Butonmagz, masih dalam proses perbaikan web, bila ada kendala pembacaan informasi mohon permakluman

Inspirasi dan Cerita Awal Lahirnya Kotif Bau-Bau, Mengenang Perjalanan Kota Baubau

Bupati Buton Zainal Arifin Sugianto didampingi ADC - La Ode Makmuni

Sebagai rangkaian Perigatan HUT Kota Baubau k4-477 dan 17 tahun sebagai daerah Otonom, Butonmagz menurunkan satu rangkaian cerita berkaitan peristiwa tentang kelahiran Baubau, khususnya saat berstatus sebagai kota administratif (Kotif). berikut liputannya;

Di Penghujung tahun 1975 adalah masa-masa membahas kelahiran Bau-Bau sebagai kota administratif. Waktu itu Buton dibawah kepemimpinan Bupati Kol. Zainal Arifin Sugianto (1969-1981) punya banyak ide dan terbosan membangun daerah ini, termasuk mengajak segenap elemen-untuk berpikir keras bagaimana percepatan kawasan perkotaan, khususnya di Bau-Bau.

Inspirasinya sederhana; keinginan membentuk kota otonom bernama Kota Madya Bau-Bau. Bupati ingin Bau-Bau seperti Makassar dan Manado; tetapi proses menuju status “kota madya” tidak semudah apa yang dibayangkan; sebab Bau-Bau di era pemerintahan swatantra dan swapraja (peralihan dari masa Hindia Belanda ke Republik) kota kecil ini tidak berstatus “kota praja”, layaknya Kota Praja Makassar dan Kota Praja Manado. Apalagi muncul kebijakan pemerintah pusat, bahwa menjadi kota madya, harus didahului dengan kota administratif (Kotif).

Penuturan Drs. H. La Afie (1) menyebutkan jika kebijakan itu tidak menyurutkan semangat sejumlah tokoh masyarakat di Bau-Bau mewujudkan impian itu. Karenanya suatu waktu di pertengahan tahun 1975, ia ditemui Sekretaris Daerah Kabupaten Dati II Buton, Drs. La Ode Malim, membahas persiapan pembentukan Kotif Bau-Bau itu. Secara kebetulan keduanya masih bertetangga di kawasan Jalan Imam Bonjol, sehingga memudahkan keduanya membahas dan berdiskusi soal ini.

Posisi La Afie kala itu baru saja ditarik menjadi Kepala Sub Direktorat Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan Pemerintah Kabupaten Dati II Buton, dari jabatan lamanya sebagai Camat Kaledupa.

“Jabatan Kepala Sub Direktorat Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan Pemerintah Kabupaten Dati II Buton; harusnya dijabat oleh yang berlatar belakang militer. Kebetulan saya baru saja mengikuti pendidikan perwira Cadangan (Pacad) kerjasama TNI AD dan Depdagri tahun ajaran 1975/1976. Mungkin karena latar belakang itu, pembahasan hal-hal strategis saya banyak dilibatkan, apalagi Bupati kita itu militer murni,” kata H. La Afie

Di saat yang bersamaan, Kendari juga tengah bersibuk ria menyambut kelahiran ‘Kotif Kendari” yang kemudian disahkan oleh negara melalui PP Nomor 19 tahun 1978 tanggal 1 Juli 1978. Kondisi ini menjadi bahan cerita di kalangan elite Buton. Terasa ada nuansa ketidak-adilan, paling tidak muncul banyak pernyataan yang membandingkan kondisi Bau-Bau dengan Kendari saat itu.

La Ode Malim kepada La Afie dalam diskusinya memunculkan pertanyaan; kok bisa Kendari lebih dulu jadi Kotif, sementara infrastruktur Bau-Bau jauh lebih baik dari Kendari?. Karena itu bersepakatlah keduanya membuat pertemuan, mengajak para elite daerah untuk membahas lebih serius persiapan dan pengusulan lahirnya Kotif Bau-Bau.

Di tahun 1977 itu pula diusulkan Bau-Bau menjadi kota adminitratif, tetapi kemudian ditolak oleh pemerintah pusat, dengan alasan ada aturan baru, jika sebuah kota adminitratif harus memiliki sekurang-kurangnya 2 (dua) kecamatan. Sementara Bau-Bau hanya memiliki satu kecamatan penunjang utama, yakni Kecamatan Wolio.

