikenal dari Kepulauan Kawio, Talaud, Sangihe, Togian, dan Banggai, juga beberapa kawasan di Kepulauan Buton. Tempat penyebaran yang paling barat di Indonesia adalah Kepulauan Togian. Berdasarkan informasi yang dikutip dari tulisan Jahidin (Dosen Pendidikan Mipa FKIP, Universitas Haluoleo), bahwa habitat yang paling disenangi oleh satwa ini adalah vegetasi pantai dan semak-belukar area supralitoral, menghuni gua atau lubang bebatuan dan mencari makan pada malam hari (nokturnal).

Pada malam hari dengan kisaran suhu 23–26° C, ketam kenari aktif selama 11 jam. Selanjutnya, mereka membutuhkan area dengan kelembapan tinggi dan temperatur hangat antara 23–29° C.

Ketam kenari terbesar dapat mencapai bobot 5 kg dengan panjang dada (jarak antara batas muka dan belakang alur dada) melebihi 70 mm. Kaki berkuku yang besar dapat mempunyai bentang 90 cm dan panjang dada sekitar 50 mm. Panjang tubuh ketam kenari dari kepala sampai ujung abdomen dapat mencapai 60 inci.

Hewan ini termasuk invertebrata yang lambat pertumbuhannya. Organ reproduksinya akan mengalami kematangan setelah berumur 4–8 tahun.

Ketam Kenari di Siompu
Keberadaan ketam kenari di alam sudah sangat mengkhawatirkan. Fauna ini sudah tergolong satwa langka dan tergolong rawan, namun masih diburu oleh banyak orang karena bernilai ekonomis. Seperti di Pulau Siompu yang terletak di bagian selatan Pulau Buton, merupakan salah satu pulau yang menjadi habitat ketam kenari.

Pengamatan yang dilakukan oleh Jahidin (2010) menggambarkan bahwa masyarakat lokal Pulau Siompu masih mengeksploitasi ketam kenari pada malam hari. Kebiasaan penangkapan seperti ini telah menjadi tradisi secara turun-temurun yang sudah berlangsung lama.

Secara hukum, fauna endemik telah dilindungi oleh PP No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan satwa. Namun, eksploitasi terhadap fauna sebagai sumber makanan protein hewani terus dilakukan oleh masyarakat. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan berdampak pada laju penurunan populasi secara drastis. Berdasarkan status konservasi IUCN Redlist, populasi ketam kenari termasuk kedalam golongan kurang informasi (Data Deficient/DD). (ref/dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0 Komentar



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...