Sebelum menjelaskan efek penolakan Kotif Bau-Bau ini, ada baiknya memahami sejak awal ikhwal berkaitan dengan asal mula pembentukan Kecamatan Wolio sebagai berikut;

Berkaitan dengan hal ikhwal Kecamatan Wolio sebagai kecamatan induk; dari sejumlah sejumlah literatur dan dokumentasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, menyebutkan jika Kecamatan Wolio terbentuk melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Tenggara Nomor 87/1968 yang ditandatangani Gubernur Eddy Sabara pada hari Sabtu, tanggal  22 Juni 1968, di masa pemerintahan Bupati Buton - Muhammad Kasim (1964-1969). Lahirnya Kecamatan  Wolio di Buton bersamaan dengan Lahirnya Kecamatan Kendari di Kendari.

Untuk menunjang kelancaran jalannya pemerintahan kecamatan Wolio maka ditunjuk Abdul Hasan sebagai Camat Wolio yang pertama, menjabat dari tahun 1968-1972. Wilayahnya terdiri dari beberapa desa dalam wilayah Kabupaten Dati II Buton, yakni; Desa Wale, Desa Tomba, Desa Bataraguru, Desa Batulo, Desa Wangkanapi, Desa Kadolomoko,  Desa Waruruma, Desa Lakologou, Desa Liwuto.

Kecamatan Wolio sendiri berdasarkan sejarahnya sebelum menjadi nama kecamatan di tahun 1968 itu, adalah wilayah penggabungan dua distrik, yakni Distrik Bolio dan Distrik Bungi yang wilayahnya dibatasi kali Bau-Bau. Sebelah Barat Kali Baubau menjadi wilayah Distrik Bolio, dan sebelah timur menjadi wilayah Distrik Bungi.

Berkaitan dengan nama ‘Bolio’ oleh Bapak La Afie sebagai penutur kepada penulis mengaku tidak mengetahui asal muasal nama ‘Bolio’ itu, tetapi semenjak dahulu menjadi nama distrik.  Kemungkinan besar kata Bapak La Afie, nama Bolio – bukan Wolio yang digunakan untuk menghindari penyempitan makna wlayah ‘Wolio’ itu sendiri. Sebab Wolio berdasarkan sejarahnya memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, karena nama lain dari Kerjaaan/Kesultanan Buton.

Dalam perjalanannya di sekitar dalam rentang tahun 1970 hingga 1980-an, wilayah-wilayah Kecamatan Wolio telah membesar menjadi 29 desa terdiri dari; desa Wale, desa Tomba, desa Bataraguru, desa Batulo, desa Wangkanapi, desa Kadolomoko, desa Kadolokatapi, desa Waruruma, desa Liwuto, desa Bungi, desa Lakologou, desa Liabuku, desa Kampeonaho, desa Lowu-lowu, desa Kalialia, desa Ngkaring-ngkari, desa Nganganaumala, desa Lanto, desa Kaobula, desa Wameo, desa Tarafu, desa Bone-Bone, desa Katobengke, desa Sulaa, desa Wajo, desa Lamangga, desa Melai, desa Baadia, desa Waborobo.
**
Penolakan itu tidak menyurutkan semangat para penginisiasi Kotif, sebaliknya semakin mendorong semangat untuk memenuhi syarat tersebut. Karenanya Kecamatan Wolio di akhir tahun 1978 yang wilayahnya sangat luas kemudian melakukan pemekaran dengan membentuk 2 (dua) kecamatan persiapan, yakni Kecamatan Persiapan Betoambari dan Kecamatan Persiapan Bungi.

Kecamatan Persiapan Betoambari dijabat sementara Drs La Afie yang juga memiliki jabatan defenitif sebagai Kepala Sub Direktorat Ketentraman, Ketertiban dan Keamanan Pemerintah Kabupaten Dati II Buton, dan Kecamatan Persiapan Bungi dijabat sementara Drs. Nadimin, yang juga memiliki jabatan defenitif sebagai Kabag Hukum Kabupaten Dati II Buton. Sementara Camat Wolio sebagai induk adalah Ismail Sara, BA (1977-1987), dengan menujuk petugas lapangan bernama Kapten Muluk untuk melaksanakan tugas-tugas perbantuan Camat Wolio.

Masih dalam status kecamatan persiapan, Drs. La Afie - Camat Persiapan Betoambari membuat sejumlah kebijakan yang dinilainya tidak populer bahkan sempat ditegur oleh Camat Induk dan Bupati Zainal Arifin Sugianto, sebab La Afie melakukan pemekaran desa-desa, seperti lahirnya Desa Lamangga sebagai pemekaran  Desa Wajo, Desa Sulaa sebagai pemekaran dari Desa Katobengke.

“Alasan saya sederhana, memudahkan dan mendekatkan pelayanan masyarakat. Bisa dibayangkan masyarakat di Topa (Sulaa) sana jalan kaki berurusan ke kantor Desa Katobengke. Awalnya sempat ditegur, tetapi ketika Kecamatan Betoambari resmi defenitif dan saya juga ditunjuk sebagai camat defenitif Betoambari yang pertama, persoalan wilayah untuk usulan Kotif Bau-Bau berkaitan dengan Betoambari sudah tidak ada lagi,” ujar La Afie.

Masih di tahun 1978, kedua kecamatan persiapan ini (Betoambari dan Bungi) diusulkan untuk didefenitifkan, namun kemudian kabar yang berkembang beberapa waktu kemudian hanya Betoambari yang akan resmi defenitif jadi kecamatan, sementara Bungi untuk sementara ditangguhkan, dan tetap menyandang status sebagai “kecamatan persiapan”, bagian dari Kecamatan Wolio.

Di tahun 1979, terjadi pergantian camat, dari H. La Afie, BA ke camat baru bernama Bapak Dani Daud. Perjalanan kepemimpinan Dani Daud tak berlangsung lama, sebab di tahun 1979 itu pula digantikan La Ode Makmuni, BA sebagai pejabat baru Camat Persiapan Betoambari, hingga jelang lahirnya Kotif Bau-Bau. H. La Afie, BA sendiri mendapatkan tugas belajar ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) menyelesaikan pendidikan sarjananya.

Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, pada 27 Juli 1981 Betoambari mendapatkan status defenitifnya. Tidak lagi menyandang sebagai ‘kecamatan persiapan’ tetapi resmi sebagai kecamatan otonom dalam wilayah Kabupaten Dati II Buton. Hal ini melengkapi usulan pembentukan Kota Administratif Bau-Bau..

Dengan demikian, dapat digambarkan kondisi perwilayahan ‘cikal bakal’ Kotif Bau-Bau ini, dalam sebuah tabel berikut ini (terlampir);

Dari mana Sorawolio?

Salah satu wilayah yang tak disinggung dalam proses pembentukan Kotif Bau-Bau ini adalah Sorawolio. Sementara wilayah ini juga dalam sejarahnya bagian dari Kecamatan Wolio. Cikal bakal terbentuknya Kecamatan Sorawolio bermula juga dari kecamatan persiapan; namun prosesnya berbeda dengan Betoambari dan Bungi.

Kawasan ini terlahir bermula di sekitaran tahun 1969 hingga tahun 1972, terdapat kebijakan keciptakaryaan dari Bupati Zainal Arifin untuk membuat kawasan resetlement; atau pemindahan penduduk untuk bertempat tinggal di tempat lain, kepada sejumlah warga yang berdomisili di sekitar Lipumangau-Sampolawa dan Gunung Sejuk, dan beberapa tempat di Pasarwajo. Mereka dipindahkan di kawasan yang disebut Resettlement 11 Karya Baru. Wilayah resetlement ini terus berkembang dan diikuti dengan lahirnya desa bernama Kaesabu Baru, Karya Baru dan Gonda Baru.

Pada tahun 1975, ketika Kecamatan Wolio dipimpin Camat Andi Sultan mengusulkan kepada Bupati Buton agar kawasan resetlemen dimaksud dibentuk sebagai kecamatan baru juga dengan status kecamatan persiapan, sama seperti Kecamatan Persiapan Betoambari dan Kecamatan Bungi. Usulan ini baru terealisasi di zaman Camat Ismail Sara, BA (1977-1987), sebab di zaman Camat Amir Dalle memimpin di Wolio (1975-1977) menggantikan  Andi Sultan usulan ini sempat menggantung.

Maka di tahun 1979, resmilah wilayah resetlemen itu menjadi Kecamatan ‘Persiapan Sorawolio’, yang mana penamaannya berarti “berdampingan dengan Wolio”, “berdampingan dengan Wolio”, karena letaknya berdekatan dengan Kecamatan Wolio; juga merujuk pada nama benteng Sorawolio yang terletak berdampingan dengan Benteng Keraton Wolio-Buton kecamatan yang menjadi induknya.2 Diangkat sebagai Camat Persiapan Sorawolio adalah HM. Tompo M.Ali.(3)

Dasar filosofis pembentukan Kecamatan Persiapan Sorawolio yakni mempertimbangkan jarak pelayanan masyarakat Kaisabu, Bugi, dan Gonda. Pertimbangan lainnya; bahwa Pemerintah Kabupaten Buton memiliki konsep kebijakan kawasan pembangunan pertanian terpadu, disebut dengan kawasan “Busor” akronim dari Bungi dan Sorawolio. Atau gabungan Kecamatan Persiapan Bungi dan Sorawolio.

Pengggabungan ‘Busor” ini membawa dampak terhadap penempatan camat di wilayah itu, dimana dalam beberapa waktu hingga tahun 1986 beberapa kali Camat Persiapan Bungi dan Sorawolio dijabat oleh satu orang saja; sehingga pejabatnya disebut Camat Persiapan Busor.kedua kecamatan persiapan ini, belum dimasukkan sebagai bagian dari wilayah Kotif Bau-Bau, kendati keduanya telah dipersiapkan sebagai ‘calon wilayah” Kotif Bau-Bau sebagai persyaratan terbentuknya daerah otonom baru - Kota Bau-Bau.(4) **
  1. Drs. H. La Afie (Almarhum) adalah Sekretaris Kotif Baubau yang pertama kali (1981-1984). Wawancara dilakukan pada Sabtu, 17 Maret 2018 di kediamannya di Kelurahan Wajo-Kecamatan Murhum Baubau.
  2. Wawancara dan data dari Bapak H. La Ode Darmin, SH.M.Si – mantan Sekretaris Kotif Baubau 1993-1999. Pada 31 Maret 2018 di kediamannnya.
  3. Informai dan data dari Bapak Drs. H. La Afie.
  4. Beberapa narasumber yang dianggap bisa menjelaskan data tentang Busor, tidak mngingat lagi nama-nama Camat Persiapan Busor yang pernah menjabat, demikian halnya tidak ditemukan lagi arsip berkaitan hal tersebut.

Posting Komentar

0 Komentar



  • Asal Usul Nama Sulawesi dan Sebutan Celebes
    Lukisan tentang kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan pada abad ke-16. (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)BUTONMAGZ--Sulawesi dan Celebes merupakan pulau terbesar kesebelas di dunia. Menurut data Sensus 2020, penduduknya mencapai kurang dari 20 juta jiwa, yang tersebar di...
  • Tragedi Sejarah Lebaran Kedua di Tahun 1830
    Diponegoro (mengenakan surban dan berkuda) bersama pasukannya tengah beristirahat di tepian Sungai Progo.BUTONMAGZ---Hari ini penanggalan islam menunjukkan 2 Syawal 143 Hijriah, dalam tradisi budaya Islam di Indonesia dikenal istilah 'Lebaran kedua',  situasi dimana semua orang saling...
  • Kilas sejarah singkat, Sultan Buton ke-4 : Sultan Dayyanu Ikhsanuddin
    Apollonius Schotte (ilustrasi-Wikipedia)BUTONMAGZ—Tulisan ini merupakan bagian dari jurnal Rismawidiawati – Peneliti pada Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Makassar, dengan judul  Sultan La Elangi (1578-1615) (The Archaeological Tomb of the Pioneers “Martabat Tujuh” in the Sultanate...
  • Peranan Politik Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton (Bagian 3)
    Pulau Sagori (kini wilayah Bombana) yang banyak menyimpan cerita zaman Kesultanan ButonBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu...
  • Mengenal Pribadi Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian 2)
    Pulau Makasar di Kota BaubauBUTONMAGZ---Tulisan ini disadur dari Jurnal Ilmiah berjudul ‘Peranan Sultan Mardan Ali di Kesultanan Buton: 1647-1657M, yang ditulis Asniati, Syahrun, La Ode Marhini dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.Di bagian pertama menjelaskan tentang profil awal...
  • Mengenal sosok Sultan Mardan Ali. Sultan Buton yang dihukum Mati (Bagian I)
    Makam Sultan Mardan Ali 'Oputa Yi Gogoli'  (foto rabani Unair Zone)BUTONMAGZ--- cerita tentang kepemimpinan raja dan sultan di Buton masa lalu menjadi catatan tersendiri dalam sejarah masyarakat Buton kendati literasi tentang itu masih jarang ditemukan. Salah satu kisah yang menarik adalah...
  • Sejarah Kedaulatan Buton dalam Catatan Prof. Susanto Zuhdi
    foto bertahun 1938 dari nijkmusem.dd----8 April 1906, Residen Belanda untuk Sulawesi, Johan Brugman (1851–1916), memperoleh tanda tangan atas kontrak baru dengan Sultan Aidil Rakhim (bernama asli Muhamad Asyikin, bertakhta 1906–1911) dari keluarga Tapi-tapi setelah satu minggu berada di...
  • Perdana Menteri Negara Indonesia Timur Kelahiran Buton, Siapa Dia?
    Nadjamuddin Daeng MalewaBUTONMAGZ---Tak banyak yang mengenal nama tokoh ini di negeri Buton, namun di Makassar hingga politik ibu kota masa pergerakan kemerdekaan, nama ini dikenal sebagai sosok politis dengan banyak karakter. Namanya Nadjamuddin Daeng Malewa, lahir di Buton pada tahun 1907. Ia...

  • Inovasi di Desa Kulati - Wakatobi, Sulap Sampah Jadi Solar
    BUTONAMGZ---Kabupaten Wakatobi yang terkenal dengan keindahan surga bawah lautnya, ternyata memiliki sebuah desa yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, dimana dihuni oleh masyarakat yang sangat sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.Daerah ini bernama Desa Kulati yang mayoritas...
  • Repihan Tradisi dan Sejarah di Kepulauan Pandai Besi - Wakatobi
    BUTONMAGZ---Kepulauan Pandai Besi adalah julukan untuk empat pulau besar dan sejumlah pulau kecil lain di ujung tenggara Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Penamaan itu diberikan pada masa Hindia Belanda karena kepandaian masyarakatnya dalam pembuatan senjata tradisional berbentuk keris dan peralatan...
  • Tari Lariangi - Kaledupa; Tarian Penyambutan dengan Nuansa Magis
    Penari Lariangi. (Dokumen Foto La Yusrie)BUTONMAGZ---Kepulauan Buton tak hanya kaya dengan kesejarahan dan maritim, budaya seninya pun memukau. Salah satunya Tari Lariangi yang berasal dari Kaledupa Kabupaten Wakatobi – Sulawesi Tenggara saat ini.Melihat langsung tarian ini, magisnya sungguh terasa...
  • KaTa Kreatif 2022: Potensi 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih. Wakatobi terpilih!
    Wakatobi WaveBUTONMAGZ--Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, secara resmi membuka kick off KaTa Kreatif 2022 pada Januari lalu. Di dalam program ini terdapat 21 Kabupaten/Kota Kreatif Terpilih dari total 64 Kabupaten/Kota yang ikut serta.KaTa Kreatif...
  • Tiga Lintasan Baru ASDP di Wakatobi Segera Dibuka
    BUTONMAGZ---Sebanyak tiga lintasan baru Angkutan, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Baubau di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, segera dibuka menyusul telah disiapkannya satu unit kapal untuk dioperasikan di daerah itu. Manager Usaha PT ASDP Cabang Baubau, Supriadi, di Baubau,...
  • La Ola, Tokoh Nasionalis dari Wakatobi (Buton) - Pembawa Berita Proklamasi Kemerdekaan Dari Jawa.
    BUTONMAGZ—Dari sederet nama besar dari Sulawesi Tenggara yang terlibat dalam proses penyebaran informasi Proklamasi Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945. Ada satu nama yang (seolah) tenggelam dalam sejarah.  Di adalah La Ola. Nama La Ola terekam dalam buku berjudul “Sejarah Berita...
  • Jatuh Bangun dan Tantangan bagi Nelayan Pembudidaya Rumput Laut di Wakatobi
    ilustrasi : petani rumput laut BUTONMAGZ---Gugusan Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara terdiri dari 97 persen lautan dan hanya 3 persen daratan. Dari 142 pulau-pulau kecil, hanya 7 pulau yang berpenghuni manusia. Saat ini pariwisata bahari menjadi andalan pendapatan perkapita masyarakat di...
  • Kaombo, Menjaga Alam dengan Kearifan Lokal
    BUTONMAGZ--Terdapat sebuah kearifan lokal di masyarakat Kepulauan Buton pada umumnya. Di Pulau Binongko - Wakatobi misalnya, oleh masyarakat setempat kearifan ini digunakan untuk menjaga kelestarian alam. Mereka menyebutnya tradisi kaombo, yakni sebuah larangan mengeksploitasi sumber daya alam di...